ARTIKEL
GAME BERTEMA KEKERASAN
PICU ANAK AGRESIF
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Melihat anak
yang sedang main game sepintas memang
hal yang biasa. Tapi bila anak tadi sudah mengeluarkan kata-kata yang membuat
berisik seisi rumah, membuat pekak telinga ini barulah kita beranjak dari kursi
untuk melihat apa yang terjadi dengan game
yang dimainkan oleh anak. Game begitu
sangat disukai anak sampai-sampai anak tanpa sengaja mengeluarkan kata-kata
atau komentar tentang game yang
sedang dimainkannya. Terkadang anak juga dengan entengnya mengeluarkan
kata-kata kasar akibat tokoh yang ia mainkan kalah oleh sang musuh.
Masih memperhatikan game yang sedang dimankan anak. Tanpa
sengaja kali ini penulis melihat suatu game
yang menurut penulis penuh dengan kesadisan. Sebelum akhirnya game ini akhirnya diumumkan oleh KPAI
sebagai games yang akan diblokir.
Sebut saja judulnya Grand Theft Auto atau anak-anak yang hobi game menyebutnya dengan GTA. Tokohnya
seorang laki-laki bila diamati mungkin dari Amerika Selatan (Latin). Sang tokoh
selalu berlari kemana saja. Ia bisa
mengambil senjata atau alat-alat apa saja yang ia inginkan. Ada beberapa
kode yang bisa diakses oleh si pemain untuk bisa mendapatkan alat atau senjata
yang diinginkan. Sebut saja senjata serbu mulai dari AK 47, M16 ataupun
torpedo. Si tokoh ini menggunakan alat-alat yang dia punya untuk menghancurkan
apa saja yang ia jumpai di jalan. Si pemain game
akan merusak apa saja yang dijumpai dengan bebasnya. Jadilah apa yang ada di
dalam game penuh dengan kekerasan.
Orang yang lewat bisa saja diberondong oleh senjata AK 47, atau ada sekumpulan
orang dikeramaian yang di bom. Dalam hati penulis games yang seperti ini pasti akan dihapus oleh pemerintah. Benar
saja setelah banyak korbannya akhirnya KPAI melalui Kemendikbud akhirnya
memblokir games online GTA.
Beberapa game yang diblokir ini sudah sangat populer dikalangan pengguna
internet dan sudah lama beredar. Tentu saja pemblokiran ini membuat pengguna
internet bertanya-tanya kenapa baru-baru ini ditutup tidak dari dulu saja?
Sehingga banyak yang mempertanyakan langkah yang diambil KPAI dan Kemendikbud.
Berikut ini 15 game yang sudah
diblikir dari 22 yang akan diblokir karena didalamnya terkandung unsur kekerasan bahkan ada yang pornografi. 1. Grand
Theft Auto (GTA) 2. Mortal Combat 3. Point Blank 4. Counter Strike 5. Word of
Warcraft 6. Call of Duty 7. Cross Fire 8. War Rock 9. Fiture Cop 10. Carmageddon 11. Shelschok 12.
Rising Force 13. Atlantica 14. Bully 15. Conflict of Vietnam.
Melihat game favoritnya banyak yang diblokir membuat pengguna internet
terutama yang ketagihan akan games online
banyak yang berkomentar. Penulis rangkum beberapa diantaranya yang kadang kalau
membaca komentarnya suka mengiyakan atau bahkan menolaknya. Berikut beberapa
komentar diantaranya. Oleh Anonymous “Rugi dong kalau mengkhusus ke
game edukatif tapi anak tidak
tertarik? Game seperti Call of Duty malah melatih nalar anak
dalam berfikir cepat di situasi kritis juga menambah daya pikir stategi lho!”. Ada lagi dari Raihan Julian “Namanya juga
pemerintah sekarang…kagak mikir panjang…game
seperti call of duty jauh, jauh, jauh
lebih baik dibanding sinetron yang 89% tidak pantas untuk anak-anak dan remaja
yang masih mengalami pertumbuhan”. Satu lagi dari FA yang berkomentar “Game belum tentu merusak mental anak,
malah bisa sebaliknya. Yang seharusnya dihapus itu siaran TV yang tidak
berguna, sekarang anak kecil sudah pintar pacaran bahkan ada yang pengen nikah
gara-gara sering nonton sinetron”.
Masih ingat
tayangan TV bertema kekerasan seperti smack
down? Tayangan seperti ini memang sudah tidak dijumpai di TV, namun gamesnya masih saja beredar. Penulis
pernah menyaksikan keponakan memainkan games ini. Layaknya anak kecil yang
sedang bermain game ia mengeluarkan
kalimat-kalimat seolah-oleh dirinyalah yang sedang bermain di atas ring. Terkadang
kalimat kotor secara spontan dilontarkan sang anak kalau tokoh yang diperankan
kalah atau terlempar keluar ring. Anak terlihat jelas sangat agresif usai memainkan game.
Diluar game yang sudah ia mainkan
kadang pula si anak menirukan apa yang ia lihat dari tayangan game. Game memang punya dampak negatif disamping dampak positif.
Banyaknya adegan di game yang mengajarkan untuk melakukan
tindakan kriminal serta kekerasan, seperti: perkelahian, pengrusakan,
pemerkosaan, pembunuhan, dan sebagainya, yang secara tidak langsung telah mempengaruhi
alam bawah sadar seseorang bahwa kehidupan nyata ini adalah layaknya sama
seperti di dalam permainan tersebut.
Beberapa kasus kekerasan yang pernah
diberitakan oleh media massa, yang melibatkan anak-anak dan remaja sebagai
pelakunya adalah bukti nyata bahwa game
dapat merusak perkembangan mental seseorang. Ciri-ciri seseorang mengalami
gangguan mental akibat pengaruh game adalah: mudah marah, emosional, mudah
mengucapkan kata-kata kotor, memaki, mencuri, dan sebagainya.
Bila mengalami kejadian sang buah
hati datang minta uang selang beberapa lama kemudian minta uang lagi. Hati-hati
bila ditanyakan untuk apa uang tersebut dan sang anak menjawab untuk main game online. Permainan seperti game online mendidik seseorang untuk hidup boros, bagi
mereka yang tidak memiliki fasilitas komputer di rumah, mereka terpaksa harus
datang ke warnet yang menyediakan permainan-permainan tersebut dan otomatis
harus mengeluarkan uang. Biaya pemakaian listrik di rumah pasti juga akan
mengalami pembengkakan, khususnya bagi mereka yang menggunakan komputer desktop
selama berjam-jam tanpa henti.
Namun adakah dampak positifnya dari
bermain game? Ternyata ada juga
dampak posifif bermain game seperti
yang dikutip oleh Tahupedia.com. Game
ternyata dapat meningkatkan mood dan mengurangi stress, memperlambat proses
penuaan, membantu meringankan rasa sakit, meningkatkan daya penglihatan, mengajarkan
untuk menghargai kegagalan, meningkatkan kemampuan untuk mengambil keputusan,
membantu proses pembelajaran, meningkatkan kemampuan motorik, merekatkan
hubungan keluarga dan meningkatkan kemampuan kerjasama.
Diblokirnya beberapa game online oleh pemerintah mudah-mudahan dapat mengurangi aksi
kekerasan. Game seharusnya menjadi
suatu permainan yang mengasah kemampuan dan bakat pelajar bukan malah justru mereproduksi kekerasan
pada diri anak-anak. Mudah-mudahan anak kita selektif dalam memilih game baik yang online ataupun yang tidak online.
*) Praktisi Pendidikan
Tinggal di Gebang
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar