Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

BILA WAKTUNYA (Cerpen)


Cerpen

BILA WAKTUNYA
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Mega hitam menyelimuti lagit Ponpes An Nasuha. Waktu terasa begitu cepat  seolah lari mengejar siapa saja yang terlena. Hampir tak percaya  ketika terdengar khabar salah seorang rekan telah meninggalkan kita semua. Pagi menjelang berangkat Wawan menerima sms dari salah seorang rekannya. Dilihat khabar yang menghentakkan dada. Salah seorang rekan guru telah berpulang ke Rahmatullah. Ya bapak Abdul Harist guru yang telah begitu lama sama-sama membesarkan nama SMPN 2 Pabedilan telah dipanggil Allah SWT. Hari ini Senin, 7 Agustus 2014 telah menghadap Sang Pencipta.
            Lama Wawan tak berjumpa dengan A. Harits karena memang tempat tugasnya kini sudah berbeda. Namun yang namanya teman tentu tetap terjalin dengan baik. Terakhir ketemu ketika Wawan mampir di SMPN 2 Pabedilan dalam rangka memberikan  majalah buat Pak Memed. Terlihat waktu itu yang bersangkutan sedang duduk di meja tamu. Seperti biasa beda sekali karena ada bekas  luka yang dahulu habis kecelakanaan masih tampak. Orang ini kalau duduk sedikit lama saja langsung mengantuk. Itulah pertemuan terakhir yang Wawan rasakan. Senin pagi ini mendengar khabar dari salah seorang teman kalau yang bersangkutan meninggal dunia.
            Bila sudah waktunya tak ada yang bisa menolak. Itulah kehendak dari Yang Maha Kuasa.  Umur, rejeki  , jodoh hanya Allah yang tahu. Seperti halnya kita menyadari kalau maut itu hanya bisa dirasakan oleh makhluknya ketika ajal sudah menghadap. Tadi-tadinya hanya menikmati hidup apa adanya seperti ajal akan lama datang menghadap. Tapi begitu Yang Kuasa mau mengambilnya maka tak seorangpun makhluk yang bisa menghalanginya.
            Tadinya Wawan hanya mengira kalau yang bersangkutan  meninggal dunia karena sakit. Setelah datang ke sekolah di SMPN 2 Pabedilan maka barulah tahu kalau yang bersangkutan meninggal dunia karena mengalami kecelakakan lalu-lintas. Luka lama yang belum sembuh total dan kini mengalami luka yang hampir sama membuat yang bersangkutan harus menemui Sang Pencipta. Kalau dahulu saja mengalamai koma yang cukup lama di sekokah kini dengan luka yang hampir sama terjadi lagi. Hanya suatu keajaiban kalau yang bersangkutan masih hidup. Sudah bisa dibayangkan kalau geger otak masih diberi kesempatan untuk hidup setidaknya akan jauh sengsara. Hanya karena karunia Allah yang akhirnya yang bersangkutan lebih dicintai untuk menghadap Allah SWT.
            Tanggungjawab akan pertemanan akan terus berlangsung. Sebagai bentuk solidaritas maka Wawan sempatkan dahulu untuk menjenguk (taziyah). Maklumlah ini bentuk pertemanan  yang terakhir bagi kita sebagai manusia. Tadinya Wawan mau taziyah setelah mengajar saja namun setelah ada bel dari Pak Uceng akhirnya sekalian saja setelah mengantar anaknya yang nomer dua maka langsung saja ke tempat duka.
            Itung-itung ikut halal bi halal maka Wawan  salaman dahulu dengan teman-teman di sekolah tempatnya dulu bertugas. Hanya menunggu beberapa saat akhirya rombongan  berangkat ke tempat duka. Di tempat duka sudah banyak orang yang sedang menunggu. Maklumlah  almarhum berada di komplek        Pesantren An Nasuha. Ikut aktif didalamnya sehingga menjadi bagian orang-orang di ponpes. Jadinya tak heran bila banyak sekali orang yang berkumpul ikut mengantarkan      almarhum ke tempat peristirahatan yang terakhir.
            Disempatkan dahulu melihat wajah yang bersangkutan untuk terakhir kalinya. Jenazah sedang dimandikan. Masya Allah itulah pandangan terakhir Wawan melihat sang sahabat. Kalau sudah waktunya memang seperti inilah keadaannya. Hanya waktu yang membuat kita sebagai orang yang masuk dalam daftar tunggu. Siapapun akan menghadap Yang Maha Kuasa hanya soal waktu saja kapan yang ada di dunia ini akan menghadap Sang Kholik.
            Terbayang waktu yang bersangkutan masih berada di dunia. Pasti ada saja kenangan yang membuat kita akan selalu terbayang dengan almarhum. Kini… sudah tak ada lagi yang bisa menyaksikan akan lelucon yang sudah terjadi itu. Kebiasaan almarhum yang sering menyanyikan lagu-lagu Cirebonan. Ya… kini sudah sudah lain lagi alamnya. Allah sudah memisahkan alam kita yang masih hidup di dunia dengan almarhum yang sudah berada di alam kubur. Innalilahi wainna ilaihi rojiun. Semoga amal baiknya bisa diterima disisi Allah SWT. Amien.
                                                                        ***
            Bertemu dengan teman-teman guru yang dahulu sama-sama mengajar di SMPN 2 Pabedilan. Seperti reunian lagi bisa ketemu dengan teman-teman yang ada. Bila menikmati pemandangan seperti sekarang mungkin sangat  terasa kehilangansatu per satu. Rekan guru memang meninggalkan kita satu per satu. Waktu Wawan masih mengajar di SMPN 1 Cirebon Utara                                       pernah kehilangan teman guru senior yang juga meninggal dunia. Dahulu Bapak Drs.   Muhaemin yang juga saman-sama guru IPS. Awan sangat akrab sekali karena memang kalau pulang sekolah suka ikut dengan mobil yang bersangkutan. Walaupun meninggalkannya setetah Wawan sudah berada di SMPN 2 Pabedilan. Ada lagi kepala sekolah waktu di SMPN 1 Cirebon Utaraa. Bapak Adun Abdurrahman, S.Ag. Beliau meninggal dunia karena sakit. Itulah rekan yang sudah dipanggil lebih dahulu. Maut memang sesuatu yang sulit sekali untuk diketahui kapan datang dan pulangnya. Bila sudah waktunya siapapun tak akan ada yang bisa menghalanginya.
            Sekolah yang masih berlangsung membuat Wawan harus segera kembali lagi ke sekolah. Bila dilihat jadwal memang ada di jam pagi semua. Dengan adanya waktu kosong seperti ini tetap saja Wawan harus kembali lagi ke sekolah. Tadi di smsnya juga  akan datang lagi ke sekolah . Janji adalah hutang maka Wawan kembali lagi ke sekolah. Di sekolah memang sedang istirahat. Waktu yang ada digunakan lagi untuk mengetik          cerpen. Seperti inilah yang terjadi. Bisa menuliskan kisah yang terjadi sekitar kehidupan. Walau untuk kisah yang satu ini memang kisah tentang kepergian seseorang.
            Hidup harus dipenuhi dengan banyak membuat amal kebajikan. Bila sudah waktunya tak ada seorangpun yang bisa mengundurkannya. Seperti itulah kehidupan yang membuat diri ini harus selalu waspada. Masih ada Yang Maha Pencipta diatas sana yang masih memperhatikan diri kita. Semoga dengan kepergian seseorang ini bisa mengingatkan kita pada yang namanya kematian. Ingat akan mati membuat kita selalu waspada untuk memanfaatkan waktu ini dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah senantiasa menuntun kita untuk selalu mengingatkan kita pada suatu akan yang namanya kematian.
            Perjalanan masih sangat terasa panjang bagi yang tidak mengetahui kapan ajal akan menghadang. Namun kita juga harus selalu berbuat amal kebajikan agar bekal yang dihadapi cukup untuk bekal yang akan digunakan dalam perjalalan. Itulah misteri yang tidak bisa ditebak akan  datang dan perginya. Itulah kematian! Semoga dengan adanya kisah tentang teman kita ini akan memberikan nikmat yang sangat besar. Nikmat yang tidak setiap orang bisa merasakan semua. Ya hikmah tentang kematian akan pasti  datang menghadang kita. Semoga kita selalu mendapat petunjuk dari Allah, semoga kita selalu diberikan kemudahan , rahmat dan magfiroh sehingga bisa menuntun kita untuk bisa bertemu dengan Allah SWT.

                                                                                                         Cirebon, 7 Agustus 2014
                                                                                                         nurdinkurniawan@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar