Cerpen
BILA WAKTUNYA
Oleh : Nurdin Kurniawan
Mega hitam menyelimuti lagit Ponpes
An Nasuha. Waktu terasa begitu cepat
seolah lari mengejar siapa saja yang terlena. Hampir tak percaya ketika terdengar khabar salah seorang rekan
telah meninggalkan kita semua. Pagi menjelang berangkat Wawan menerima sms dari
salah seorang rekannya. Dilihat khabar yang menghentakkan dada. Salah seorang
rekan guru telah berpulang ke Rahmatullah.
Ya bapak Abdul Harist guru yang telah begitu lama sama-sama membesarkan nama SMPN
2 Pabedilan telah dipanggil Allah SWT. Hari ini Senin, 7 Agustus 2014 telah
menghadap Sang Pencipta.
Lama Wawan tak berjumpa dengan A.
Harits karena memang tempat tugasnya kini sudah berbeda. Namun yang namanya
teman tentu tetap terjalin dengan baik. Terakhir ketemu ketika Wawan mampir di
SMPN 2 Pabedilan dalam rangka memberikan
majalah buat Pak Memed. Terlihat waktu itu yang bersangkutan sedang
duduk di meja tamu. Seperti biasa beda sekali karena ada bekas luka yang dahulu habis kecelakanaan masih tampak.
Orang ini kalau duduk sedikit lama saja langsung mengantuk. Itulah pertemuan
terakhir yang Wawan rasakan. Senin pagi ini mendengar khabar dari salah seorang
teman kalau yang bersangkutan meninggal dunia.
Bila sudah waktunya tak ada yang
bisa menolak. Itulah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Umur, rejeki , jodoh hanya Allah yang tahu. Seperti halnya
kita menyadari kalau maut itu hanya bisa dirasakan oleh makhluknya ketika ajal
sudah menghadap. Tadi-tadinya hanya menikmati hidup apa adanya seperti ajal
akan lama datang menghadap. Tapi begitu Yang Kuasa mau mengambilnya maka tak
seorangpun makhluk yang bisa menghalanginya.
Tadinya Wawan hanya mengira kalau
yang bersangkutan meninggal dunia karena
sakit. Setelah datang ke sekolah di SMPN 2 Pabedilan maka barulah tahu kalau
yang bersangkutan meninggal dunia karena mengalami kecelakakan lalu-lintas.
Luka lama yang belum sembuh total dan kini mengalami luka yang hampir sama membuat
yang bersangkutan harus menemui Sang Pencipta. Kalau dahulu saja mengalamai koma
yang cukup lama di sekokah kini dengan luka yang hampir sama terjadi lagi.
Hanya suatu keajaiban kalau yang bersangkutan masih hidup. Sudah bisa
dibayangkan kalau geger otak masih diberi kesempatan untuk hidup setidaknya akan
jauh sengsara. Hanya karena karunia Allah yang akhirnya yang bersangkutan lebih
dicintai untuk menghadap Allah SWT.
Tanggungjawab akan pertemanan akan
terus berlangsung. Sebagai bentuk solidaritas maka Wawan sempatkan dahulu untuk
menjenguk (taziyah). Maklumlah ini bentuk pertemanan yang terakhir bagi kita sebagai manusia.
Tadinya Wawan mau taziyah setelah mengajar saja namun setelah ada bel dari Pak
Uceng akhirnya sekalian saja setelah mengantar anaknya yang nomer dua maka
langsung saja ke tempat duka.
Itung-itung ikut halal bi halal maka Wawan salaman dahulu dengan teman-teman di sekolah
tempatnya dulu bertugas. Hanya menunggu beberapa saat akhirya rombongan berangkat ke tempat duka. Di tempat duka
sudah banyak orang yang sedang menunggu. Maklumlah almarhum berada di komplek Pesantren An Nasuha. Ikut aktif
didalamnya sehingga menjadi bagian orang-orang di ponpes. Jadinya tak heran bila
banyak sekali orang yang berkumpul ikut mengantarkan almarhum ke tempat peristirahatan yang
terakhir.
Disempatkan dahulu melihat wajah yang
bersangkutan untuk terakhir kalinya. Jenazah sedang dimandikan. Masya Allah
itulah pandangan terakhir Wawan melihat sang sahabat. Kalau sudah waktunya
memang seperti inilah keadaannya. Hanya waktu yang membuat kita sebagai orang
yang masuk dalam daftar tunggu. Siapapun akan menghadap Yang Maha Kuasa hanya
soal waktu saja kapan yang ada di dunia ini akan menghadap Sang Kholik.
Terbayang waktu yang bersangkutan
masih berada di dunia. Pasti ada saja kenangan yang membuat kita akan selalu
terbayang dengan almarhum. Kini… sudah tak ada lagi yang bisa menyaksikan akan
lelucon yang sudah terjadi itu. Kebiasaan almarhum yang sering menyanyikan
lagu-lagu Cirebonan. Ya… kini sudah sudah lain lagi alamnya. Allah sudah
memisahkan alam kita yang masih hidup di dunia dengan almarhum yang sudah
berada di alam kubur. Innalilahi wainna
ilaihi rojiun. Semoga amal baiknya bisa diterima disisi Allah SWT. Amien.
***
Bertemu dengan teman-teman guru yang
dahulu sama-sama mengajar di SMPN 2 Pabedilan. Seperti reunian lagi bisa ketemu
dengan teman-teman yang ada. Bila menikmati pemandangan seperti sekarang
mungkin sangat terasa kehilangansatu per
satu. Rekan guru memang meninggalkan kita satu per satu. Waktu Wawan masih mengajar
di SMPN 1 Cirebon Utara pernah kehilangan
teman guru senior yang juga meninggal dunia. Dahulu Bapak Drs. Muhaemin yang juga saman-sama guru IPS. Awan
sangat akrab sekali karena memang kalau pulang sekolah suka ikut dengan mobil
yang bersangkutan. Walaupun meninggalkannya setetah Wawan sudah berada di SMPN
2 Pabedilan. Ada lagi kepala sekolah waktu di SMPN 1 Cirebon Utaraa. Bapak Adun
Abdurrahman, S.Ag. Beliau meninggal dunia karena sakit. Itulah rekan yang sudah
dipanggil lebih dahulu. Maut memang sesuatu yang sulit sekali untuk diketahui
kapan datang dan pulangnya. Bila sudah waktunya siapapun tak akan ada yang bisa
menghalanginya.
Sekolah yang masih berlangsung membuat
Wawan harus segera kembali lagi ke sekolah. Bila dilihat jadwal memang ada di
jam pagi semua. Dengan adanya waktu kosong seperti ini tetap saja Wawan harus kembali
lagi ke sekolah. Tadi di smsnya juga
akan datang lagi ke sekolah . Janji adalah hutang maka Wawan kembali
lagi ke sekolah. Di sekolah memang sedang istirahat. Waktu yang ada digunakan
lagi untuk mengetik cerpen.
Seperti inilah yang terjadi. Bisa menuliskan kisah yang terjadi sekitar kehidupan.
Walau untuk kisah yang satu ini memang kisah tentang kepergian seseorang.
Hidup harus dipenuhi dengan banyak membuat
amal kebajikan. Bila sudah waktunya tak ada seorangpun yang bisa
mengundurkannya. Seperti itulah kehidupan yang membuat diri ini harus selalu
waspada. Masih ada Yang Maha Pencipta diatas sana yang masih memperhatikan diri
kita. Semoga dengan kepergian seseorang ini bisa mengingatkan kita pada yang
namanya kematian. Ingat akan mati membuat kita selalu waspada untuk memanfaatkan
waktu ini dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah senantiasa menuntun kita untuk
selalu mengingatkan kita pada suatu akan yang namanya kematian.
Perjalanan masih sangat terasa
panjang bagi yang tidak mengetahui kapan ajal akan menghadang. Namun kita juga
harus selalu berbuat amal kebajikan agar bekal yang dihadapi cukup untuk bekal
yang akan digunakan dalam perjalalan. Itulah misteri yang tidak bisa ditebak
akan datang dan perginya. Itulah
kematian! Semoga dengan adanya kisah tentang teman kita ini akan memberikan
nikmat yang sangat besar. Nikmat yang tidak setiap orang bisa merasakan semua.
Ya hikmah tentang kematian akan pasti datang
menghadang kita. Semoga kita selalu mendapat petunjuk dari Allah, semoga kita
selalu diberikan kemudahan , rahmat dan magfiroh sehingga bisa menuntun kita
untuk bisa bertemu dengan Allah SWT.
Cirebon, 7 Agustus 2014
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar