Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 24 Juni 2019

S T R O K E (Cerpen)


Cerpen
S  T  R  O  K  E
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Lalu-lalang orang-orang berkendara tak mempengaruhi pikiran Rosid yang sedang konsentrasi ke kartu gapleh. Tangan Rosid mencolek orang yang ada di sebelah kirinya.
            “Ayo buang jangan lama-lama”
Darto dengan perasaan kesal membanting kartunya sambil mengucapkan salah satu nama binatang. Rasid tak terpengaruh dengan ocehan Darto walau ia sempat sewot dengan lamanya Darto membuang kartu.
            “Nah ini baru memberi jalan!”
Rosid membuang kartu yang selama ini tak bisa keluar.
            “Tun”, ujar Yanto yang ada disebelah kanan Rosid.
Empat orang ini asyik sekali dengan bermain kartu gapleh. Masih pagi orang sibuk kesana kemari sesuai dengan tujuannya namun 4 oarnng ini tak menghiraukan dengan kesibukan yang lain.
            “Ru apa tidak ngantor?”, tanya Maman yang berhadapan dengan Rosid.
Ditanya seperti itu Rosid melotot pada Maman.
            “Jangan ngurusi orang lain”
            “Buang saja kartunya!”
Maman diam tak ingin sahabat yang satu ini  marah.
            Perempatan dekat pasar memang selalu banyak orang. Selain mereka yang sedang menungggu penumpang, di pos yang didirikan oleh para tukang ojeg ini juga sering dijadikan mangkal orang yang main gapleh. Rosid bukanlah tukang ojeg seperti yang sedang ngumpul menunggu penumpang. Ia adalah seorang guru di salah satu sekolah dasar. Entah apa yang mempengaruhi pola pikir orang yang satu ini. Di hari Senin disaat orang lain sibuk menuju ke tempat kerjanya Rosid malah magol di pos tukang ojeg. Masih mengenakan pakaian seragam berwarna coklat kaki. Beberapa PNS yang lewat      di pos tukang ojeg hanya mesem melihat kelakukan Rosid. Bahkan ada beberapa orang yang kenal siapa Rosid nyletuk mengumpat perbuatan orang yang satu ini.
            “Terlalu si Rosid ini”
            “Orang istrinya melepas dengan ciuman tangan eh...orangnnya magol di pos tukang ojeg”
            “Masih pakai pakaian seragam lagi!”
Tak sampai ketelinga  langsung tak membuat Rosid berhenti. Siapa saja yang memberi lakson ketika ia sedang main gapleh tak akan memalingkan tangan rosid dari kartu gapleh.
            Makin tinggi pohon makin besar angin yang akan menimpa. Seperti itulah orang mengibaratkan gangguan dan godaan pada diri manusia. Orang macam profesor yang tinggi tingkat keilmuannya tentu yang menggoda juga setan yang sudah punya gelar profesor lagi. Rosid yang guru agama juga digoda oleh setan yang gelarnya tak beda jauh dengan guru agama di lingkungan setan. Banyak orang yang sudah mengingatkan Rosid akan perbuatannya namun tak satupun yang mempan. Terakhir orang yang cukup berani menasehati Rosid adalah Kyai Maksum ketua DKM Masjid Al Barokah.
            “Sid malu sih masa sudah tua kelakuan masih seperti itu!”
            “Kamu ini seorang ustadz”
            “Kamu seorang guru!”
            “Yang lain kerja malah kamu nongkrong di pos tukang ojeg!”
            “Kemana akal sehatmu?”
Bukan Rosid kalau tidak memberikan jawaban. Ada saja alasan yang dikemukakan orang ini. Sampai akhirnya Kyai Maksum geleng-geleng kepala. Namun Kyai Maksum bukanlah orang biasa. Ia orang yang banyak pengaruhnya di masyarakat. Apa yang ia ucapkan selalu didengar orang. Tak adanya perubahan dari Rosid membuat Kyai Maksum mengambil tindakan.
            “Sebagai orangtua saya tak bosan-bosan menasehatimu”
            “Sekarang pikirkan baik-baik!”
            “Kalau masih seperti itu saja saya juga ikut malu”
            “Kamu sementara saya coret dari memberikan khutbah di masjid”
Seperti tak ada rasa takut sama sekali. Perubahan tingkahlakupun tidak Nampak. Dengan sangat terpaksa sebagai Kertua DKM Kyai Maksum punya tanggungjawab. Rosid dicoret dari daftar orang yang suka memberikan khotbah pada sholat Jum’at di masjid dimana Kyai Maksum sebagai ketua DKMnya.
Seringnya absen di sekolah membuat kepala sekolah juga jengkel dengan apa yang dilakukan Rosid. Hj. Atikah sudah sering menasehati Rosid agar mengajar yang betul. Memberikan contoh pada guru-guru muda. B. 
“Bapak sudah senior di sekolah ini!”
“Tolong dong perlihatkan kehadiran bapak”
“Malu sama guru-guru muda!”
Rosid hanya mensuput berapa kali teh manis yang dibuatnya. Rokoknya tak mau lepas dari tangan. Malah dengan berani sesekali asapnya ia arahkan pada muka kepala sekolah. Untuk yang satu ini kadang memang Rosid suka berani walau sama atasan sekalipun.
Hj. Atikah juga sering didebat oleh Rosid. Hj. Atikah malah pernah menangis ketika menasehati Rosid lalu Rosid membalikkan dengan rumah tanggga Hj. Atikah yang sedang dilanda masalah.
“Sudahlah bu…”
“Ibu itu banyak ngomong tetang saya”
“Apa tidak capai?”
“Bicara saja yang lain!”
“Urus saja tuh suami ibu yang suka main dengan wanita!”
Seperti di skak mati! Rupanya Rosid ini tahu persis apa yang sedang terjadi di rumahtangga Hj. Atikah. Dari urusan kantor malah beranjak jauh sampai urusan rumahtangga orang. Buat apa lagi mengurusi orag yang satu ini ujar Hj. Atikah dalam hati. Semenjak itu Hj. Atikah tak pernah lagi menasehati Rosid.  Mau berangkat atau tidak terserah pada yang bersangkutan. Sudah capai menesehati orang yang seperti ini.
                                                            ***
Terdengar indah lantunan orang yang mengaji di tajug. Entah siapa yang mengaji yang membuat orang makin hafal dengan suara yang melantunkan.
“Enak sekali suara orang yang ngaji”
“Istikomah lagi tiap menjelang maghrib”
“Anak muda siapa lagi yang seperti ini!”
Rupanya banyak juga orang yang memperhatikan apa yang dibaca oleh Rosid di tajug.  Seringnya mengaji sebelum maghrib di tajug membuat orang-orang kini hafal dengan suara anak muda. Duduk sersila melantumnkan ayat-ayat suci Al Qur’an. Menjelang maghrib barulah Rosid bangkit dari silanya. Ia pula yang melantunkan adzan.
Rosid muda yang penuh dengan kegiatan positif. Hari-harinya disibukkan dengan berbagai kegiatan anak-anak muda. Setamat Pendidikan Guru Agama apa yang dilakukan Rosid hanya memberikan bimbingan mengaji pada anak-anak yang mau belajar mengaji di tajug. Dari shubuh sampai usai isya banyak dihabiskan di tajug. Mulai dari anak-anak samapai remaja banyak yag mengaji pada Rosid. Untuk kegiatan memberikan bimbingan mengaji Rosid tak pernah memberikan tarif. Semuanya hanya karena berharap ridho dari Allah.
Manusia ada godaannya. Seringkat guru agama maka setan yang menggoda juga adalah setan yang mengerti akan seluk beluk agama. Macam professor maka yang mengggoda juga adalah setan yang sudah derajatnya professor. Rupanya yang digoda juga dilihat ijazahnya. Setan juga bisa menyesuaikan siapa yang akan diutus untuk menggoda si X, si Y dan si Z.
Kegiatannya baru sedikit berubah setelah ia menikah. Persoalan rumahtangga yang kata orang sebagai bumbunya kehidupan justru  membuat Rosid mulai tak betah tinggal di rumah.
“Pak uang dapurnya ?”
Rosid hari itu memang sedang tidak punya uang. Ia tak punya alasan lain kecali mengatakan tidak ada. Karuan saja sang istri marah-marah dengan apa yag diucapkan Rosid. Hampir ada saja didalam kesehariannya yang membuat pening Rosid makin mengkerut. Dari malam ke malam ada saja yang dilakukan Rosid diluar rumah.
            “Mau kemana pak?”
            “Sudahlah jangan banyak tanya” 
            “Nanti pulang juga bawa uang”
Tak ingin sang suami muram durja akhirnya Narti membiarkan sang suami pergi. Tak ada gunanya terus-terusan ngomel kalau yag diomeli juga sudah ngeluyur pergi.
 Bila ada yang punya hajat seperti acara sunatan atau ngawinkan Rosid kadang  betah sampai pagi hari di rumah yang empunya hajat. Salah satu kegiatan yang digelar tuan rumah dalam rangka lek-lekan ini adalah gapleh. Dari sinilah gapleh seolah menggantikan kegiatan Rosid yang selama ini  tak jauh dari tajug.
Bulan April kemarin adalah bulan yang penuh sekali dengan tetangga yang punya hajat. Dari malam ke malam Rosid keliling terus di rumah yang akan hajatan. Kadang dalam setiap malamnya cukup banyak juga yang diraup Rosid dibawa pulang. Jadilah acara lek-lekan yang tadinya hanya mengisi menemani si empunya hajat bagi orang semacam Rosid dan beberapa kawannya digunakan untuk arena main judi.
“Yang mau iseng silahkan di meja depan      
“Yang mau taruhan ayo pindah ke meja belakang!”
Seolah ditantang Rosid lalu lantang mengajak beberapa orang yang mau taruhan. Jadilah arena lek-lekan menjadi ajang judi bagi beberapa orang.
            Malam sebelum berangkat Narti memang berang terhadap sang suami yang tiap hari keluyuran malam terus.
            “Sudah sih pak malu...!”
            “Masa tiap hari keluar malam terus”, ujar Narti sewot.
Dibilang seperti itu oleh sang istri tak menyurutkan langkah Rosid keluar rumah. Ia seolah tak mendengar istrinya ngoceh. Kadang sampai pintu dibanting sang istri tak menyurutkan Rosyid  keluar malam. Narti akhirnya bosan sendiri dengan kelakuan sang suami yang tak  mempan dibilang ini dan itu. Anehnya pula orang macam Narti begitu menjelang shubuh suami pulang dengan membawa uang yang cukup banyak ia bisa senyum kembali. Pas...rupanya apa yang dibawa sang suami. Sewotnya Narti tak lagi membara seperti awal sang suami akan berangkat lek-lekan.
            Omongan tetangga dengan kelakuan Rosyid sudah tak ia acuhkan. Narti akhirnya tahu sendiri kalau sang suami juga sudah jarang ke sekolah.  Ngajar kadang hanya itungan jari dalam sebulan  kalau sudah tidak mud. Entah sudah berapa surat teguran kepala sekolah yang dilayangkan pada Rosid. Malu juga sebenarnya Narti tahu kalau sang suami sering tidak berangkat ke sekolah.
            Gunakan waktu sehatmu sebelum waktu sakit tiba. Ungkapan Nabi Muhammad SAW. yang bagus juga untuk direnungkan. Seringnya keluyuran malam dan pola makan yang tidak sehat  membuat Rosid jatuh sakit. Mulanya hanya terasa pegal-pegal, lalu bertambah persendiannya terasa sakit. Sudah berapa dokter yang sering dikunjungi untuk berobat. Sampai akhirnya badan Rosid tidak berfungsi sebelah. Kata dokter Rosid terkena stroke. Makin hari makin parah rupanya. Bibir Rosid mengo alis tidak simetris. Kedudukan yang seperti itu membuat apa yang diomongkan Rosid makin tidak jelas. Sampai akhirnya Rosid tidak bisa bicara sama sekali. Hanya gerakan tangan dan badan bila ingin berkomunikasi dengan Rosid.
            Harta benda yang dimili termasuk harta orangtua habis untuk biaya berobat Rosid. Sawah orangtua yang puluhan hektar habis untuk biaya pengobatan. Lama tidak melaksanakan tugas di sekolah sampai akhirnya Rosid didatangi petugas dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
            “Berdasarkan surat-surat yang bapak ajukan pada kami”
            “Bapak sudah tidak sanggup lagi untuk bertugas sebagai guru”
            “Kami juga tidak bisa memaksakan”
            “Bapak terpaksa harus pensiun muda!”
Rosid tidak berkedip mendengarkan apa yang dituturkan sang petugas. Ia juga tidak bisa berbuat banyak. Tubuhnya hanya terbujur kaku di kasur. Hanya anak-anak yag ikut menyaksikan menangis melihat usia bapak yang masih terbilang muda namun harus pensiun dini.
            Tak terdengar lagi lantunan orang yang mengaji di tajug yang sudah puluhan tahun dilakoni. Tak ada orang yang menasehati lagi bila Rosid mangkal di pos tukang ojeg. Rosid hanya bisa melangkah tak jauh dari rumah. Pengobatan menyeluruh tak ia lakukan lagi. Keluarga sudah tak sanggup lagi untuk membayar biaya pengobatan yang ratusan juta. Rosid lebih memilih untuk dirawat di rumah. Bahkan ia sudah pasrah seandainya Allah memanggilnya.
            Tatapannya kosong mellihat orang yang lalu-lalang didepan rumahnya. Hanya anak tertunya yang merawat Rosid. Sang istri jadi TKW mencari rejeki di negara penghasil petro dollar. Dalam kerlipan matanya  menetes buliran seperti intan keluar. Tangan sang buah hati yang masih ia rasakan kehangatannya. Rosid yang duduk di kursi roda dipijit-pijit anak tertuanya. Rosid hanya bisa menyesali masa mudanya yang tidak diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Penyesalan memang datangnya selalu diakhir episode,

                                                                                                Cirebon, 29 Januarai 2014
                                                                                                nurdinkurniawan@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar