Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

ANDREA F. P. (Cerpen)


Cerpen
ANDREA   F.  P.
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Sontak dibuat geger pihak sekolah setelah ada laporan bahwa ada anak didik dari sekolah ini yang sedang menum-minuman keras. Langsung saja Guru bergerak menuju tempat yang diinformasikan warga. Agar si pelaku tak kabur maka pencegatan pun dilakukan.  Rumah yang dijadikan  lokasi munum-minuman didatangai dari berbagai arah. Benar saja ada beberapa siswa yang sedang bergerombol. Tak hanya dari sekolah ini tapi juga ada yang berasal dari sekolah lain. Rupanya mereka sedang asyik main PS disaat jam belajar.
            Kaget! Seperti itulah reaksi yang dirasakan oleh anak-anak yang membolos ini begitu melihat ada Guru yang datang.
            “Lagi apa kamu  disini?”
Kontan anak-anak memberikan alasan yang macam-macam. Tahu pada saat ini adalah jam belajar membuat mereka mati kutu. Alasan apapun tak akan membenarkan kegiatan anak-anak ini.
            “Coba itu apa yang kamu minum?”
Guru yang ada melihat keganjilan dengan minuman yang mereka konsumsi. Introgasipun dimulai. Anak-anak yang berasal dari sekolah lain sudah langsung pada membubarkan diri. Mereka juga sepertinya takut akan dilaporkan ke sekolahnya. Terkumpullah 2 anak yang berasal dari sekolah ini.
            Bau aroma yang menyengat hidung membuat Guru tak langsung percaya dengan jawaban yang diberikan anak. Diciumnya botol merek   air minum mineral yang  sudah tak asing lagi di negeri ini.
            “Ini ciu!”
            “Kamu beli dari mana hah?”
Anak yang bernama Andrea lalu memberikan keterangan berbelit-belit berkenaan dengan minuman yang ditenggaknya.
            “Sudah kamu ikut ke sekolah!”
Dua orang  anak ini lalu digelandang ke sekolah. Barang bukti ciu yang sudah dicampur dengan kuku bima langsung diamankan.
            Di sekolah anak yang tadi main PS dan minum-minuman keras lalu disidang. Hal ini dilakukan untuk mengorek dari mana minuman yang seperti ini berasal. Lagi pula tergolong kegiatan yang berani mereka lakukan sebab masih menggunakan pakaian seragam minum-minuman keras. Lagi pula beraninya minuman yang seperti ini ditengggak masih dalam lingkungan sekolah. Bukankah ini sudah keterlaluan!
            Dikorek keterangan oleh Guru akhirnya diketahui kalau ciu itu dapat dibeli di desa tatangga. Satu botol ciu harganya  Rp. 15.000. Ciu adalah sebutan untuk tuak air tape ketan yang sudah difermentasikan. Baunya sangat menyengat hidung dan tak sedap. Bagi mereka yang sudah keranjingan tuak maka minuman ini dianggap biasa saja. Minumnya dicampur-campur untuk menghilangkan bau yang menyengat tadi. Campuran yang diambil adalah dengan kuku bima yang kebetulkan berwarna merah.
            Satu botol tidak diminum sendirian. Anak-anak ini patungan untuk membelinya, satu orang dikenai sumbangan untuk membeli yang seperti ini RP. 5.000. Uang hasil patungan tadi diantaranya untuk mebeli rokok, kopi dan minuman ciu tadi. Memang yang paling besar sumbangannya adalah Andrea dengan menyumbang Rp. 10.000.
            Orang-orang yang hari itu ikut pesta minuman keras didata. Ada Andrea, Lois, Hardeni dan satunya lupa karena baru dikenalnya di tempat mangkalnya anak-anak main PS. Dua anak dari SMP ini dan 2 lagi dari SMP tetanggga. Biarlah orangtuanya yang nanti akan dipangggil berkenaan dengan kasus yang cukup menggegerkan ini. Tak mengertinya lagi para pelakunya adalah anak-anak yang masih duduk di kelas 7. Ya… kelas yang baru masuk,  yang belum tahu apa-apa. Tapi dari sorot matanya mereka ini sepertinya sudah biasa menenggak minuman yang seperti ini. Kebiasaan di kampungnya karena pengaruh lingkungan lalu dibawa ke lingkungan sekolah. Tentu saja hal ini mendapat reaksi keras dari masyarakat yang tak suka dengan tingkahlaku anak-anak yang baru kelas 7.
            Sunggguh kejadian ini merupakan pukulan bagi sekolah. Anak didik yang baru kelas 7 sudah berani melakukan hal-hal yang diluar akal sehat. Kok bisanya hal ini sampai terjadi? Inilah pekerjaan rumah yang tak gampang untuk dipecahkan. Tugas sangat berat yang harus dutanggung sekolah untuk menyelesaikan kasus yang seperti ini.
                                                                        ***
            Edi Purnomo keget bukan main setelah mendapatkan laporan bahwa anaknya termasuk yang digelandang pihak sekolah gara-gara minuman keras.
            “Tidak habis pikir dengan anak ini”
            “Jauh-jauh di sekolahkan agar pintar”
            “Eh… malah mengecewakan orangtua”
Malu sebenarnya diundang pihak sekolah bila yang dihadapinya adalah kasus memalukan. Kasus yang membuat orangtua tak habis pikir kenapa anak bisa berlaku seperti ini. Diperhatikan undangan yang disampaikan salah seorang Tata Usaha sekolah.
            “Bapak datang saja hari Kamis”
            Mendampingi anak sulungnya ke sekolah. Sudah diwanti-wanti kalau anak ini juga sering bolos. Jadi agar bisa berangkat maka        Andrea harus dikawal sejak dari rumah. Ada perasaan lesu menghadap pihak sekolah. Sepertinya kasus yang dihadapi sang  anak serius juga. Lalu tadi diwanti-wanti agar datang ke sekolah sepertinya ada yang ingin dibicarakan pihak sekolah berkenaan dengan anaknya ini.
            “Andrea kamu ini!”
            “Sekali Bapak diundang masalah yang seperti ini!”
            “Kamu sih tidak kasihan sama Bapak”
Andrea hanya diam saja tak memberikan komentar. Bapaknya sudah terlalu sayang pada Andrea. Anak ini minta apa saja selalu dipenuhi. Ketika anaknya minta HP maka dikabulkan. Tak tanggung-tanggung yang dibelinya juga merek Nokia yang harganya Rp. 2 juta yang sedang ngetrend.
            Sekali berangkat Andrea minta uang pada orangtuanya Rp. 5.000, belum  uang untuk beli kopi dan rokok. Kebiasaan merokok tak lepas dari kesenangan Andrea. Bapaknya sampai menganggarkan uang untuk rokok segala. Kalau sudah seperti ini kadang tidak bisa dimengerti kok orangtua sengaja mengangarkan keuangan untuk rokok segala.
            Pak Edi langsung menemui Guru BP dan Kepala Sekolah. Ingin tahu lebih jelas permasalahan apa yang sedang dialami anaknya. Setelah diterima Guru BP maka dijelaskanlah masalah yang dihadapi Endrea panjang lebar sampai Edi sebagai orangtua mengerti permasalahan yang sedang dialami anaknya.
            “Seperti itu Pak permasalahan yang dihadapi anak Bapak”
            “Kami sekolah sudah berusaha mendidik anak Bapak dengan baik”
            “Namun  kenyataannya anak Bapak sudah melangggar tata tertib”
            “Kalau dihitung dengan bobot pelanggaran yang ada di sekolah ini maka anak Bapak sudah tidak bisa ditolelir lagi”
            “Kesimpulannya anak Bapak dikembalikan lagi pada orangtuanya!”
Edi Purnomo jelas sangat tersentak dengan keputusan yang diberikan pihak sekolah. Inginnya Edi agar anaknya ini diberi kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki lagi kesahan yang ia perbuat. Biarlah ia akan ikut mengawasi anaknya ini dengan sebaik-baiknya.
            “Tolonglah Pak!”
            “Beri kesempatan pada anak saya untuk tetap belajar disini”, pinta Edi memelas
            “Justru inilah keputusan terbaik buat anak Bapak”
            “Kalau Bapak anaknya tetap disini kasusnya akan panjang!”
            “Kasus anak Bapak ini sudah ditangani polisi”
            “Barang buktinya juga ada di polisi”
            “Urusannya jadi malah akan tambah panjang lagi!”
            “Bapak mau anak Bapak di sel?”
Kalau sudah mendengar kata ‘sel’ ada perasaan takut juga sebagai seorang Bapak.
            “Jadi bagaimana Pak?”
            “Sudah anak Bapak mencari sekolah lain saja”
            “Mumpung masih belum lama”
            “Anak Bapak  mendaftar dari awal lagi saja”
            “Toh disini juga si Andrea belum belajar”
Diakui memang semenjak masuk anak ini hanya ada beberapa kali saja ada di sekolah selebihnya tidak pernah datang , apalagi waktu itu juga dipotong oleh puasa lagi.
            Edi Purnomo tak bisa berbuat banyak. Keputusan dari sekolah sudah bulat mengembalikan anak ini ke orangtuanya. Dengan berat hati segala persyaratan yang pernah ia serahkan pada sekolah lalu diambil lagi. Terpaksa anaknya ini harus mencari sekolah lain lagi yang mau menerima Endrea. Anak yang satu ini memang  menyusahkan terus orangtua.
            Sebelumnya Andrea memilih sekolah di MTs yang tak jauh dari rumahnya. Sekolah di MTs tak membuat anak ini bertambah  baik akhlaknya. Andrea tak berangkat-berangkat yang membuat pihak  sekolah memutuskan Andrea tidak naik kelas. Malu tak naik kelas maka Andea memilih pindah sekolah saja. Pindah di SMPN 2 Pabedilan juga tak membuat anak ini makin sadar. Malah kini tersangkut dengan masalah miras. Andea harus mengulangi nasib yang sama.
            Perlu penanganan yang khusus dengan masalah anaknya yang satu ini. Sebagai orangtua Edi sudah berusaha banting tulang untuk mendidik anak sulungnya ini. Ibunya bahkan pernah kerja di Arab sampai 2 kali hanya untuk membantu perekonomian keluarga. Mau tak  mau kasih sayang yang seharusnya diterima Andrea dari sang Ibu berkurang. Anak jadi tak terurus. Jadilah Andea anak yang butuh kasihsayang. Akibat kurangnya kasihsayang anak ini lalu mencari perhatian di luar. Namun sial tak mendapatkannya juga, malah ia terjerumus pada minuman keras.
            Berkas-berkas sudah diterima lagi. Besok merupakan awal yang sangat panjang untuk mengantarkan Andrea ke sekolah yang baru . Apakah masih ada sekolah yang mau menerima Andrea dengan segudang permasalahan? Hanya waktu yang akan menjawab semua ini. Semoga Andrea sadar dengan apa yang telah ia lakukan. Sadar dengan kesalahan yang tidak boleh terjadi lagi. Masih terlalu jauh jarak yang harus ditempuh. Semoga mendapatkan sekolah yang benar-benar bisa membina dirinya.

                                                                                                          Cirebon, 17 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar