Cerpen
ANDREA F. P.
Oleh : Nurdin Kurniawan
Sontak dibuat geger pihak sekolah
setelah ada laporan bahwa ada anak didik dari sekolah ini yang sedang
menum-minuman keras. Langsung saja Guru bergerak menuju tempat yang
diinformasikan warga. Agar si pelaku tak kabur maka pencegatan pun
dilakukan. Rumah yang dijadikan lokasi munum-minuman didatangai dari berbagai
arah. Benar saja ada beberapa siswa yang sedang bergerombol. Tak hanya dari
sekolah ini tapi juga ada yang berasal dari sekolah lain. Rupanya mereka sedang
asyik main PS disaat jam belajar.
Kaget! Seperti itulah reaksi yang
dirasakan oleh anak-anak yang membolos ini begitu melihat ada Guru yang datang.
“Lagi apa kamu disini?”
Kontan anak-anak
memberikan alasan yang macam-macam. Tahu pada saat ini adalah jam belajar
membuat mereka mati kutu. Alasan apapun tak akan membenarkan kegiatan anak-anak
ini.
“Coba itu apa yang kamu minum?”
Guru yang ada
melihat keganjilan dengan minuman yang mereka konsumsi. Introgasipun dimulai.
Anak-anak yang berasal dari sekolah lain sudah langsung pada membubarkan diri.
Mereka juga sepertinya takut akan dilaporkan ke sekolahnya. Terkumpullah 2 anak
yang berasal dari sekolah ini.
Bau aroma yang menyengat hidung membuat
Guru tak langsung percaya dengan jawaban yang diberikan anak. Diciumnya botol
merek air minum mineral yang sudah tak asing lagi di negeri ini.
“Ini ciu!”
“Kamu beli dari mana hah?”
Anak yang
bernama Andrea lalu memberikan keterangan berbelit-belit berkenaan dengan
minuman yang ditenggaknya.
“Sudah kamu ikut ke sekolah!”
Dua orang anak ini lalu digelandang ke sekolah. Barang
bukti ciu yang sudah dicampur dengan kuku bima langsung diamankan.
Di sekolah anak yang tadi main PS
dan minum-minuman keras lalu disidang. Hal ini dilakukan untuk mengorek dari mana
minuman yang seperti ini berasal. Lagi pula tergolong kegiatan yang berani
mereka lakukan sebab masih menggunakan pakaian seragam minum-minuman keras.
Lagi pula beraninya minuman yang seperti ini ditengggak masih dalam lingkungan
sekolah. Bukankah ini sudah keterlaluan!
Dikorek keterangan oleh Guru akhirnya
diketahui kalau ciu itu dapat dibeli di desa tatangga. Satu botol ciu
harganya Rp. 15.000. Ciu adalah sebutan
untuk tuak air tape ketan yang sudah difermentasikan. Baunya sangat menyengat hidung
dan tak sedap. Bagi mereka yang sudah keranjingan tuak maka minuman ini
dianggap biasa saja. Minumnya dicampur-campur untuk menghilangkan bau yang
menyengat tadi. Campuran yang diambil adalah dengan kuku bima yang kebetulkan
berwarna merah.
Satu botol tidak diminum sendirian.
Anak-anak ini patungan untuk membelinya, satu orang dikenai sumbangan untuk membeli
yang seperti ini RP. 5.000. Uang hasil patungan tadi diantaranya untuk mebeli
rokok, kopi dan minuman ciu tadi. Memang yang paling besar sumbangannya adalah
Andrea dengan menyumbang Rp. 10.000.
Orang-orang yang hari itu ikut pesta
minuman keras didata. Ada Andrea, Lois, Hardeni dan satunya lupa karena baru
dikenalnya di tempat mangkalnya anak-anak main PS. Dua anak dari SMP ini dan 2
lagi dari SMP tetanggga. Biarlah orangtuanya yang nanti akan dipangggil
berkenaan dengan kasus yang cukup menggegerkan ini. Tak mengertinya lagi para
pelakunya adalah anak-anak yang masih duduk di kelas 7. Ya… kelas yang baru
masuk, yang belum tahu apa-apa. Tapi dari
sorot matanya mereka ini sepertinya sudah biasa menenggak minuman yang seperti
ini. Kebiasaan di kampungnya karena pengaruh lingkungan lalu dibawa ke
lingkungan sekolah. Tentu saja hal ini mendapat reaksi keras dari masyarakat yang
tak suka dengan tingkahlaku anak-anak yang baru kelas 7.
Sunggguh kejadian ini merupakan
pukulan bagi sekolah. Anak didik yang baru kelas 7 sudah berani melakukan
hal-hal yang diluar akal sehat. Kok bisanya hal ini sampai terjadi? Inilah
pekerjaan rumah yang tak gampang untuk dipecahkan. Tugas sangat berat yang
harus dutanggung sekolah untuk menyelesaikan kasus yang seperti ini.
***
Edi Purnomo keget bukan main setelah
mendapatkan laporan bahwa anaknya termasuk yang digelandang pihak sekolah
gara-gara minuman keras.
“Tidak habis pikir dengan anak ini”
“Jauh-jauh di sekolahkan agar
pintar”
“Eh… malah mengecewakan orangtua”
Malu sebenarnya
diundang pihak sekolah bila yang dihadapinya adalah kasus memalukan. Kasus yang
membuat orangtua tak habis pikir kenapa anak bisa berlaku seperti ini.
Diperhatikan undangan yang disampaikan salah seorang Tata Usaha sekolah.
“Bapak datang saja hari Kamis”
Mendampingi anak sulungnya ke
sekolah. Sudah diwanti-wanti kalau anak ini juga sering bolos. Jadi agar bisa berangkat
maka Andrea harus dikawal sejak
dari rumah. Ada perasaan lesu menghadap pihak sekolah. Sepertinya kasus yang
dihadapi sang anak serius juga. Lalu
tadi diwanti-wanti agar datang ke sekolah sepertinya ada yang ingin dibicarakan
pihak sekolah berkenaan dengan anaknya ini.
“Andrea kamu ini!”
“Sekali Bapak diundang masalah yang
seperti ini!”
“Kamu sih tidak kasihan sama Bapak”
Andrea hanya
diam saja tak memberikan komentar. Bapaknya sudah terlalu sayang pada Andrea.
Anak ini minta apa saja selalu dipenuhi. Ketika anaknya minta HP maka
dikabulkan. Tak tanggung-tanggung yang dibelinya juga merek Nokia yang harganya
Rp. 2 juta yang sedang ngetrend.
Sekali berangkat Andrea minta uang
pada orangtuanya Rp. 5.000, belum uang
untuk beli kopi dan rokok. Kebiasaan merokok tak lepas dari kesenangan Andrea.
Bapaknya sampai menganggarkan uang untuk rokok segala. Kalau sudah seperti ini
kadang tidak bisa dimengerti kok orangtua sengaja mengangarkan keuangan untuk
rokok segala.
Pak Edi langsung menemui Guru BP dan
Kepala Sekolah. Ingin tahu lebih jelas permasalahan apa yang sedang dialami
anaknya. Setelah diterima Guru BP maka dijelaskanlah masalah yang dihadapi
Endrea panjang lebar sampai Edi sebagai orangtua mengerti permasalahan yang
sedang dialami anaknya.
“Seperti itu Pak permasalahan yang
dihadapi anak Bapak”
“Kami sekolah sudah berusaha
mendidik anak Bapak dengan baik”
“Namun kenyataannya anak Bapak sudah melangggar tata
tertib”
“Kalau dihitung dengan bobot pelanggaran
yang ada di sekolah ini maka anak Bapak sudah tidak bisa ditolelir lagi”
“Kesimpulannya anak Bapak dikembalikan
lagi pada orangtuanya!”
Edi Purnomo
jelas sangat tersentak dengan keputusan yang diberikan pihak sekolah. Inginnya
Edi agar anaknya ini diberi kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki lagi kesahan
yang ia perbuat. Biarlah ia akan ikut mengawasi anaknya ini dengan
sebaik-baiknya.
“Tolonglah Pak!”
“Beri kesempatan pada anak saya
untuk tetap belajar disini”, pinta Edi memelas
“Justru inilah keputusan terbaik
buat anak Bapak”
“Kalau Bapak anaknya tetap disini kasusnya
akan panjang!”
“Kasus anak Bapak ini sudah ditangani
polisi”
“Barang buktinya juga ada di polisi”
“Urusannya jadi malah akan tambah panjang
lagi!”
“Bapak mau anak Bapak di sel?”
Kalau sudah
mendengar kata ‘sel’ ada perasaan takut juga sebagai seorang Bapak.
“Jadi bagaimana Pak?”
“Sudah anak Bapak mencari sekolah
lain saja”
“Mumpung masih belum lama”
“Anak Bapak mendaftar dari awal lagi saja”
“Toh disini juga si Andrea belum
belajar”
Diakui memang
semenjak masuk anak ini hanya ada beberapa kali saja ada di sekolah selebihnya
tidak pernah datang , apalagi waktu itu juga dipotong oleh puasa lagi.
Edi Purnomo tak bisa berbuat banyak.
Keputusan dari sekolah sudah bulat mengembalikan anak ini ke orangtuanya. Dengan
berat hati segala persyaratan yang pernah ia serahkan pada sekolah lalu diambil
lagi. Terpaksa anaknya ini harus mencari sekolah lain lagi yang mau menerima
Endrea. Anak yang satu ini memang menyusahkan
terus orangtua.
Sebelumnya Andrea memilih sekolah di
MTs yang tak jauh dari rumahnya. Sekolah di MTs tak membuat anak ini
bertambah baik akhlaknya. Andrea tak
berangkat-berangkat yang membuat pihak
sekolah memutuskan Andrea tidak naik kelas. Malu tak naik kelas maka
Andea memilih pindah sekolah saja. Pindah di SMPN 2 Pabedilan juga tak membuat
anak ini makin sadar. Malah kini tersangkut dengan masalah miras. Andea harus
mengulangi nasib yang sama.
Perlu penanganan yang khusus dengan
masalah anaknya yang satu ini. Sebagai orangtua Edi sudah berusaha banting
tulang untuk mendidik anak sulungnya ini. Ibunya bahkan pernah kerja di Arab sampai
2 kali hanya untuk membantu perekonomian keluarga. Mau tak mau kasih sayang yang seharusnya diterima
Andrea dari sang Ibu berkurang. Anak jadi tak terurus. Jadilah Andea anak yang
butuh kasihsayang. Akibat kurangnya kasihsayang anak ini lalu mencari perhatian
di luar. Namun sial tak mendapatkannya juga, malah ia terjerumus pada minuman
keras.
Berkas-berkas sudah diterima lagi.
Besok merupakan awal yang sangat panjang untuk mengantarkan Andrea ke sekolah
yang baru . Apakah masih ada sekolah yang mau menerima Andrea dengan segudang permasalahan?
Hanya waktu yang akan menjawab semua ini. Semoga Andrea sadar dengan apa yang
telah ia lakukan. Sadar dengan kesalahan yang tidak boleh terjadi lagi. Masih
terlalu jauh jarak yang harus ditempuh. Semoga mendapatkan sekolah yang
benar-benar bisa membina dirinya.
Cirebon, 17 September
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar