Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

FENOMENA PELAKOR (Artikel)


ARTIKEL

FENOMENA PELAKOR
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)

            Tadinya sempat bertanya-tanya kok kalimat yang satu ini seringkali muncul dalam pemberitaan di media sosial. Penasaran apa arti dari istilah pelakor jadi terpaksa dibaca sampai tuntas. Kini jadi tahu yang namanya pelakor itu singkatan dari Perebut Laki Orang. Suatu istilah yang kemudian bisa memperkaya perbendaharaan kata dan masuk di Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI).
            Pelakor kemudian menjadi suatu gaya hidup setelah salah seorang artis papan atas yang juga punya hobi memperkeruh rumahtanggga orang. Gonta-ganti pasangan yang kesemuanya lelaki yang sudah menjadi suami orang. Sebutan yang kemudian melekat pada seorang artis seperti Jennifer Dunn yang suka memajang kemesraan dengan lelaki lain di instagram. Dari sinilah kemudian istilah pelakor menjadi terkenal.
            Pelakor malah menjadi viral setelah postingan seorang wanita di daerah Tulungangung mendamprat salah seorag temannya yang sering chatting dengan sang suami. Merasa dikhianati oleh teman akrabnya sendiri lalu si wanita tadi mendamprat  teman wanita yang menjadi teman chatting sang suami berkeluhkesah. Video ini menjadi viral karena si wanita tadi yang berinisial OV menyawer  si pelakor dengan uang yang cukup banyak. Terlihat jelas uang pecahan Rp. 100.000 dan Rp. 50.000-an.
            Unggahan video pelakor dari Tulungangung membuat si wanita yang berinisial N kebanjiran komentar negatif di akun facebooknya. Laki-laki yang berinisial D yang diperebutkan tampak ada disitu namun tak bisa bernbuat banyak. Ia hanya bisa menyaksikan OV sang istri memarahi si pelakor. Suatu bentuk perlakuan yang kadang dinilai tidak manusiawi. Namun seperti itulah hukuman sosial yang berlaku di masyarakat. Kadang lebih keji dari hukuman pidana sekalipun.
            N yang diperlakukan seperti itu oleh OV tak akan mengajukannnya ke meja hijau. N yang tak lain adalah teman OV dahulu ketika keduanya masih bergelut di panggung hiburan sebagai penyanyi dangdut.
            Tak berselang lama muncul lagi di WA group dan di facebook pelakor yang rupanya masih dari Jawa Timur. Entah propinsi yang satu ini sering sekali mengunggah para pelakor. Dengan logat bahasa jawa timurannnya si wanita ini juga mengumpat-umpat si pelakor. Berbeda dengan kasus yang pertama  yang menyawer dengan uang ratusan ribu, kali ini  si wanita itu hanya menyawer dengan daun. Mulutnya terus-terusan mengumpat si pelakor sambil tangannya menyewerkan potongan daun pisang ke arah si pelakor.
            Wanita kalau sudah bertemu wanita dan memperebutkan laki-laki ucapannya kadang tidak bisa distop. Terus nyerocos seolah tak pernah habis itu yang namanya kalimat. Mengeluarkan unek-unek justru pada teman wanita sendiri bukan pada si lekaki yang menjadi predikat pembicaraan.
            Selingkuh
            Fenomena pelakor ini sebenarnya hanya menyudutkan salah satu pihak saja yaitu si wanita. Kalau mau jujur seharusnya jangan hanya si wanita yang disalahkan, pasti si laki-laki juga yang membuat permasalahan  seperti ini terjadi. Rupanya hanya berani pada orang satu jenis (wanita) saja sehinggga tak mau melabrak sang suami. 
            Bila yang terjadi si suami dengan wanita lain hal ini sudah masuk dalam ranah selingkuh. Si laki-laki suka dan si wanita juga meladeni. Selama berjalan baik-baik saja maka amanlah posisi si laki-laki dan  si wanita. Kalau sudah ketahuan barulah menjadi permasalahan. Wanita yang menjadi istri yang sah karena punya uang dan kedudukan lalu melabrak si pelakor tadi. Kalau kasusnya wanita biasa saja tentu yang terjadi adalah dimadu , dijadikan istri kedua bukan pelakor lagi.
            Memang ada kalanya pasangannya yang sah tidak memiliki kelebihan yang dipunyai seperti Wanita Idaman Lain (WIL)  atau Pria Idaman Lain (PIL).Tetapi harus diingat bahwa keluarga dan pasangan yang sah adalah bagian hidup yang sampai kapanpun akan menerima kondisi dan keadaan kita yang bagaimanapun, pendukung yang tidak pamrih dan yang lebih berhak menerima perhatian dan kasih sayang. Hanya saja kalau sudah masuk dalam ranah perselingkuhan kadang nasehat yang logis sekalipun susah untuk bisa diterima. Namanya juga orang sedang kasmaran  bahkan orang bilang bila sedang kasmaran tahi kotok (ayam) juga terasa coklat.
            Laki-laki yang sudah terdesak ketahuan oleh istri sahnya gara-gara selingkuhannya dilabrak tentu punya argumen yang mendukung perselingkuhan tadi. Biasanya akan mengungkapkan kalau manusia tak ada yang sempurna. Dalih klasik namun jitu untuk dijadikan alasan.
Dalih, yang berkata manusia tak ada yang sempurna, dalih tak bisa bohongi diri atas perasaannya, padahal semua keputusan ada pada diri sendiri toh ? Tinggal kita buka mata hati dan peka perasaan, bahwa jika memang hal itu salah, akui saja salah, intinya kita harus bisa menghindari sesuatu yang "gak mau rugi" disukai orang selain suami  atau ingin dimiliki orang lain sementara kita sudah berada dalam ikatan komitmen dalam keluarganya yang sah.
Pembelaan diri memang sangat dibutuhkan apalagi bila melihat si wanita yang menjadi WIL tadi sudah dilabrak sampai disawer segala. Kasihan kalau sudah melihat perlakuan seperti itu. Hanya karena biasanya si istri sah punya “kekuasaan” lebih si laki-laki hanya ikut terdiam duduk dari kejauhan dengan sesekali ikut melirik. Takut di skak barangkali oleh si mamih.
            Walau fenomena pelakor ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat nanti kembali pada kita masing-masing tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Bagi wanita yang namanya pelakor tentu tak ada sisi positifnya baik dilihat dari segi agama maupun hubungan sosial, karena selingkuh adalah suatu pengkhianatan dan kejahatan terselubung.
             Konselor dan terapis dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria, Anggia Chrisanti seperti dilansir Tempo.co.  menjelaskan ada beberapa kesalahan nyata sehingga seseorang rentan dan dengan mudahnya dicap sebagai pelakor. Berikut ini rinciannya: 1. Diduga memiliki kedekatan spesial dengan pasangan, khususnya suami, orang lain, baik terkait pekerjaan maupun tidak 2. Banyak ditemukan bukti dan saksi kebersamaan, bahkan di luar kepentingan pekerjaan 3. Bukti pembicaraan melalui telepon atau chatting yang dianggap tidak biasa. Misalnya, terlalu sering dan atau dengan bahasa atau panggilan yang dianggap tidak biasa, dan atau dengan konten yang tidak seharusnya, terlalu perhatian atau terlalu vulgar 4. Ditemukan beberapa pemberian barang, baik barang sungguhan maupun bukti transfer uang dalam jumlah dan intensitas yang tidak biasa 5. Kedekatan berbanding lurus dengan munculnya informasi keretakan rumah tangga seseorang yang sedang dekat dengan orang tersebut, terlebih jika sampai sampai berpisah.
            Romantika hidup berumahtangga memang banyak sekali. Mengarungi bahtera rumahtangga memang tidaklah mudah. Setelah sekilan tahun lamanya terbina muncul yang namanya riak, ombak bahkan gelombang. Kalau tidak kuat bahtera yang kita arungi bisa jadi akan pecah dihembas gelombang yang dahsyat. Bisa jadi gelombang yang dimaksud tadi adalah munculnya pelakor. Jadi harus waspada kaum wanita bila menjumpai sang suami seperti yang diutarakan oleh  terapis Anggia Chisanti.
            Fenomena pelakor ini memang unik dan bisa dialami siapa saja. Dari beberapa kasus yang muncul justru pelakor ini adalah teman dekat anda sendiri. Jadi mulai sekarang berhati-hatilah bila punya teman dekat yang sudah terbilang sangat dekat. Bisa jadi pagar makan tanaman yang masih sejurusan dengan pelakor.
            Introspeksi diri kenapa sampai muncul pelakor? Mudah-mudahan tidak terjadi dalam rumahtangga kita yang sudah lama dibina dari tidak punya apa-apa sampai kini punya apa-apa. Harus ingat ketika masih jaman susah, masa harus kembali susah dibangun dari 0 lagi? Menjadi bahan renungan bersama.




*) Praktisi Pendidikan
     Domisili di Gebang
           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar