ARTIKEL
BEREBUT KURSI PNS
Oleh
: Nurdin Kiurniawan, S.Pd. *)
Setelah
hampir 4 tahun pemerintah tidak membuka lowongan pekerjaan PNS (moraturium) dan kali ini dibuka tentu
pendaftarnya membludak. Dari mereka yang bergelar sarjana yang mendaftar terhitung 44,4 juta
orang namun yang hanya diterima 120 ribu
saja. Wajar jika Wapres Jusuf Kalla mengatakan kalau yang diterima PNS pada
tahun 2018 ini tidak lebih dari 3 %.
Ditutup
cukup lama membuat masa penantian yang cukup panjang. Moraturium PNS memang
sangat disayangkan mengingat formasi tertentu kekurangan pegawai seperti guru
dan tenaga kesehatan. Berdalih jumlah PNS yang terlalu banyak akhirnya hampir
selama pemerintahan Jokowi-JK tidak membuka lowongan bagi formasi PNS.
Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy
Chrisnadi, menyebut rasio ideal jumlah PNS berbanding penduduk adalah 1,5
persen dari total populasi, atau setara 3,5 juta orang. Saat ini, Indonesia
memiliki lebih dari 4,5 juta PNS, yang menyedot 33,8 persen dari total anggaran belanja
negara. Jika jumlah PNS tak terkontrol, potensi beban utang pemerintah seperti
yang terjadi di Yunani rasanya bukan hal mustahil. Untuk 2017 saja, beban
belanja pegawai pusat dan daerah di APBN sebesar Rp347 triliun.
Wajar jikalau kemudian ada moraturium pembukaan formasi untuk PNS. Tahun
2018 merupakan kesempatan bagi mereka yang sudah lama menunggu untuk bisa
mendaftarkan diri menjadi CPNS. Begitu kuat keinginan para sarjana
untuk bisa menjadi PNS. Menjadi PNS masih merupakan impian sebagian masyarakat
Indonesia. Banyak pertimbangan yang menjadikan PNS sebagai impian para lulusan
sarjana.
Tak hanya sarjana
yang baru lulus yang berburu ingin menjadi PNS. Mereka yang mendaftar kepentok umur diatas 35 tahun juga masih banyak yang
ingin mendaftar PNS. Jikalau kemudian mereka yang punya katagori seperti
honorer Katagori II (K II) tentu sangat berharap banyak tahun ini bisa
diangkat. Rupanya nasib tak berpihak
pada K II. Demo di Istana Nagara sampai dua hari yaitu dari tanggal 30 dan 31
Oktober 2018 tak membuahkan hasil. Sungguh sangat disayangkan tak satupun
pejabat yang menemui honorer K II saaat berdemo di Istana Negara.
Dari dahulu sampai
sekarang yang namanya PNS masih sangat didambakan masyarakat Indonesia. Jadi mereka menganggap bahwa jadi PNS itu
adalah sebagai satu kelompok feodal, kelompok elite yang dihargai
orang. Dianggap punya kedudukan terhormat di masyarakat. Ini kan sebenarnya
lanjutan saja dari dulu dari budaya raden zaman kerajaan dulu, kemudian abdi
dalem, kemudian baru setelah itu PNS, ketika orang-orang Indonesia mulai
bersekolah.
Ada kecenderungan masyarakat kita beranggapan
kalau beban PNS ini relatif gampang. Jadi pegawai, datang tiap hari
ke tempat kerja, dapat gaji, mereka enggak peduli jiwa enterpreneurship
masyarakat kita ini masih rendah. Mereka lebih memilih dapat gaji setiap
bulannya ketimbang berusaha dan berinovasi yang belum tentu dikuasai.
Menjadi PNS tidak
terbebani sehingga seseorang bisa memiliki waktu luang yang sangat banyak.
Bandingkan dengan bekerja di sektor swasta. Dengan banyaknya waktu luang
tersebut, maka yang menjadi PNS bisa lebih dekat dengan keluarga anda ataupun
bisa melakukan bisnis sampingan. PNS dianggap sebagai pekerjaan yang sangat
menjanjikan untuk masa depan.
Bila ditanya satu per satu mengapa PNS masih menjadi harapan setiap orang?
Mereka masih berharap bisa menjadi PNS karena tidak mengenal istilah PHK, tidak ada target, jaminan hidup di hari tua, mudah dapat calon
istri, disukai calon mertua, banyak kemudahan, mengabdikan diri pada negara, menjadi
kebanggaan tersendiri, membuka kesempatan belajar ke luar negeri, tunjangan
yang besar, penghasilan stabil dan tidak pernah turun, banyak waktu luang dan
masih banyak alasan yang lainnya.
Tanamkan
Jiwa Kewirausahaan
Masih sedikit sarjana
yang baru lulus jiwa kewirausahaannya. Padahal kalau dilihat sekarang ini yang
mempunyai jiwa wisausahan akan lebih
mudah membangun negeri bila dibandingkan dengan mereka yang melulu berharap
jadi PNS. Menanamkan jiwa wirausaha ini yang perlu dibenahi agar lulusan yang
baru menimba ilmu diperguruan tinggi
mampu mandiri.
Seperti yang diungkapkan
Wapres Jusuf Kalla pada detik.com bahwa
perkembangan teknologi kini telah menciptakan peluang yang luar biasa dalam
kewirausahaan. Kemampuan melihat peluang untuk dijadikan komoditas merupakan
karakter kewirausahaan yang dibutuhkan.
Jadi mereka yang selama ini masih berharap menjadi PNS harus siap-siap kecewa.
Itulah kenyataan yang
ada, artinya semua mahasiswa ataupun yang
sudah lulus harus memahami bahwa
cita-cita untuk menjadi PNS itu sangat kecil sekali kesempatannya, tidak lebih
dari 3 persen dari semua mahasiswa yang lulus atau sarjana yang mendaftar.
Dari ujian CPNS yang
berlangsung beberapa hari yang lalu secara online
sepertinya hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan. Banyak peserta tes
yang tidak lulus karena masih berada di bawah standar yang ditetapkan. Hasilnya
memang bisa diketahui hari itu juga. Dari tes pertama saja sudah banyak yang
berguguran.
Ada anggapan kalau
hasil tes CPNS hasilnya masih jauh dari standar kelulusan yang ditetapkan
kemungkinan standarnya nanti yang akan diturunkan. Ternyata dari uji kompetensi
saja sudah pada berguguran belum lagi uji kompetensi yang lainnya. Namun
demikian semangat untuk bisa menyelesaikan ujian tetap membara. PNS masih
menjadi harapan satu-satunya para
pencari kerja.
Penyelenggara ujian
dalam hal ini pemerintah juga dituntut untuk transparan, jujur bahwa yang lulus
adalah benar-benar mereka yang sudah lulu seleksi. Tidak ada unsur lainnya yang
dapat merusak hasil tes itu sendiri. Mudah-mudahan dengan adanya seleksi
seperti ini menjadi bahan pertimbangan bagi mereka yang punya kemampuan untuk
bisa duduk mengabdikan diri sesuai dengan bidang ilmunya.
Selamat untuk para pendafatar
yang bisa lulus dan dapat diterima menjadi CPNS. Abdikan buat negara ilmu yang
didapat, singsingkan lengan baju sehinggga Indonesia makin berprestasi dan jauh
lebih maju lagi.
*)
Praktisi Pendidikan
Tinggal di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar