Cerpen
K U S M I Y A T I
Oleh : Nurdin Kurniawan
Langkah tegap memasuki lapangan
upacara. Memberikan laporan pada Pembina upacara bahwa upacara akan segera
dimulai. Usai memberikan laporan Kusmiyati kembali ke tempatnya semua. Itulah
sosok Kusmiyati anak bungsu dari 2 bersaudara. Terlahir dari pasangan Bapak
Durgi dan Ibu Osih.
Kesehariannya sangat sederhana dan
tak ada yang berbeda dengan siswa lain umumnya. Hanya saja Kusmiyati tergolong
berani tampil dihadapan umum. Entah ketika jadi pemimpin upacara, maju ke kelas
bila disuruh guru atau berani tampil mewakili teman-temannya dalam acara pekan
kreativitas siswa. Anaknya tidak pernah malu bila suruh tampil. Penuh percaya
diri bila dibandingkan dengan teman-teman wanita lainnya. Keberaniannya inilah yang membuat Kusmiyati
mudah dihapal oleh guru-guru.
Tokoh Iwan Fals merupakan salah
idola dari Kusmiyati. Lagu Ibu yang dipopulerkan Iwan Fals menginspirasi
Kusmiyati agar selalu berbakti terhadap orangtua seperti halnya ibu. Dulu
pernah ada kejadian Yati sampai pulang larut malam. Habis main bersama anak cowok
yang bernama Heru. Bahkan Ibu sempat menasehati agar kalau pulang jangan
terlalu malam. Malah Heru yang ingin mengajak Yati kabur saja kalau dimarahi
orang-orang di rumah. Ibu sempat melarang kalau Yati kabur. Dari peristiwa
inilah Yati sangat terkesan sekali dengan Ibu. Ibu adalah orang yang sangat
bijaksana. Bahkan dari persitiwa ini kalau ada cowok yang mau main oleh Ibu
disuruh datang saja ke rumah.
Selain itu Ibu adalah sosok yang
tegar. Bagi Bapak , Ibu adalah hasil pernikahan keduanya. Dari sinilah Ibu teruji sekali tentang kesabarannya.
Setidaklnya sebagai istri kedua bisa
mengimbangi apa yang dilakukan Bapak dalam hal pembangian waktu gilir. Tokoh
ibu memang susah dilupakan dari kehidupan Kusmiyati.
Bapak juga bukanlah orang berada.
Kesehariannya sangat sederhana dengan mencari rejeki tak jauh dari rumah. Namun
demikian Bapak punya prinsip tak mau
merepotkan anak-anaknya. Ketika kakak punya rejeki hasil kerjanya di Tangerang
namun Bapak tidaklah mengharapkan
anak-anaknya ngirim. Biarlah rejeki anak untuk anak jangan sampai merepotkan
Bapak.
“Bapak tahu kamu ingin membahagiakan
Bapak”
“Tapi biarlah uang itu kalian
tabungkan saja”
“Jangan terlalu memikirkan Bapak”
Bapak tahu benar
kalau kehidupan di kota besar sangatlah keras. Bapak tak ingin anak-anaknya
susah hanya karena ikut memikirkan Bapak yang ada di kampung. Jadi biarlah apa
yang diperoleh anak-anaknya untuk mencukupi kehidupan disana. Masalah Bapak
sudah jangan terlalu dipikirkan. Bapak sebisa-bisa mencari rejeki dengan cara
Bapak sendiri.
Dari hasil pekerjaannya Bapak bisa
memberikan ongkos untuk Kusmiyati Rp. 5.000. Uang ini yang Rp. 2.000 digunakan
Yati untuk menabung sedang sisanya digunakan untuk jajan. Kadang kalau rejekinya
lagi bagus maka Bapak siangnya memberi lagi Rp. 2.000. Pokoknya hidup ini
jangan dibuat susah. Walau kehidupan nyata-nyata sudah susah maka jangan
dibesar-besarkan agar jangan terasa sekali susahnya. Nikmatilah hidup itu apa
adanya.
***
Sebagai anak gadis yang mulai
memasuki usia remaja Kusmiyati juga mulai menganal yang namaya cinta. Walau
masih disebutnya dengan cinta monyet atau cinta gorila sekalipun. Senang dengan
pria yang bernama Yahya. Namun sayang Yahya jutsru senang sama Mala. Sampai
sekarang eh…malah Mala yang dijadikan teman dekatnya. Barangkali bukan miliknya
akhirnya Yati menjaga jarak. Biarlah
Yahya sama Mala saja.
Waktu kelas 8 Yati sempat punya
teman dekat yang bernama Ajo. Tapi ada sebalnya dengan pria yang bernama Ajo. Ketika
itu Yati ada suatu keperluan. Yati minta bantuan pada Ajo, eh… Ajonya banyak
alasan. Tapi ketika Ariz minta bantuan sama Ajo malah mau. Siapa yang tidak
sebal kalau sudah begini! Persahabatan yang dibina dengan Ajo jadi renggang.
Kini dengan berlalunya waktu malah kalau ketemu sama Ajo jadi biasa-biasa saja.
Habis mau bagaiman lagi? Yati pikir
sudahlah yang sudah sih sudah saja. Barangkali bukan milik Yati. Tak ada
perasaan apa-apa kalau sekarang bertemu dengan Ajo. Ajonya juga demikian
seperti tak terjadi apa-apa.
Perjalanan hidup masih sangat
panjang. Kusmiyati punya cita-cita ingin jadi penyanyi. Ingin bisa tampil
seperti halnya anak-anak yang lain. Kalau alat musik yang dikuasai memang belum
ada namun Yati hobi sekali dengan yang namanya menyanyi. Bila ada acara pentas
musik maka Yati tak segan-segan untuk tampil diatas pentas. Sudah beberapa kali
saja ada pentas musik maka Yati ikut tampil. Apalagi kalau ada acara perpisahan
kelas maka Yati berusaha untuk bisa menampilkan setidaknya satu buah lagu di
pentas. Hobi yang satu ini memang susah sekali dilupakan. Ingin agar hobi yang
satu ini bisa tersalurkan dengan baik.
Beruntung sekali sekolah punya beberapa alat musik. Yati sempatkan
diri latihan sama Pak Memed di sekolah. Bersama teman-teman yang lain juga
berusaha untuk menampilkan apa yang bisa diperbuat. Sebenarnya potensi
anak-anak disekolah ini banyak sekali namun sayang belum ada yang berani menampilkannya,
ada pula yang berani tapi malu-malu. Bagi Yati yang seperti ini adalah suatu
kesempatan. Kapan lagi bisa menampilkan apa yang kita bisa kalau tidak dari
sekarang.
Masalah pelajaran di sekolah tidak
beda dengan anak-anak yang lain. Hanya saja pelajaran matematika adalah salah
satu pelajaran yang sulit untuk ditangkap. Habis gurunya jarang menerangkan.
Kalau menerangkan hanya untuk anak-anak yang mengerti saja sementara anak-anak yang tidak bisa justru
dibiarkan sendiri. Malah yang paling banyak adalah memberikan tugas. Bagaimana bisa
mengerti kalau cara mengajarnya seperti ini? Apa yang dialami Yati ternyata juga hampir sama dengan pendapat
yang lain. Ya… memang matematika membuat mati! Susah untuk bisa dimengerti kalau
tidak mengerti dari awalnya. Haya saja
Yati berharap agar pelajaran yang satu
ini bisa memberikan manfaat bagi Yati. Kalau ada yang tidak mengerti setidaknya
bisa diulangi lagi agar apa yang tidak bisa itu menjadi bisa.
Semenjak kelas 9 Yati tidak ikut
kegiatan estrakurikuler lagi. Kelas 9 memang waktunya dikhususkan untuk menghadapi
Ujian Nasional. Kalaupun Yati sore hari suka ada di sekolah itu hanya untuk
main. Tidak ada kaitannya degan kegiatan sekolah. Ya seperti menyalurkan hobi akan menyanyi, olahraga. Di
sekolah memang sarananya ada sehingga bisa menyalurkan hobi yang satu ini.
***
Pagi-pagi sudah harus mempersiapkan segala sesuatunya
untuk berangkat sekolah. Jarak dari
rumah ke sekolah tidaklah terlalu jauh. Kusmiyati cukup dengan jalan
kaki saja. Dibawa jalan kaki dan ngobrol sepanjang perjalanan membuat tak
terasa jarak yang harus ditempuh. Kadang saling menunggu antara teman yang satu
dengan teman yang lain lalu jalan bersama-sama. Sepanjang perjalanan ngobrol eh
tak terasa akhirnya sampai juga di sekolah.
Perjalanan sekolah ini masihlah sangat
jauh. Sebab sehabis SMP tentu harus dilanjutkan ke sekolah yang lebih tingggi
lagi. Ini pekerjaan baru bagi Yati. SetidaknyaYati juga ingin bisa melanjutkan
ke sekolah yang lebih tingggi lagi. Yati hanya berharap Bapak masih mampu untuk
melanjutkan biaya sekolah Yati. Yati ingin
bisa mengenyam pendidikan yang lebih tingggi lagi. Sekolah merupakan
keharusan bagi siapa saja untuk menuntut ilmu. Kalau sekarang banyak kendalanya
mudah-mudahan pada masa mendatang tak seperti ini lagi. Ingin ada kemudahan
dalam mengenyam pendidikan.
Menatap indah Gunung Ciremai dari
kejauhan, hamparan sawah yang menghijau. Perjalanan ini masihlah sangat panjang. Kaki ini masih terus mengajak
berjalan. Masihkan panjang jalan yang
harus ditempuh? Mentari masih memancarkan sinarnya pertanda masih ada hari esok
yang lebih baik. Kehidapun akan terus berjalan dan ini merupakan tantangan
tersendiri. Segala sesuatunya Yati pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Jalan
terbaiklah yang mudah-mudahan ditunjukkan oleh Yang Maha Kuasa.
Cirebon, 22 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar