Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Jumat, 28 Juni 2019

K U S M I Y A T I (Cerpen)


Cerpen
K U S M I Y A T I
Oleh : Nurdin Kurniawan
            Langkah tegap memasuki lapangan upacara. Memberikan laporan pada Pembina upacara bahwa upacara akan segera dimulai. Usai memberikan laporan Kusmiyati kembali ke tempatnya semua. Itulah sosok Kusmiyati anak bungsu dari 2 bersaudara. Terlahir dari pasangan Bapak Durgi dan Ibu Osih.
            Kesehariannya sangat sederhana dan tak ada yang berbeda dengan siswa lain umumnya. Hanya saja Kusmiyati tergolong berani tampil dihadapan umum. Entah ketika jadi pemimpin upacara, maju ke kelas bila disuruh guru atau berani tampil mewakili teman-temannya dalam acara pekan kreativitas siswa. Anaknya tidak pernah malu bila suruh tampil. Penuh percaya diri bila dibandingkan dengan teman-teman wanita lainnya.  Keberaniannya inilah yang membuat Kusmiyati mudah dihapal oleh guru-guru.
            Tokoh Iwan Fals merupakan salah idola dari Kusmiyati. Lagu Ibu yang dipopulerkan Iwan Fals menginspirasi Kusmiyati agar selalu berbakti terhadap orangtua seperti halnya ibu. Dulu pernah ada kejadian Yati sampai pulang larut malam. Habis main bersama anak cowok yang bernama Heru. Bahkan Ibu sempat menasehati agar kalau pulang jangan terlalu malam. Malah Heru yang ingin mengajak Yati kabur saja kalau dimarahi orang-orang di rumah. Ibu sempat melarang kalau Yati kabur. Dari peristiwa inilah Yati sangat terkesan sekali dengan Ibu. Ibu adalah orang yang sangat bijaksana. Bahkan dari persitiwa ini kalau ada cowok yang mau main oleh Ibu disuruh datang saja ke rumah.
            Selain itu Ibu adalah sosok yang tegar. Bagi Bapak , Ibu adalah hasil pernikahan keduanya.  Dari sinilah Ibu teruji sekali tentang kesabarannya. Setidaklnya sebagai istri kedua  bisa mengimbangi apa yang dilakukan Bapak dalam hal pembangian waktu gilir. Tokoh ibu memang susah dilupakan dari kehidupan Kusmiyati.
            Bapak juga bukanlah orang berada. Kesehariannya sangat sederhana dengan mencari rejeki tak jauh dari rumah. Namun demikian Bapak punya prinsip  tak mau merepotkan anak-anaknya. Ketika kakak punya rejeki hasil kerjanya di Tangerang namun Bapak tidaklah  mengharapkan anak-anaknya ngirim. Biarlah rejeki anak untuk anak jangan sampai merepotkan Bapak.
            “Bapak tahu kamu ingin membahagiakan Bapak”
            “Tapi biarlah uang itu kalian tabungkan saja”
            “Jangan terlalu memikirkan Bapak”
Bapak tahu benar kalau kehidupan di kota besar sangatlah keras. Bapak tak ingin anak-anaknya susah hanya karena ikut memikirkan Bapak yang ada di kampung. Jadi biarlah apa yang diperoleh anak-anaknya untuk mencukupi kehidupan disana. Masalah Bapak sudah jangan terlalu dipikirkan. Bapak sebisa-bisa mencari rejeki dengan cara Bapak sendiri.
            Dari hasil pekerjaannya Bapak bisa memberikan ongkos untuk Kusmiyati Rp. 5.000. Uang ini yang Rp. 2.000 digunakan Yati untuk menabung sedang sisanya digunakan untuk jajan. Kadang kalau rejekinya lagi bagus maka Bapak siangnya memberi lagi Rp. 2.000. Pokoknya hidup ini jangan dibuat susah. Walau kehidupan nyata-nyata sudah susah maka jangan dibesar-besarkan agar jangan terasa sekali susahnya. Nikmatilah hidup itu apa adanya.
                                                                        ***
            Sebagai anak gadis yang mulai memasuki usia remaja Kusmiyati juga mulai menganal yang namaya cinta. Walau masih disebutnya dengan cinta monyet atau cinta gorila sekalipun. Senang dengan pria yang bernama Yahya. Namun sayang Yahya jutsru senang sama Mala. Sampai sekarang eh…malah Mala yang dijadikan teman dekatnya. Barangkali bukan miliknya akhirnya Yati menjaga jarak.  Biarlah Yahya sama Mala saja.
            Waktu kelas 8 Yati sempat punya teman dekat yang bernama Ajo. Tapi ada sebalnya dengan pria yang bernama Ajo. Ketika itu Yati ada suatu keperluan. Yati minta bantuan pada Ajo, eh… Ajonya banyak alasan. Tapi ketika Ariz minta bantuan sama Ajo malah mau. Siapa yang tidak sebal kalau sudah begini! Persahabatan yang dibina dengan Ajo jadi renggang. Kini dengan berlalunya waktu malah kalau ketemu sama Ajo jadi biasa-biasa saja. Habis mau bagaiman  lagi? Yati pikir sudahlah yang sudah sih sudah saja. Barangkali bukan milik Yati. Tak ada perasaan apa-apa kalau sekarang bertemu dengan Ajo. Ajonya juga demikian seperti tak terjadi apa-apa.
            Perjalanan hidup masih sangat panjang. Kusmiyati punya cita-cita ingin jadi penyanyi. Ingin bisa tampil seperti halnya anak-anak yang lain. Kalau alat musik yang dikuasai memang belum ada namun Yati hobi sekali dengan yang namanya menyanyi. Bila ada acara pentas musik maka Yati tak segan-segan untuk tampil diatas pentas. Sudah beberapa kali saja ada pentas musik maka Yati ikut tampil. Apalagi kalau ada acara perpisahan kelas maka Yati berusaha untuk bisa menampilkan setidaknya satu buah lagu di pentas. Hobi yang satu ini memang susah sekali dilupakan. Ingin agar hobi yang satu ini bisa tersalurkan dengan baik.
            Beruntung sekali sekolah  punya beberapa alat musik. Yati sempatkan diri latihan sama Pak Memed di sekolah. Bersama teman-teman yang lain juga berusaha untuk menampilkan apa yang bisa diperbuat. Sebenarnya potensi anak-anak disekolah ini banyak sekali namun sayang belum ada yang berani menampilkannya, ada pula yang berani tapi malu-malu. Bagi Yati yang seperti ini adalah suatu kesempatan. Kapan lagi bisa menampilkan apa yang kita bisa kalau tidak dari sekarang.
            Masalah pelajaran di sekolah tidak beda dengan anak-anak yang lain. Hanya saja pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran yang sulit untuk ditangkap. Habis gurunya jarang menerangkan. Kalau menerangkan hanya untuk anak-anak yang mengerti saja  sementara anak-anak yang tidak bisa justru dibiarkan sendiri. Malah yang paling banyak adalah memberikan tugas. Bagaimana bisa mengerti kalau cara mengajarnya seperti ini? Apa yang dialami Yati  ternyata juga hampir sama dengan pendapat yang lain. Ya… memang matematika membuat mati! Susah untuk bisa dimengerti kalau tidak    mengerti dari awalnya. Haya saja Yati  berharap agar pelajaran yang satu ini bisa memberikan manfaat bagi Yati. Kalau ada yang tidak mengerti setidaknya bisa diulangi lagi agar apa yang tidak bisa itu menjadi bisa.
            Semenjak kelas 9 Yati tidak ikut kegiatan estrakurikuler lagi. Kelas 9 memang waktunya dikhususkan untuk menghadapi Ujian Nasional. Kalaupun Yati sore hari suka ada di sekolah itu hanya untuk main. Tidak ada kaitannya degan kegiatan sekolah. Ya seperti  menyalurkan hobi akan menyanyi, olahraga. Di sekolah memang sarananya ada sehingga bisa menyalurkan hobi yang satu ini.
                                                                        ***
            Pagi-pagi  sudah harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk berangkat sekolah. Jarak dari  rumah ke sekolah tidaklah terlalu jauh. Kusmiyati cukup dengan jalan kaki saja. Dibawa jalan kaki dan ngobrol sepanjang perjalanan membuat tak terasa jarak yang harus ditempuh. Kadang saling menunggu antara teman yang satu dengan teman yang lain lalu jalan bersama-sama. Sepanjang perjalanan ngobrol eh tak terasa akhirnya sampai juga di sekolah.
            Perjalanan sekolah ini masihlah sangat jauh. Sebab sehabis SMP tentu harus dilanjutkan ke sekolah yang lebih tingggi lagi. Ini pekerjaan baru bagi Yati. SetidaknyaYati juga ingin bisa melanjutkan ke sekolah yang lebih tingggi lagi. Yati hanya berharap Bapak masih mampu untuk melanjutkan biaya sekolah Yati. Yati ingin  bisa mengenyam pendidikan yang lebih tingggi lagi. Sekolah merupakan keharusan bagi siapa saja untuk menuntut ilmu. Kalau sekarang banyak kendalanya mudah-mudahan pada masa mendatang tak seperti ini lagi. Ingin ada kemudahan dalam mengenyam pendidikan.
            Menatap indah Gunung Ciremai dari kejauhan, hamparan sawah yang menghijau. Perjalanan ini  masihlah  sangat panjang. Kaki ini masih terus mengajak berjalan. Masihkan  panjang jalan yang harus ditempuh? Mentari masih memancarkan sinarnya pertanda masih ada hari esok yang lebih baik. Kehidapun akan terus berjalan dan ini merupakan tantangan tersendiri. Segala sesuatunya Yati pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Jalan terbaiklah yang mudah-mudahan ditunjukkan oleh Yang Maha Kuasa.

                                                                                                            Cirebon, 22 Oktober 2012  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar