Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 18 Juni 2019

DAMAI Dalam PENCAK SILAT (ARTIKEL)


ARTIKEL

DAMAI  Dalam PENCAK SILAT
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


Belum lama perhelatan pesta olahraga negara-negara yang ada di Benua Asia baru saja berlalu. Suatu perhelatan yang sangat besar yang berlangsung di Jakarta dan Palembang dari tanggal 18 Agustus 2018 sampai 2 September 2018. Ada 40 cabang olahraga yang dipertandingkan. Indonesia berhasil menduduki peringkat 4 setelah peringkat pertama diduduki RRC, disusul Jepang dan  Korea Selatan. Medali yang diperoleh Indonesia di peringkat keempat adalah emas 31, perak 24 dan perunggu 43 dengan jumlah total medali 98.
            Selain kesuksesan yang ditunjukkan bangsa Indonesia sebagai tuan rumah, ada satu pemandangan yang sunguh sangat menyejukkan hati. Pemandangan yang sungguh langka namun membuat suasana batin bangsa ini menjadi tenang. Saat itu adalah saat atlit pencak silat Hanifan Yudani Kusumah  meraih emas. Waktu itu Ketua Ikatan Pencak Silat Seluruh  Indonesia (IPSI) Bapak Prabowo Subinato dan Presiden Joko Widodo bisa berangkulan memeluk Hanifan Yudani Kusumah yang berhasil menambah emas untuk kontingen Indonesia dari cabang olahraga pencak silat.
            Momen yang sangat langka itu tentu saja mendapatkan sambutan yang hangat dari para penonton. Di era tahun politik seperti sekarang ini hampir tiada hari yang membicarakan kedua sosok tersebut. Ada yang bernada positif ada pula yang bernada negatif. Masing-masing pendukungnya seolah tanpa henti mengangkat salah satu pendukungnya dan memberi kesan negatif pada saingan politik seperti itu pula sebaliknya.
            Lihat sahat saja media sosial seperti facebook, twitter atau instagram atau yang lainnya.  Kalimat-kalimat yang mengagungkan salah satu pihak dan memojokkan saingannya, demikian pula sebaliknya. Sebagai pengguna media sosial tentu saja penulis merasakan risi. Kenapa media sosial yang seyogyanya dijadikan sebagai ajang silaturahmi selalu saja diisi dengan hal-hal yang membuat disintegritas.
            Apa yang terjadi dibawah ternyata tidak sesungguhnya mewakili apa yang terjadi diatas. Ditingkat elit politik ternyata diluar dugaan. Bapak Presiden Joko Widodo bisa berangkulan dengan Bapak Prabowo Subianto. Itu bisa terlihat di acara pesta olahraga Asian Games yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Tentunya momen yang asngat langka untuk bisa disaksikan oleh rakyat Indonesia. Kedua pemimpin yang bisa duduk bersama di satu acara dan lebih mementingkan persatuan dan kesatuan  bangsa.
            Adalah sosok Hanifan Yudani Kusumah pesilat yang berhasil menyumbangkan emas buat Indonesia. Usai memenangi pertandingan, Hanifan langsung berkeliling sambil membawa bendera Merah-Putih, lalu menyambangi area kursi VVIP. Hanifan bersalaman dengan sejumlah orang, termasuk Jokowi. Setelah itu, Hanifan menyalami dan memeluk Prabowo Subianto. Lalu mengajak Jokowi dan Prabowo berpelukan. Pemandangan yang sangat indah!
            Tangan kanan Jokowi merangkul pundak Hanifan, sementara tangan kirinya merangkul punggung Prabowo. Demikian pula tangan kanan Prabowo merangkul punggung Jokowi dan tangan kirinya merangkul pundak Hanifan. Adapun Hanifan yang memegang bendera Merah-Putih juga merangkul pundak Jokowi sekaligus Prabowo.
Seperti diungkapkan sang pesilat Hanifan Yudani Kusumah  pada Tempo.com "Biar tahu masyarakat Indonesia, Prabowo dan Jokowi tidak ada apa-apa. Hanya itu orang-orang yang sirik karena kesuksesan mereka. Saya sebagai insan silat Indonesia bahwa silat itu artinya silaturahmi. Jadi kita harus jaga menjaga hati kita sama-sama. Kita satu bangsa, satu negara, masak kita harus terpecah-belah karena hal tidak penting," tutur Hanifan.
Pencak Silat = Silaturahmi
Seperti itu seyogyanya apa yang terjadi menjelang Pilpres 2019 yang akan berlangsung di negara ini. Terjalin silaturahmi antara kedua calon kandidat presiden di tahun politik. Sebagai orang yang berada di bawah menjadi ikut tenang dengan kondisi yang seperti ini. Apa-apa yang terjadi di media sosial setidaknya bisa terbantahkan. Ternyata di sebuah arena yang bernama Asian Games keduanya bisa duduk bersama. Keduanya bisa menampilkan suatu keharmonisan yang enak dipandang mata. Pencak silat ternyata bisa menyatukan keduanya dalam  sebuah panggung.
Olahraga asli dari Indonesia ini untuk pertamakalinya masuk di Asian Games. Pencak Silat sendiri sudah tersebar di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Philipina, Singapura, Uzbekistan, Bruna Darussalam, India, Kirgistan, Nepang, Nepal, Laos, Thailand, Timor Leste, Iran dan Vietnam. Wajar bila Indonesia sebagai tuan rumah mengusulkan agar pencak silat masuk dalam salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Ternyata setelah masuk dalam salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games olahraga yang mengandalkan pukulan, tendangan, sapuan dan bantingan ini menjadi pengumpul pundi-pundi emas terbanyak bagi Indonesia.
Jauh lebih penting daripada itu dengan masuknya pencak silat masuk dalam cabang olahraga di Asian Games adalah pada olahraga yang satu ini pimpinan nasional bangsa Indonesia yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto bisa berangkulan. Suatu yang membanggakan yang bisa menyejukkan hati bangsa Indonesia. Pencak silat memang silaturahmi, dengan pencak silat suasana yang panas bisa cair.
Mudah-mudahan pemandangan rangkulannya Prabowo denan Joko Widodo bisa mewakili ketentraman di negara ini. Di masyarakat bawah yang belum bisa menyaksikan adegan berangkulan kedua tokoh sepertinya harus menyaksikan. Ternyata di atas sana para pemimpin negera ini bisa memperlihatkan suasana yang kondusif, bisa memperlihatkan suasana kekeluargaan seperti halnya pencak silat yang berarti juga silaturahmi.
Semoga Indonesia tetap terjalin silaturahmi yang baik. Dari kalangan bawah sampai kalangan atas untuk tidak lagi nyinyir membicarakan kawan disebelah dengan hujatan-hujatan yang tidak berguna. Kita masih satu bangsa Indonesia. Pemilihan presiden adalah pesta demokrasi yang harus terjadi namun tidak dengan suasana yang panas.  Ternyata kedua tokoh yang menjadi pembicaraan kita selama ini masih bisa duduk di tempat yang sama, masih bisa tersenyum  bahkan tertawa bersama-sama. Lalu kenapa yang dibawah harus ribut-ribut! Damailah Indonesiaku.

                                                                                                *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                    Tinggal di Gebang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar