Cerpen
BERBASIS ONLINE
Oleh : Nurdin Kurniawan
Semilir
angin yang masuk lewat celah-celah ventilasi seperti tak terasa apa-apa. Hari
ini betapa sesaknya mengahadapi persoalan ekonomi yang tak kunjung membaik.
Belum lama bel di hp yang tak pernah berhenti. Dilihat dari nomer yang sudah
tak asing karena sebelumnya juga pernah ngebel. Disimpan untuk sekedar mengingat
barangkali nanti ngebel lagi. Benar saja ...selama belum bayar sepertinya suara
bel seperti itu akan selalu muncul. Ambil nafas dalam-dalam mengingatkan
kembali beberapa langkah kebelakang.
Sekiranya apa ada yang bisa diperbuat
sepertinya akan dilakukan. Ingin
agar pasak yang nanti digunakan untuk
memaku jangan lebih besar dari tiang itu sendiri.
Dibukanya
laptop sekedar menghilangkan rasa jenuh yang selalu menghinggapi malam bila
sudah larut. Dibuka beberapa halaman media sosial siapa tahu ada berita bagus
yang bisa menambah rasa percaya diri.
Atau setidaknya bisa mencari kedamaian dihati. Mencarai beberapa laman yang
bisa mendatangkan rupiah. Selama ini bagi Firman yang namanya membuat artikel sudah merupakan
keseharian. Dari artikel inilah dapur masih bisa mengebul mengeluarkan asapnya.
Atau paling tidak bensin buat motor bisa
terisi lagi.
Berhenti
disalah satu pengumuman lomba menulis yang diselenggarakan oleh salah satu kementerian. Tertarik juga untuk diikuti.
Temanya menarik dan masuk akal untuk dibahas. Kalau yang seperti ini rasa-rasanya
bisa untuk diikuti. Laman yang dituju disimpan karena untuk mendaftar langsung
tidak bisa karena jaringannya sedang tidak bagus.
Esoknya
Firman mencoba membuka laman yang
kemarin sangat menggoda hati untuk bisa didaftarkan. Masih belum juga bisa
untuk online. Namun setidaknya sudah bisa mengakses beberapa halaman website yang
ada kaitannnya dengan makalah yang akan dilombakan. Begi nilah kalau didaerah
yang jaringan internetnya kurang bagus. Untuk bisa daftar secara online saja
harus menunggu dengan sabar.
Kebiasaan
menulis yang sudah mendarah daging alangkah sayangnya kalau hanya untuk kesenangan sendiri saja. Seperti ada dorongan
bagaimana kalau sesekali kebiasaan menulis ini diikutsertakan dalam sebuah
lomba? Dipikir dalam–dalam akhirnya Firman merasa mampu untuk mengikuti ajang yang
seperti ini. Alangkah sayangnya kalau tidak ikut. Dipersiapkan segala
sesuatunya agar materi yang nanti akan ditanyakan segera ada jawabannya. Lama juga mengumpulkan data-data yang
harus dilengkapi. Seperti akan menyusun skripsi lagi. Tak apalah yang penting
kemampuan menulis seperti ini jangan sampai terpendam didada saja . Sesekai
diikutsertakan siapa tahu nanti bisa mendapatkan juara. Oh...terlalu tinggi
mengkhayalnya, namun siapa tahu? Bagaimana kalau dicoba saja.
Beberapa
sekolah yang harus dimintai pendapatnya untuk ikut lomba ini juga didatangi.
Sumber yang digunakan juga harus bisa dipertanggungjawabkan. Sedapat mungkin
merupakan sumber primer atau masih orang kesatu. Mutar-muter dapat juga referensi yang nanti
akan menjadi sumber tulisan.
Mulailah
data yang ada diolah menjadi sebuah data permanen. Dihubung-hubungkan antara
tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Dicoba dirangkai menjadi kalimat
yang enak dibaca dan tentunya pula harus bermakna. Setiap malam dicoba
dibandingkan dengan data yang sudah ada sebelumnya. Diketik yang rapih sampai
akhirnya jadilah sebuah makalah.
Alhamdulillah sudah selesai. Kini naskah
yang ada siapkan untuk dikirimkan ke salah satu kementerian yang menyelenggarakan
lomba menulis ilmiah populer. Dikirim via email seperti yang tertera di salah
satu alamat yang ada.Menunggu beberapa saat akhirnya sampai juga dikementerian
yang dituju. Tinggal menunggu waktu yang sudah ditentukan untuk melihat
pengumuman.
Tak
terasa akhirnya sampai juga dengan batas waktu pengumunan yang telah disebutkan
dalam selebaran. Penasaran ingin mengetahui hasilnya. Dibuka alamat email yang
aku punya. Memang ada balasan . Ada perasaan ingin cepat membukanya. Dibaca
dengan seksama. Hasilnya....?
Ada
perasaan kecewa yang susah untuk bisa
diterima. Namun lama sekali Firman menata ulang kalimat demi kalimat. Akhirnya
bisa menerima. Ternyata naskah yang sudah dikirim tidak bisa diterima oleh panitia.
Syaratnya harus mendaftar online terlebih dahulu. Siapa saja yang telah terdaftar berarti sudah ada datanya. Datanya
yang mendaftar secara online sudah pasti akan ada di panitia. Rupanya Firman
belum mendaftar secara online. Walau naskah sudah sampai dan diterima oleh
panitia namun karena belum daftar secara online maka nama firman tidak terdaftar
di panitia.
Merenung
lama... oh, seperti inillah yang namanya pendaftaran berbasis online. Pekerjaan
yang memakan waktu lama , tenaga, belum
juga biaya habis tak menyisakan, namun ... hasilnya belum bisa diterima. Hanya
karena tidak mendaftar secara online dahulu sebelumnya maka dikatagorikan “gagal”.
Untuk selanjutnya hanya bisa pasrah.
Segala
sesuatunya juga ada hikmahnya. Pasti ada saja hikmah yang bisa diambil dari
kegiatan yang seperti ini. Di era digital seperti ini memang harus cepat
tanggap. Kalau hanya bisa diam dan dilihat-lihat saja hasilya seperti yang
sekarang. Ada rasa kecewa yang harus diterima. Namun jangan menyerah begitu
saja. Anggap hal ini sebuah pelajaran yang harus ditanggung. Ya....sebuah
pelajaran yang harus bisa diterima dengan baik. Pupus harapan untuk bisa menutup
lubang yang masih menganga.
***
Gesekan
daun ilalang dekat rumah mulai terdengar
manis. Musik alam yang mencoba
menghibur hati yang sedang gundah. Terpaan angin laut seolah membangunkan
semangat untuk terus bangkit. Perjalanan yang masih panjang yang harus ditempuh.
Kini mulailah melangkah lagi walau tak sejauh dulu . Yang penting ada keinginan
untuk menjauh dari tempat yang lama. Usahakan untuk tetap melangkah walau
jalanan penuh onak dan duri.
Hari
ini ada suatu pelajaran yang baru saja diterima Firman. Sebuah pelajaran yang tentunya sangat
berharga. Perlu untuk disimak dengan baik bahwa kejadian yang sudah berlalu
pasti ada hikmahnya. Kegagalan sedikit apapun pasti ada yang bisa diambil hikmahnya
sebagai suatu pembelajaran.
Di
era digital memang harus dicermati dengan bijak. Kalau perlu belajar dan banyak
belajar. Nanti kalau ada lomba yang serupa dengan cara harus daftar terlebih
dahulu via online maka cobalah untuk mengikuti alur yang sudah ditentukan oleh
panitia. Mudah-mudahan apa yang sudah terjadi ini bisa membesarkan jiwa Firman.
Mulailah
melangkah dan coba untuk bisa tersenyum lagi. Masih bayak tantangan yang akan
dihadapi. Bukankah bulan ini termasuk yang akan banyak tantangannya? Sudah
pasti iya. Oalah..... bakal terbaca betapa mumetnya kepala dan otak ini. Sekali
lagi, ini adalah sebuah tantangan hidup
yang harus dihadapi. Kalau memang akan seperti itu kesudahannya...... ya kita
sabar saja. Ada sesuatu yang harus dipahami dengan baik. Masih ada Allah yang
akan membimbing kita sebagai manusia. Semoga kemudahan akan dijumpai dalam
setiap langkah.
Merenung
kembali untuk menuju sebuah kesuksesan. Dibalik kesulitan yang kita hadapi pasti
ada sebuah jalan untuk menuju kesuksesan. Tinggal kita bagaimana menghadapinya.
Semoga Allah senantiasa membimbing jalan kemanapun kita pergi. Sebuah renungan
hidup.
Cirebon, 4 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar