Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 25 Juni 2019

BERBASIS ONLINE (Cerpen)


Cerpen

BERBASIS ONLINE
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Semilir angin yang masuk lewat celah-celah ventilasi seperti tak terasa apa-apa. Hari ini betapa sesaknya mengahadapi persoalan ekonomi yang tak kunjung membaik. Belum lama bel di hp yang tak pernah berhenti. Dilihat dari nomer yang sudah tak asing karena sebelumnya juga pernah ngebel. Disimpan untuk sekedar mengingat barangkali nanti ngebel lagi. Benar saja ...selama belum bayar sepertinya suara bel seperti itu akan selalu muncul. Ambil nafas dalam-dalam mengingatkan kembali  beberapa langkah kebelakang. Sekiranya apa ada  yang bisa diperbuat sepertinya  akan dilakukan. Ingin agar  pasak yang nanti digunakan untuk memaku jangan lebih besar dari tiang itu sendiri.
            Dibukanya laptop sekedar menghilangkan rasa jenuh yang selalu menghinggapi malam bila sudah larut. Dibuka beberapa halaman media sosial siapa tahu ada berita bagus yang bisa  menambah rasa percaya diri. Atau setidaknya bisa mencari kedamaian dihati. Mencarai beberapa laman yang bisa mendatangkan rupiah. Selama ini bagi Firman  yang namanya membuat artikel sudah merupakan keseharian. Dari artikel inilah dapur masih bisa mengebul mengeluarkan asapnya. Atau paling tidak bensin  buat motor bisa terisi lagi.
            Berhenti disalah satu pengumuman lomba menulis yang diselenggarakan oleh salah  satu kementerian. Tertarik juga untuk diikuti. Temanya menarik dan masuk akal untuk dibahas. Kalau yang seperti ini rasa-rasanya bisa untuk diikuti. Laman yang dituju disimpan karena untuk mendaftar langsung tidak bisa karena jaringannya sedang tidak bagus.
            Esoknya Firman  mencoba membuka laman yang kemarin sangat menggoda hati untuk bisa didaftarkan. Masih belum juga bisa untuk online. Namun setidaknya sudah bisa mengakses beberapa halaman website yang ada kaitannnya dengan makalah yang akan dilombakan. Begi nilah kalau didaerah yang jaringan internetnya kurang bagus. Untuk bisa daftar secara online saja harus menunggu dengan sabar.
            Kebiasaan menulis yang sudah mendarah daging alangkah sayangnya kalau hanya untuk  kesenangan sendiri saja. Seperti ada dorongan bagaimana kalau sesekali kebiasaan menulis ini diikutsertakan dalam sebuah lomba? Dipikir dalam–dalam akhirnya Firman  merasa mampu untuk mengikuti ajang yang seperti ini. Alangkah sayangnya kalau tidak ikut. Dipersiapkan segala sesuatunya agar materi yang nanti akan ditanyakan segera ada jawabannya.             Lama juga mengumpulkan data-data yang harus dilengkapi. Seperti akan menyusun skripsi lagi. Tak apalah yang penting kemampuan menulis seperti ini jangan sampai terpendam didada saja . Sesekai diikutsertakan siapa tahu nanti bisa mendapatkan juara. Oh...terlalu tinggi mengkhayalnya, namun siapa tahu? Bagaimana kalau dicoba saja.
            Beberapa sekolah yang harus dimintai pendapatnya untuk ikut lomba ini juga didatangi. Sumber yang digunakan juga harus bisa dipertanggungjawabkan. Sedapat mungkin merupakan sumber primer atau masih orang kesatu.  Mutar-muter dapat juga referensi yang nanti akan menjadi sumber tulisan.
            Mulailah data yang ada diolah menjadi sebuah data permanen. Dihubung-hubungkan antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Dicoba dirangkai menjadi kalimat yang enak dibaca dan tentunya pula harus bermakna. Setiap malam dicoba dibandingkan dengan data yang sudah ada sebelumnya. Diketik yang rapih sampai akhirnya jadilah sebuah makalah.
            Alhamdulillah sudah selesai. Kini naskah yang ada siapkan untuk dikirimkan ke salah satu kementerian yang menyelenggarakan lomba menulis ilmiah populer. Dikirim via email seperti yang tertera di salah satu alamat yang ada.Menunggu beberapa saat akhirnya sampai juga dikementerian yang dituju. Tinggal menunggu waktu yang sudah ditentukan untuk melihat pengumuman.
            Tak terasa akhirnya sampai juga dengan batas waktu pengumunan yang telah disebutkan dalam selebaran. Penasaran ingin mengetahui hasilnya. Dibuka alamat email yang aku punya. Memang ada balasan . Ada perasaan ingin cepat membukanya. Dibaca dengan seksama. Hasilnya....?
            Ada perasaan kecewa yang  susah untuk bisa diterima. Namun lama sekali Firman menata ulang kalimat demi kalimat. Akhirnya bisa menerima. Ternyata naskah yang sudah dikirim tidak bisa diterima oleh panitia. Syaratnya harus mendaftar online terlebih dahulu. Siapa saja yang telah  terdaftar berarti sudah ada datanya. Datanya yang mendaftar secara online sudah pasti akan ada di panitia. Rupanya Firman belum mendaftar secara online. Walau naskah sudah sampai dan diterima oleh panitia namun karena belum daftar secara online maka nama firman tidak terdaftar di panitia.
            Merenung lama... oh, seperti inillah yang namanya pendaftaran berbasis online. Pekerjaan yang memakan waktu lama , tenaga,  belum juga biaya habis tak menyisakan, namun ... hasilnya belum bisa diterima. Hanya karena tidak mendaftar secara online dahulu sebelumnya maka dikatagorikan “gagal”. Untuk selanjutnya hanya bisa pasrah.
            Segala sesuatunya juga ada hikmahnya. Pasti ada saja hikmah yang bisa diambil dari kegiatan yang seperti ini. Di era digital seperti ini memang harus cepat tanggap. Kalau hanya bisa diam dan dilihat-lihat saja hasilya seperti yang sekarang. Ada rasa kecewa yang harus diterima. Namun jangan menyerah begitu saja. Anggap hal ini sebuah pelajaran yang harus ditanggung. Ya....sebuah pelajaran yang harus bisa diterima dengan baik. Pupus harapan untuk bisa menutup lubang yang masih menganga.
                                                                        ***
            Gesekan daun ilalang dekat rumah mulai terdengar  manis.  Musik alam yang mencoba menghibur hati yang sedang gundah. Terpaan angin laut seolah membangunkan semangat untuk terus bangkit. Perjalanan yang masih panjang yang harus ditempuh. Kini mulailah melangkah lagi walau tak sejauh dulu . Yang penting ada keinginan untuk menjauh dari tempat yang lama. Usahakan untuk tetap melangkah walau jalanan penuh onak dan duri.
            Hari ini ada suatu pelajaran yang baru saja diterima Firman.  Sebuah pelajaran yang tentunya sangat berharga. Perlu untuk disimak dengan baik bahwa kejadian yang sudah berlalu pasti ada hikmahnya. Kegagalan sedikit apapun pasti ada yang bisa diambil hikmahnya sebagai suatu pembelajaran.
            Di era digital memang harus dicermati dengan bijak. Kalau perlu belajar dan banyak belajar. Nanti kalau ada lomba yang serupa dengan cara harus daftar terlebih dahulu via online maka cobalah untuk mengikuti alur yang sudah ditentukan oleh panitia. Mudah-mudahan apa yang sudah terjadi ini bisa membesarkan jiwa Firman.
            Mulailah melangkah dan coba untuk bisa tersenyum lagi. Masih bayak tantangan yang akan dihadapi. Bukankah bulan ini termasuk yang akan banyak tantangannya? Sudah pasti iya. Oalah..... bakal terbaca betapa mumetnya kepala dan otak ini. Sekali lagi, ini adalah  sebuah tantangan hidup yang harus dihadapi. Kalau memang akan seperti itu kesudahannya...... ya kita sabar saja. Ada sesuatu yang harus dipahami dengan baik. Masih ada Allah yang akan membimbing kita sebagai manusia. Semoga kemudahan akan dijumpai dalam setiap langkah.
            Merenung kembali untuk menuju sebuah kesuksesan. Dibalik kesulitan yang kita hadapi pasti ada sebuah jalan untuk menuju kesuksesan. Tinggal kita bagaimana menghadapinya. Semoga Allah senantiasa membimbing jalan kemanapun kita pergi. Sebuah renungan hidup.

                                                                                                                      Cirebon, 4 April 2018
              


Tidak ada komentar:

Posting Komentar