Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 18 Juni 2019

CIREBON PENGHASIL GULA TINGGAL CERITA (Artikel)


ARTIKEL

CIREBON PENGHASIL GULA TINGGAL CERITA
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


            Melewati jalan depan Pabrik Gula Tersana Baru di Bulan Mei ini seperti memasuki sebuah lorong panjang. Di kanan-kirinya dipenuhi dengan pedagang kaki lima yang menjual aneka makanan dan minuman serta berbagai macam kebutuhan sehari-hari. Keramaian seperti ini hanya dijumpai menjelang ritual tahunan yang bernama pesta giling atau masyarakat Babakan menyebutnya dengan bancakan.
            Di beberapa pabrik gula yang ada di Kabupaten Cirebon pesta giling sudah terasa ‘redup’. Kabupaten Cirebon yang dahulu memiliki beberapa pabrik gula kini hanya satu yang masih beroperasi yaitu PG. Tersana Baru. Beberapa pabrik gula bahkan yang terakhir PG. Sindanglaut  juga dinyatakan tidak beroperasi lagi. Jauh sebelumnya ada PG. Gempol, PG. Karangsuwung yang juga tidak beroperasi.
            Prihatin mendengarkan berita yang seperti ini. Ratusan karyawan PG. Sindang Laut berorasi menyatakan kecewa atas penutupan PG. Sindanglaut. Kekecewaan jauh lebih dahulu juga dirasakan oleh  eks karyawan PG. Gempol dan PG. Karangsuwung. Jawa Barat dalam hal ini Cirebon yang semasa penjajahan Belanda (Hindia –Belanda) adalah satu produsen terbesar gula dunia yang waktu itu mengalahkan dominasi Kuba.
Kini Cirebon sebagai kota yang terkenal sebagai penghasil gula dunia hanya sebuah cerita. Arena keramaian seperti pesta giling yang adapun seperti kehilangan  ruhnya. Tidak seperti dulu lagi dimana sepanjang jalan depan pabrik gula bahkan jauh lebih kearah utara dan selatan dipenuhi oleh pedagang yang sedang mengais rejeki. Kini semuanya seperti terasa hampa karenapembelipun sudah beralih ke pasar-pasar modern seperti mall-mall yang lebih nyaman.
Penulis   teringat kenangan ketika kecil yang hidup dilingkungan pabrik gula.  Betapa terhormatnya orang yang bekerja di pabrik gula. Masyarakat begitu memandang tinggi beberapa pejabat dilingkungan pabrik gula. Seolah seperti ada kelas di lapisan masyarakat salah satunya memandang tinggi para pejabat dilingkungan pabrik gula. Ada istilah impleye mereka itulah yang menyandang sebagai karyawan setingkat direksi dan staf. Kedudukannya yang terbilang tinggi maka kalangan ini memperoleh fasilitas dari perusahanan dengan menempati perumahan .
Kala itu perumahan di lingkungan pabrik gula adalah yang terbaik di jamannya. Disaat perumahan yang lain belum ada listrik maka perumahan dilingkungan pabrik gula sudah menikmati fasilitas  listrik yang berasal dari pabrik gula. Beberapa falisitas lainnya sudah bisa dinimati seperti PAM disaat yang bersamaan masyarakat hanya mengandalkan air sumur. Benda seperti televisi kala itu masih jarang dan yang memiliki tv pada waktu itu diantaranya adalah para karyawan pabrik gula. Itulah gambaran di era 70-an yang dirasakan penulis dengan melihat betapa terhormatnya orang yang bekerja di pabrik gula.
Lain dahulu lain pula dengan sekarang.  Mengamati dari beberapa media massa yang ada pabrik gula sekarang ini keluhannya selalu rugi dan rugi saja yang dialami. Semua PG di bawah PG Rajawali 2 dari tahun ke tahun mengalami kerugian miliaran rupiah, sehingga harus ada pembenahan manajemen, pemangkasan biaya operasional dan penataan giling agar PG bisa mendapatkan untung saat produksi. Untuk mencapai keuntungan, dalam satu musim giling PG harus menyediakan bahan baku tebu minimal 5-6 juta ton tebu.
Pabrik Gula  Sindanglaut musim giling tahun lalu hanya  tersedia bahan baku 1,9 juta ton sementara PG Tersana Baru 3 juta ton. Maka untuk memangkas kerugian, hanya salahsatu dari PG yang dioperasikan, jika salahsatu ditutup maka diperkirakan PG akan mendapatkan keuntungan sekitar Rp 40 miliar dalam musim giling tahun ini. PG Sindanglaut memiliki kualitas produksi yang bagus tetapi lahan kurang, sementara PG Tersana Baru produktivitasnya kurang tetapi memiliki lahan produksi yang lebih besar. Hal seperti inilah yang kemudian membuat karyawan PG. Sindanglaut seperti tak bisa menerima penutupan. Kenapa yang produksinya bagus malah ditutup sementara yang priduksinya jauh lebih jelek malah dibiarkan hidup?
Pabrik gula yang sudah lama tidak beroperasi seperti PG. Gempol akan difungsikan lagi. Namun kini tidak menghasilkan gula akan tetapi beralih fungsi untuk peternakan ayam. Demikian pula dengan PG. Jatitujuh yang berada di Kabupaten Majalengka yang juga kini beralih fungsi  mengelola sapi-sapi yang jauh sekali dari rasa manisnya tebu.
Tinggal satu pabrik gula yang berada di Kabupaten Cirebon yaitu PG. Tersana Baru. Pabrik yang dibangun pada tahun 1937 itu masih kokoh berdiri. Cerobong asapnya yang menjulang tingggi bisa dilihat dari jarak 7 km. Pabrik gula yang semasa kolonial Belanda  dioperasikan oleh NV. Landbow Mij Tersana. Setelah dinasionalisasikan pada awal kemerdekaan menjadi milik pemerintah Republik Indonesia. Tahun 1968 semua pabrik gula yang ada di Jawa barat diletakkan dibawah pengawasan PNP XIV yang berkedudukan di Cirebon. Tahun 1981 PNP XIV diubah menjadi PT Perkebunan (Persero) di bawah Departemen Pertanian dan Departemen Keuangan, dengan nama PTP XIV (Persero). Tahun 1993 PTP XIV (Persero) menjadi anak perusahaan PT. Rajawali Nusantara Indonesia  (RNI). Tahun 1997, nama PTP XIV diubah menjadi PT PG Rajawali II.
Selain PG. Tersana Baru beberapa pabrik gula juga dinasionalisasikan. Perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasikan tersebut di antaranya adalah pabrik-pabrik gula yang berada di Keresidenan Cirebon meliputi Pabrik Gula (PG) Sindanglaut, PG Karangsuwung, PG Kadipaten, PG Jatiwangi, dan PG Gempol. Seluruh pabrik tersebut dinasionalisasikan pada 1958 berdasarkan Undang-Undang Nasionalisasi Perusahaan milik Belanda No. 86 tanggal 31 Desember 1958. dan pada 31 Januari 1960 penguasaannya telah diserahkan oleh NV NHM dan NV NILM kepada Pusat Perkebunan Negara Jawa Barat.
PG. Tersana Baru kini menjadi satu-satunya icon pabrik gula yang ada di Kabupaten Cirebon. Teman-teman seperjuangannya sudah pada mati mendahului. Kegagahan bagunan pabrik gula kini mulai lapuk dimakan usia. Lihat saja bagian depan pabrik gula yang berupa  rumah dinas karyawan pabrik gula. Dahulu jaman penulis masih kecil merupakan bangunan paling bagus dijamannya. Kokoh berdiri dengan halaman yang luas dengan tiang bendera didepannya. Kini… seperti tak pernah tesentuh renovasi. Ada beberapa bagian perumahan itu ambruk dibiarkan saja tanpa ada perhatian. Mes karyawan di bagian selatan atau Karang Anyar Selatan  sudah diratakan dengan tanah. Mes karyawan Karang Anyar Timur yang berdekatan dengan jalur rel kereta api juga sama diratakan dengan tanah. Hanya sebagian Karang Anyar Utara yang masih berdiri,  sebagian yang lainnya juga sama menunggu diratakan dengan tanah. PG tidak mampu membiayai biaya perawatan. Kejayaan Pabrik gula kini hanya sebuah nama. Turut prihatin!
Melalui tulisan ini hanya bisa berharap kiranya pabrik gula yang tinggal satu-satunya yang ada di  Kabupaten Cirebon bisa dipertahankan. Memang yang namanya mempertahankan jauh lebih susah daripada meraih. Pemda jangan hanya sebatas menonton dengan perubahan menuju kearah kehancuran yang sedang terjadi. Save PG. Tersana Baru! Kembalikan kejayaan pabrik gula. Malu rasanya kalau di jaman kolonial yang waktu itu masih bernama Hindia – Belanda sebagai penghasil gula nomer satu di dunia, kini malah mengimpor gula terbesar di dunia! Jangan bangga sebagai negara pengimpor apalagi harus sampai menjual asset negara. Mau dibawa kemana anak cucu kita dengan  banyaknya pabrik yang gulung tikar. Sebuah keprihatinan anak bangsa.

                                                                                    *) Alumni SD. Tersana Baru
                                                                                        PG. Tersana Baru - Babakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar