Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

Argumen (Cerpen)


Cerpen

A  R  G  U  M  E  N
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Bertumpuk laporan bulanan yang harus dikerjakan sementara rekan-rekan guru sebagian sedang membimbing anak-anak darmawisata. Bolak-balik ke kantor masih membawa beberapa lembaran kertas yang harus diisi. Balik lagi ke ruangan Tata Usaha untuk mengambil beberapa lembar kertas yang tertinggal. Hari terasa sibuk sekali kalau ada laporan yang belum dikerjakan. Geleng-geleng kepala sebab staf tata usaha yang seharusnya ada di ruangan ternyata tak satupun ada. Rupanya mereka lebih memilih ikut darmawisata daripada bekutak dengan banyaknya berkas-berkas yang minta diselesaikan. Darmaji lalu mengambil HP yang ada disaku. Dilihat beberapa nomer guru yang sudah dikenal. Dicarinya orang-orang yang rumahnya dekat apakah bisa dihubungi atau tidak. Setelah lama lalu ditutup geleng-geleng kepala lagi. Kenapa sih susah sekali punya HP dihubunginya ujar Darmaji dalam hati. Dilihat beberapa nomer lagi yang ada di HP lalu dihubungi.
            “Posisi Wak Wawan ada dimana?”
            “Ada di rumah pak”
            “Tolong datang ke sekolah ada yang harus diselesiakan”
Wawan yang sedang mengetik membuat cerpen akhirnya harus mengakhiri ceritanya. Dilihat sudah oukul 10.00. Dengan perasaan agak tidak enak  harus datang menghadap pimpinan. Ditutup dahulu laptop yang sedang dari tadi menemani dalam membuat cerpen.
            Sepanjang perjalanan Wawan hanya berfikir ada apa sih kok sepertinya penting banget. Harus  buru-buru datang lagi. Di sekolah memang suasananya lagi sepi sebab sudah memasuki liburan semesteran. Hanya ada beberapa orang saja yang sedang ada di sekolah itupun karena sedang melaksanakan piket sekolah. Langsung menuju ruangan Kepala Sekolah. Seperti biasa memberikan salam sambil menjabat tangan. Belum banyak basa-basi yang diucapkan langsung sang pimpinan memberikan kertas.
            “Pak Wawan bisa mengetik tidak?”
            “Bisa dong pak”
            “Ada apasih pak?”
            “Tolong ini ketikkan!”
Ada 2 lembar kertas yang disodorkan pada Wawan. Dilihat memang ada beberapa kolom yang harus diisi.
            “Tolong secepatnya kalau sudah dikirimkan ke saya”
            “Laporan bulanan ini sedang ditunggu dinas”
Wawan langsung mengerjalan laporan bulanan yang diminta disdik. Tugas seperti ini harusnya tugas tata usaha, hanya karena petugasnya sedang tidak ada maka siapa lagi yang harus mengerjakan laporan seperti ini. Pokoknya siapa saja yang ada maka diminta bantuannya agar segera selesai.
            Terdengar ada bel yang masuk di nomer HP kepala sekolah. Terlihat serius sekali pembicaraan yang ada di HP. Sepintas Wawan mendengarkan apa yang sedang dibicarakan pimpinannya.
            “Waduh bagaimana ini!”
            “Masa ada anak yang tertingggal?”
            “Bisa-bisanya ya…?”
Darmaji lalu mengambil HP lagi. Dibel guru yang sedang melaksanakan darmawisata. Dibel nomer yang dituju rupanya tidak nyambung.
            “Saat seperti ini bisa-bisanya HP tidak diaktifkan!”
Geleg-geleng kepalka kesal dengan ulah anak buahnya dimana  HP yag dimiliki tidak aktif. Darmaji lalu mengebel lagi nomer yang lainnya. Ditunggu beberapa saat namun seperti yang tadi nomer yang inipun tidak bisa dihubungi.
            “Aduh…bagaimana ini?”
            “Masa tidak apa satupun panitia yang bisa dihubungi?”
Rupanya nomer beberapa guru yang menjadi panitia tidak pada aktif. Penasaran lalu dicari lagi nomer siapa yang akhirnya bisa dihubungi. Ditunggu beberapa saat lalu tersambung dengan rekan guru yang sedang darmawisata di Jogjakarta.
            “Saya dapat laporan dari polisi Sleman”
            “Ada anak kita yang tertinggal disana”
            “Coba di cek namanya si Kasmud benar tidak?”
Langsung kaget dan bingung panitia yang ada di Jogjakarta sebab ada laporan dimana anak yang ikut darmawsiata ternyata tertinggal dilokasi wisata. Anak ini lalu menghubingi polsek minta diantarkan ke hotel dimana    anak-anak yang lainnya sedang tidur.
            Laporan anak hilang ini menjadi topik pembicaraan guru yang ada di ruangan TU.
            “Tidak habis dimengerti kenapa ada anak yang terpisah dari rombongan?”
            “Apa tidak diabsen sewaktu anak datang dan pergi?”
Pokoknya ada saja yang menjadi rasa gelisah dipertanyakan dengan hilangnya si anak dari rombongan darmawisata. Darmaji meminta panitia yang ada di Jogjakarta agar secepatnya memberitahu kalau ada perkembangan yang lebih lanjut.
                                                                        ***
            Ramainya pengunjung di obyek wisata  Candi Borobudur tidak banyak dihiraukan oleh Kasmud. Anak ini memang sudah dari awal ketika pemberangkatan dari sekolah sudah terasa pening. Tak hanya Kasmud yang kepalanya gleyengan namun ada beberapa lagi diantaranya Yahya, Dito dan Carmad. Mereka anak-anak  dalam satu kelompok yang memang di sekolahnya saja suka bikin ulah. Adanya acara piknik ke Jogja membuat anak ini punya acara tersendiri.
            Entah siapa yang punya inisiatip kalau acara ke Jogja nanti merupakan acar yang punya arti penting buat keempat anak ini. Rupanya dari sebelum berangkat keempatnya sudah menenggak pil . Ketika bus berangkat keempatnya pada tidur karena memang sudah terasa mabok. Dilokasi obyek wisata yang lain menikmati keindahan Borobudur justru anak-anak ini hanya berjalan sesaat . Luasnya obyek wisata Borobudur membuat anak ini cepat lelah lalu Kasmud mencari tempat yang agak tersembunyi lalu tidur lagi. Pil yang sudah ditenggaknya masih memberikan efek pada otak anak-anak ini.
            Bus melanjutkan perjalan menuju hotel.         Guru yang ikut dalam rombongan turut  membantu anak-anak menuju kamarnya masing-masing. Banyaknya peserta yang ikut darmawisata membuat panitia sangat sibuk. Barulah setelah anak-anak masuk kamarnya masing-masing terasa lega. Baru juga panitia yang ada merebahkan badan untuk segera istirahat sudah ada telpon dari  seseorang. Ternyata dari polisi yang mengabarkan salah satu siswa dari sekolah ini ada yang tertinggal.
“Waduh!”
“Coba-boba… absen lagi tiap anak di kamar!”
 Bagaikan tertimpa benda keras yang sangat berat. Bisa-bisanya ada anak yang tertinggal dan baru siang keesokan harinya kepala sekolah memberitahu. Kasihan juga berarti itu anak dari siang sampai malam dijalan terus.
            Perwakilan guru akhirnya datang ke polsek dimana sang anak tertinggal. Ternyata si Kasmud anak yang masih ada di polsek. Kepada salah seorang petugas yang mengoreksi keterangan dari Kasmud didapat bahwa anak ini menurut pendapat Kasmud sendiri diperas oleh beberapa orang yang datang menemui Kasmud.
            “Ada 3 orang yang tadinya mendekat pada saya”
            “Lalu anak itu menawarkan pil untuk   dibeli”
            “Karena saya tidak punya uang maka saya tidak membelinya”
Polisi yang mengintrogasi rupanya percaya dengan apa yang dikemukakan Kasmud. Anak ini memang pintar sekali dalam memberikan argument. Masih kata Kasmud sendiri yang akhirnya terlantar karena ditinggalkan oleh orang yang mengajaknya bicara tadi. Sampai akhirnya tertinggal dengan rombongan dan mencari-cari bus namun  tidak ketemu juga. Karena uang yang dibawanya memang tidak banyak lalu Kasmud datang ke polsek untuk melaporkan kalau dirinya tertinggal.
            Jangan banyak bertanya dulu agar anak yang satu ini bisa terselamatkan. Ternyata untuk bisa membawa si Kasmud kembali ke hotel bukan perkara yang mudah. Ada admnistrasi yang harus diselesaikan. Ya dengan terpaksa maka panitia yang ada harus  mengeluarkan beberapa rupiah. Akhirnya Kasmud bisa dibawa keluar. Guru-guru mulai curiga dengan   apa yang dikemukaan si Kamud. Masasih jalan ceritanya seperti itu? Anak yang satu ini memang suka bikin ulah. Dari awal sudah bikin masalah sebelum berangkat darmawisata dan kini membuat ulah yang mengakibatkan keuangan panitia ada yang tersedot untuk mengeluarkan anak yang satu ini. Jadilah Kasmud menjadi pembicaraan di hotel. Anak yang hilang semalaman kini sudah pulang lagi.
            Ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi maka Kamsud tidak langsung di suruh masuk kamar hotel. Ada beberapa pertanyaan yang harus diajukan untuk dijawab anak yang satu ini. Dari gelagat yang terlihat bisa ditebak oleh guru kalau anak yang satu ini mabok pil.
            “Kamu beli pil dimana?”
Anak mulai gelisah ada pertanyaan sepertti itu. Gelisah duduk tak mau tenang. Seorang guru yang tahu benar dengan kelakuan anak ini di kelas lalu menggeladah apa yang ada di saku anak ini. Guru yang lain menggeleg-gelengkan kepala hamper tak percaya. Ternyata sisa pil dekstron yang dimiliki si anak masih ada.
            “Ini bukti!”
            “Kamu mabuk pil!”
            “Siapa saja yang mabuk bersama kamu?”
Dicecar dengan berbagai pertanyaan akhirnya si anak buka mulut. Disebutkanlah si A. si B, si C yang ikut sama-sama mabuk dengan  Kasmud. Anak –anak yang disebut Kamsud lalu dipanggil bersamaan. Anak ini seharusnya darmawisata ikut ke Jogjakarta terasa menyenangkan malah si anak menjadi bulan-bulanan pertanyaan guru yang kesal.
            “Kamu ini ada-ada saja”
            “Yang lain sibuk darmawisata kenapa yang  kamu lakukan mabuk?”
            “Bikin masalah lagi karena kamu harus berurusan dengan polisi!”
Kalau bukan anak orang rasanya ingin anak yang seperti ini dikembalikan saja ke Cirebon. Namun sayang jauhnya ini yang membuat si anak harus mengikuti acara ke lokasi darmawisata selanjutnya. Buat pernyataan agar si anak tidak melakukan lagi apa yang terjadi pada hari ini.
            “Ini sudah final!”
            “Kalau kamu melakukannya lagi berarti kamu keluar dari sekolah ini”
            “Mengerti?”
Anak-anak ini hanya diam. Ada perasaan takut kalau akan dikeluarkan dari sekolah.
            “Sudah kamu tandatangani”
            Hening suasana hotel pada malam ini. Kegiatan epanjang pagi sampai malam membuat anak-anak jadi lelah. Ada saja yang membuat hidup ini jadi bahan tertawaan buat diri sendiri. Kalau saja si anak mengemukan  argument yang tidak masuk akal tentunya bisa ditebak kalu anak ini akan bakal mendekam dalam sel. Rupanya si anak ini sudah terlatih dengan hal-hal yang seperti ini. Bisa mengemukakan hal-hal yang kadang tidak bisa diterima dengan akal anak seusianya. Kalau saja polisi menggeladah dan ditemukan obat-obatan berbahaya yang ada di saku celana anak ini tentu urusannya bakal panjang. Si Kasmud yang di sekolah suka bikin ulah rupanya bisa membuat alibi yang bagus. Polisi seperti percaya dengan apa yang dikemukakan si Kasmud. Dari apa yang diperoleh beberapa guru setelah mengintrogasi si Kamsud ternyata anak ini memang sudah semenjak sebelum berangkat naik bis sudah pada mabuk. Di tempat wisata rupanya sudah tidak kuat. Ketika rombongan anak-anak lain pada naik mobil maka si Kasmud ini masih tergeletak di pojok warung. Barulah sadar  ketika rombongan  bus sudah pindah ke lokasi wisata yang lain. Tersesat malam-malam  di daerah orang membuat si Kasmud lalu melapor  pada polisi. Dari laporan inilah polisi lalu menghubungi kepala sekolah yang kebetulan tidak ikut piknik. Rupanya polisi tahu nomer HP kepala sekolah setelah membuka internet.
            Mau untung malah buntung! Itulah yang dialami guru-guru yang ikut darmawitasa ke Jogjakarta. Gara-gara si Kamsud tertinggal dari rombongan cerita ini jadi ada. Harus bisa diambil hikmahnya bila menghadapi orang macam Kasmud. Masih sekolah ternyata bisa  mengarang cerita yang kadang sepintas lalu masuk akal. Kamsud… Kasmud!
            Jangan mudah percaya dengan begitu saja dengan omongan siswa yang bengal-bengal. Kadang yang  namanya anak bisa mengemukakan argument yang bisa diterima dengan akal sehat namun itu hanya akal-akalan. Contoh dari kasus yang menimpa Kamsud inilah kita harus makin hati-hati. Peredaran obat-obat diluar penggunaannya ternyata telah menjangkau anak-anak sekolah. Kadang guru juga kecolongan dengan ulah yang        dibikin anak. Semoga kasus seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

                                                                                                          Cirebon, 21 Agustus 2014
                                                                                                          nurdinkurniawan@ymail.com   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar