Cerpen
A
R G U
M E N
Oleh : Nurdin Kurniawan
Bertumpuk laporan bulanan yang harus
dikerjakan sementara rekan-rekan guru sebagian sedang membimbing anak-anak
darmawisata. Bolak-balik ke kantor masih membawa beberapa lembaran kertas yang
harus diisi. Balik lagi ke ruangan Tata Usaha untuk mengambil beberapa lembar
kertas yang tertinggal. Hari terasa sibuk sekali kalau ada laporan yang belum
dikerjakan. Geleng-geleng kepala sebab staf tata usaha yang seharusnya ada di
ruangan ternyata tak satupun ada. Rupanya mereka lebih memilih ikut darmawisata
daripada bekutak dengan banyaknya berkas-berkas yang minta diselesaikan.
Darmaji lalu mengambil HP yang ada disaku. Dilihat beberapa nomer guru yang
sudah dikenal. Dicarinya orang-orang yang rumahnya dekat apakah bisa dihubungi
atau tidak. Setelah lama lalu ditutup geleng-geleng kepala lagi. Kenapa sih
susah sekali punya HP dihubunginya ujar Darmaji dalam hati. Dilihat beberapa
nomer lagi yang ada di HP lalu dihubungi.
“Posisi Wak Wawan ada dimana?”
“Ada di rumah pak”
“Tolong datang ke sekolah ada yang
harus diselesiakan”
Wawan yang
sedang mengetik membuat cerpen akhirnya harus mengakhiri ceritanya. Dilihat
sudah oukul 10.00. Dengan perasaan agak tidak enak harus datang menghadap pimpinan. Ditutup dahulu
laptop yang sedang dari tadi menemani dalam membuat cerpen.
Sepanjang perjalanan Wawan hanya
berfikir ada apa sih kok sepertinya penting banget. Harus buru-buru datang lagi. Di sekolah memang
suasananya lagi sepi sebab sudah memasuki liburan semesteran. Hanya ada
beberapa orang saja yang sedang ada di sekolah itupun karena sedang melaksanakan
piket sekolah. Langsung menuju ruangan Kepala Sekolah. Seperti biasa memberikan
salam sambil menjabat tangan. Belum banyak basa-basi yang diucapkan langsung
sang pimpinan memberikan kertas.
“Pak Wawan bisa mengetik tidak?”
“Bisa dong pak”
“Ada apasih pak?”
“Tolong ini ketikkan!”
Ada 2 lembar
kertas yang disodorkan pada Wawan. Dilihat memang ada beberapa kolom yang harus
diisi.
“Tolong secepatnya kalau sudah dikirimkan
ke saya”
“Laporan bulanan ini sedang ditunggu
dinas”
Wawan langsung
mengerjalan laporan bulanan yang diminta disdik. Tugas seperti ini harusnya tugas
tata usaha, hanya karena petugasnya sedang tidak ada maka siapa lagi yang harus
mengerjakan laporan seperti ini. Pokoknya siapa saja yang ada maka diminta
bantuannya agar segera selesai.
Terdengar ada bel yang masuk di
nomer HP kepala sekolah. Terlihat serius sekali pembicaraan yang ada di HP.
Sepintas Wawan mendengarkan apa yang sedang dibicarakan pimpinannya.
“Waduh bagaimana ini!”
“Masa ada anak yang tertingggal?”
“Bisa-bisanya ya…?”
Darmaji lalu
mengambil HP lagi. Dibel guru yang sedang melaksanakan darmawisata. Dibel nomer
yang dituju rupanya tidak nyambung.
“Saat seperti ini bisa-bisanya HP
tidak diaktifkan!”
Geleg-geleng
kepalka kesal dengan ulah anak buahnya dimana
HP yag dimiliki tidak aktif. Darmaji lalu mengebel lagi nomer yang
lainnya. Ditunggu beberapa saat namun seperti yang tadi nomer yang inipun tidak
bisa dihubungi.
“Aduh…bagaimana ini?”
“Masa tidak apa satupun panitia yang
bisa dihubungi?”
Rupanya nomer
beberapa guru yang menjadi panitia tidak pada aktif. Penasaran lalu dicari lagi
nomer siapa yang akhirnya bisa dihubungi. Ditunggu beberapa saat lalu
tersambung dengan rekan guru yang sedang darmawisata di Jogjakarta.
“Saya dapat laporan dari polisi
Sleman”
“Ada anak kita yang tertinggal
disana”
“Coba di cek namanya si Kasmud benar
tidak?”
Langsung kaget
dan bingung panitia yang ada di Jogjakarta sebab ada laporan dimana anak yang
ikut darmawsiata ternyata tertinggal dilokasi wisata. Anak ini lalu menghubingi
polsek minta diantarkan ke hotel dimana
anak-anak yang lainnya sedang tidur.
Laporan anak hilang ini menjadi topik
pembicaraan guru yang ada di ruangan TU.
“Tidak habis dimengerti kenapa ada
anak yang terpisah dari rombongan?”
“Apa tidak diabsen sewaktu anak datang
dan pergi?”
Pokoknya ada saja yang menjadi rasa gelisah dipertanyakan dengan hilangnya si anak dari rombongan darmawisata. Darmaji meminta panitia yang ada di Jogjakarta agar secepatnya memberitahu kalau ada perkembangan yang lebih lanjut.
Pokoknya ada saja yang menjadi rasa gelisah dipertanyakan dengan hilangnya si anak dari rombongan darmawisata. Darmaji meminta panitia yang ada di Jogjakarta agar secepatnya memberitahu kalau ada perkembangan yang lebih lanjut.
***
Ramainya pengunjung di obyek wisata Candi Borobudur tidak banyak dihiraukan oleh
Kasmud. Anak ini memang sudah dari awal ketika pemberangkatan dari sekolah
sudah terasa pening. Tak hanya Kasmud yang kepalanya gleyengan namun ada beberapa lagi diantaranya Yahya, Dito dan
Carmad. Mereka anak-anak dalam satu
kelompok yang memang di sekolahnya saja suka bikin ulah. Adanya acara piknik ke
Jogja membuat anak ini punya acara tersendiri.
Entah siapa yang punya inisiatip
kalau acara ke Jogja nanti merupakan acar yang punya arti penting buat keempat
anak ini. Rupanya dari sebelum berangkat keempatnya sudah menenggak pil .
Ketika bus berangkat keempatnya pada tidur karena memang sudah terasa mabok. Dilokasi
obyek wisata yang lain menikmati keindahan Borobudur justru anak-anak ini hanya
berjalan sesaat . Luasnya obyek wisata Borobudur membuat anak ini cepat lelah lalu
Kasmud mencari tempat yang agak tersembunyi lalu tidur lagi. Pil yang sudah
ditenggaknya masih memberikan efek pada otak anak-anak ini.
Bus melanjutkan perjalan menuju
hotel. Guru yang ikut dalam
rombongan turut membantu anak-anak
menuju kamarnya masing-masing. Banyaknya peserta yang ikut darmawisata membuat
panitia sangat sibuk. Barulah setelah anak-anak masuk kamarnya masing-masing
terasa lega. Baru juga panitia yang ada merebahkan badan untuk segera istirahat
sudah ada telpon dari seseorang.
Ternyata dari polisi yang mengabarkan salah satu siswa dari sekolah ini ada yang
tertinggal.
“Waduh!”
“Coba-boba…
absen lagi tiap anak di kamar!”
Bagaikan tertimpa benda keras yang sangat
berat. Bisa-bisanya ada anak yang tertinggal dan baru siang keesokan harinya
kepala sekolah memberitahu. Kasihan juga berarti itu anak dari siang sampai
malam dijalan terus.
Perwakilan guru akhirnya datang ke
polsek dimana sang anak tertinggal. Ternyata si Kasmud anak yang masih ada di
polsek. Kepada salah seorang petugas yang mengoreksi keterangan dari Kasmud
didapat bahwa anak ini menurut pendapat Kasmud sendiri diperas oleh beberapa orang
yang datang menemui Kasmud.
“Ada 3 orang yang tadinya mendekat
pada saya”
“Lalu anak itu menawarkan pil
untuk dibeli”
“Karena saya tidak punya uang maka
saya tidak membelinya”
Polisi yang
mengintrogasi rupanya percaya dengan apa yang dikemukakan Kasmud. Anak ini
memang pintar sekali dalam memberikan argument. Masih kata Kasmud sendiri yang
akhirnya terlantar karena ditinggalkan oleh orang yang mengajaknya bicara tadi.
Sampai akhirnya tertinggal dengan rombongan dan mencari-cari bus namun tidak ketemu juga. Karena uang yang dibawanya
memang tidak banyak lalu Kasmud datang ke polsek untuk melaporkan kalau dirinya
tertinggal.
Jangan banyak bertanya dulu agar
anak yang satu ini bisa terselamatkan. Ternyata untuk bisa membawa si Kasmud kembali
ke hotel bukan perkara yang mudah. Ada admnistrasi yang harus diselesaikan. Ya
dengan terpaksa maka panitia yang ada harus
mengeluarkan beberapa rupiah. Akhirnya Kasmud bisa dibawa keluar.
Guru-guru mulai curiga dengan apa yang dikemukaan si Kamud. Masasih jalan
ceritanya seperti itu? Anak yang satu ini memang suka bikin ulah. Dari awal
sudah bikin masalah sebelum berangkat darmawisata dan kini membuat ulah yang
mengakibatkan keuangan panitia ada yang tersedot untuk mengeluarkan anak yang
satu ini. Jadilah Kasmud menjadi pembicaraan di hotel. Anak yang hilang
semalaman kini sudah pulang lagi.
Ingin mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi maka Kamsud tidak langsung di suruh masuk kamar hotel. Ada beberapa
pertanyaan yang harus diajukan untuk dijawab anak yang satu ini. Dari gelagat
yang terlihat bisa ditebak oleh guru kalau anak yang satu ini mabok pil.
“Kamu beli pil dimana?”
Anak mulai
gelisah ada pertanyaan sepertti itu. Gelisah duduk tak mau tenang. Seorang guru
yang tahu benar dengan kelakuan anak ini di kelas lalu menggeladah apa yang ada
di saku anak ini. Guru yang lain menggeleg-gelengkan kepala hamper tak percaya.
Ternyata sisa pil dekstron yang dimiliki si anak masih ada.
“Ini bukti!”
“Kamu mabuk pil!”
“Siapa saja yang mabuk bersama
kamu?”
Dicecar dengan
berbagai pertanyaan akhirnya si anak buka mulut. Disebutkanlah si A. si B, si C
yang ikut sama-sama mabuk dengan Kasmud.
Anak –anak yang disebut Kamsud lalu dipanggil bersamaan. Anak ini seharusnya
darmawisata ikut ke Jogjakarta terasa menyenangkan malah si anak menjadi
bulan-bulanan pertanyaan guru yang kesal.
“Kamu ini ada-ada saja”
“Yang lain sibuk darmawisata kenapa
yang kamu lakukan mabuk?”
“Bikin masalah lagi karena kamu
harus berurusan dengan polisi!”
Kalau bukan anak
orang rasanya ingin anak yang seperti ini dikembalikan saja ke Cirebon. Namun sayang
jauhnya ini yang membuat si anak harus mengikuti acara ke lokasi darmawisata selanjutnya.
Buat pernyataan agar si anak tidak melakukan lagi apa yang terjadi pada hari
ini.
“Ini sudah final!”
“Kalau kamu melakukannya lagi
berarti kamu keluar dari sekolah ini”
“Mengerti?”
Anak-anak ini
hanya diam. Ada perasaan takut kalau akan dikeluarkan dari sekolah.
“Sudah kamu tandatangani”
Hening suasana hotel pada malam ini.
Kegiatan epanjang pagi sampai malam membuat anak-anak jadi lelah. Ada saja yang
membuat hidup ini jadi bahan tertawaan buat diri sendiri. Kalau saja si anak
mengemukan argument yang tidak masuk akal
tentunya bisa ditebak kalu anak ini akan bakal mendekam dalam sel. Rupanya si
anak ini sudah terlatih dengan hal-hal yang seperti ini. Bisa mengemukakan
hal-hal yang kadang tidak bisa diterima dengan akal anak seusianya. Kalau saja
polisi menggeladah dan ditemukan obat-obatan berbahaya yang ada di saku celana
anak ini tentu urusannya bakal panjang. Si Kasmud yang di sekolah suka bikin
ulah rupanya bisa membuat alibi yang bagus. Polisi seperti percaya dengan apa
yang dikemukakan si Kasmud. Dari apa yang diperoleh beberapa guru setelah
mengintrogasi si Kamsud ternyata anak ini memang sudah semenjak sebelum
berangkat naik bis sudah pada mabuk. Di tempat wisata rupanya sudah tidak kuat.
Ketika rombongan anak-anak lain pada naik mobil maka si Kasmud ini masih
tergeletak di pojok warung. Barulah sadar
ketika rombongan bus sudah pindah
ke lokasi wisata yang lain. Tersesat malam-malam di daerah orang membuat si Kasmud lalu melapor
pada polisi. Dari laporan inilah polisi
lalu menghubungi kepala sekolah yang kebetulan tidak ikut piknik. Rupanya polisi
tahu nomer HP kepala sekolah setelah membuka internet.
Mau untung malah buntung! Itulah yang
dialami guru-guru yang ikut darmawitasa ke Jogjakarta. Gara-gara si Kamsud tertinggal
dari rombongan cerita ini jadi ada. Harus bisa diambil hikmahnya bila
menghadapi orang macam Kasmud. Masih sekolah ternyata bisa mengarang cerita yang kadang sepintas lalu
masuk akal. Kamsud… Kasmud!
Jangan mudah percaya dengan begitu
saja dengan omongan siswa yang bengal-bengal. Kadang yang namanya anak bisa mengemukakan argument yang
bisa diterima dengan akal sehat namun itu hanya akal-akalan. Contoh dari kasus
yang menimpa Kamsud inilah kita harus makin hati-hati. Peredaran obat-obat
diluar penggunaannya ternyata telah menjangkau anak-anak sekolah. Kadang guru juga
kecolongan dengan ulah yang dibikin
anak. Semoga kasus seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Cirebon, 21 Agustus 2014
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar