Artikel
FENOMENA DIMAS KANJENG
Malas
Bekerja Duit Banyak
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Siapa yang tidak senang dalam hidup
ini memiliki uang dalam jumlah yang
cukup banyak? Tentu kita yang belum pernah punya uang banyak ada dalam
keiinginan kalau hidup ini ada peningkatan yang berarti. Hidup dalam kesusahan
rupanya sudah menjadi keseharian atau katakan saja hidup dalam keadaan
pas-pasan sudah memenuhi hampir setengah dari usia kita. Gali dan gali lubang
yang ada. Bila ada uang tentunya segala macam keinginan yang belum dikabulkan
akan dicoba. Ingin punya rumah yang bagus, ingin punya kendaraan roda empat yang layak, ingin punya tabungan yang ada isinya,
ingin punya halaman rumah yang luas dan sejuta keinginan yang lainnya. Tapi itu
semua bisa direalisasikan manakala kita punya uang.
Pemikiran seperti itu adalah
pemikiran yang wajar. Maklumlah kita masih
kalangan menengah atau bahkan dari kalangan bawah yang belum merasakan
bagaimana hidup enak. Wajar jikalau keinginan seperti itu lalu muncul dalam
benak manusia normal. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana agar kita
bisa mewujudkan hal yang seperti itu? Lika-liku yang dihadapi manusia untuk
bisa mewujudkan menjadi manusia kaya. Mau cara yang instan atau mau jalur normal? Bila jalur
normal sudah bisa ditebak akan membutuhkan waktu puluhan tahun atau mungkin
ratusan tahun untuk bisa kaya. Namun masalahnya apakah umur kita bisa mencapai
ratusan tahun agar bisa menjadi kaya?
Cara instan inilah yang rupanya
banyak dikejar manusia untuk bisa mewujudkan menjadi orang kaya. Bagaimana
caranya? Paling banyak dibicarakan
adalah fenomena seperti yang diikuti oleh para
pengikut setia Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Bagaimana uang yang
ditanamkan bisa berlipat-lipat ganda dengan cara sulap seperti yang dilalukan oleh Kanjeng Dimas Taat
Pribadi.
Adalah Kanjeng Dimas Taat Pribadi
namanya menjadi pembicaraan seluruh Indonesia. Pemilik Padepokan Kanjeng Dimas
Taat Pribadi pada tanggal 22 September
2016 digerebek polisi. Polda Jawa Timur
menggerebek Padepokan Kanjeng Dimas dan menangkap pemiliknya, Taat Pribadi,
yang diduga terlibat kasus pembunuhan berencana terhadap mantan santrinya. Taat
diduga memerintahkan anak buahnya yang bernama Wahyu menghabisi Abdul Gani dan
Ismail Hidayah.
Ada sejumlah modus dugaan penipuan
penggandaan uang yang dilakukan oleh Taat Pribadi, Guru Besar Padepokan Kanjeng
Dimas Taat Pribadi di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Salah satu modusnya,
para pengikut padepokan tersebut diberi peti ajaib berukuran kecil seperti
kotak amal. Kotak inilah yang oleh sebagian pengikut Kanjeng Dimas diyakini
bisa menggandakan uang.
Tak hanya orang awam yang menjadi
korban Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Diantara pengikut setianya bahkan jabatan
salah seorang Ketua Yayasan Kanjeng Dimas Taat Pribadi adalah seorang Doktor
lulusan Amerika yang dahulu aktif di ICMI yaitu Dr. Marwah Daud Ibrahim. Ribuan
pengikutnya tersebar di berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Jakarta, Jogjakarta, Sulawesi Selatan bahkan di Pulau Sumatra.
Apa yang dilakukan Kanjeng Dimas
mulai terkuak setelah polisi menduga ada keterlibatan Kanjeng Dimas Taat
Pribadi atas salah seorang santrinya. Abdul Gani adalah orang yang cukup dekat
dengan Kanjeng Dimas. Bahkan dia juga tahu tentang modus penggandaan uang yang
dilakukan Dimas Kanjeng. Abdul Gani menghilang dari padepokan yang kemudian
diketahui telah menjadi mayat setelah dibunuh dan dibuang oleh anak buah Kanjeng
Dimas di daerah Jawa Tengah dengan kondisi leher terjerat tali.
Abdul Gani adalah orang kepercayaan
Taat Pribadi yang mulai sadar akan perbuatannya bersama Taat Pribadi. Abdul
Gani yang menjadi pengumpul uang dari beberapa orang yang uangya akan
dilipatgandakan Kanjeng Dimas mulai sadar akan ulah tipu musihat Kanjeng Dimas
Taat Pribadi. Abdul Gani yang takut perbuatannya dipertanggungjawabkan secara hukum
mulai mempengaruhi orang-orang untuk menarik uangnya kembali dari Taat Pribadi.
Dugaan inilah yang menyebabkan Abdul Gani akhirnya dibunuh pengikut Kanjeng Dimas
Taat Pribadi.
Dalam sebuah tayangan televisi
swasta dalam acara Indonesia Lawyer Club yang dipandu Karni Ilyas, salah
seorang istri korban (Abdul Gani) yang tewas dibunuh pengikut Kanjeng Dimas , menuturkan kalau
suaminya adalah tangan kanan Kanjeng Dimas. Ratusan juta rupiah uang yayasan
yang dikelola sang suami yang ikut ditanamkan di Pedepokan Kanjeng Dimas yang
raib belum kembali. Santri/ pengikut Kanjeng Dimas harus menyetorkan mahar bila
akan bergabung dengan Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Barang-barang klenik yang dimiliki
oleh pengikutnya yang sudah tergabung didalam padepokan diantaranya ada kantong
macan yang katanya bisa melipatgandakan barang-barang yang dimasukkan, baju
jirah yang penuh dengan tulisan Arab untuk kekebalan, sabuk merah yang diyakini
bisa menjadikan kuat dan berani siapapun
yang memakaianya, kartu tarot yang bergambarkan para wali dengan gambar Kanjeng
Dimas Taat Pribadi ditengah-tengahnya, minyak wangi dan masih banyak yang
lainnya. Harga untuk alat - alat ritual itu dijual bervariasi. Jika ditotal,
alat-alat ritual itu dijual dengan harga Rp 500.000.
Dari tayangan Indonesia Lawyer
Club menghadirkan korban yang sudah
tertipu dan juga pengikut setia Kanjeng Dimas agar informasi yang diterima bisa
seimbang. Salah satu pengikut setia yang selalu membela Kanjeng Dimas
diantaranya ialah Dr. Marwah Daud Ibrahim seorang intelektual. Dengan segala keyakinannya Marwah masih menganggap
Kanjeng Dimas sebagai orang yang mempunyai kelebihan. Masyarakat jangan mengambilan kesimpulan secara sepihak kalau
Kanjeng Dimas dinyatakan bersalah dalam kasus pelipatgandakan uang. Seperti yang
dilihat Marwah Daud Ibrahim sendiri apa yang dilakukan Kanjeng Dimas
benar-benar ada dan bisa dibuktikan. Dalam sebuah slide diperlihatkan Kanjeng Dimas waktu itu menabungkan
uagnya sebanyak 4 peti dan oleh orang dari BI uang itu uang asli semua.
Kriminolog UI Prof.Dr. Adrianus M.
dalam sebuah acara di televisi swasta mengatakan orang-orang yang berada di
level pertama yang ikut merasakan uangnya digandakan dan dinyakan berhasil
mereka itulah yang telah merasakan nikmatnya uang dari Kanjeng Dimas. Mereka
itulah yang akan terus membela Kanjeng Dimas. Sementara mereka yang baru masuk
dan terbongkarnya kasus ini masih
berharap uangnya akan kembali. Mereka
inilah yang rupanya sampai sekarang masih bertahan di pondok-pondok yang dibangun
Kanjeng Dimas. Marwah Daud Ibrahim yang merupakan orang-orang yang berada di
level pertama karena sudah merasakan nikmatnya uang yang dilipatgandakan
Kanjeng Dimas merapatkan barisan untuk terus membela Kanjeng Dimas Taat
Pribadi.
Ketua Yayasan Kanjeng Dimas Taat
Pribadi, Dr. Marwah Daud Ibrahim terus membela Dimas Kanjeng. Dia memastikan,
uang suci akan tetap dicairkan bagi mereka yang tetap sabar dan setia kepada Kanjeng.
Dia menyatakan, pencairan sisa tinggal menunggu waktu. Saat Sang Pencipta
memberikan izin, maka kesejahteraan santri Kanjeng akan terpenuhi.
Munculnya kasus Kanjeng Dimas Taat
Pribadi membawa cerita tersendiri bagi Indonesia. Disaat orang-orang mengejar
keinginan menjadi orang kaya muncul kasus seperti Kanjeng Dimas yang
menjanjikan. Jalan pintas bagaimana mewujudkan keinginan menjadi orang kaya.
Banyak jalan untuk menjadi kaya namun cara yang instan inilah yang dipilih
orang untuk mengejar kekayaan. Hidup penuh dengan derita dan adanya orang yang menawarkan kekayaan
dengan cara yang instan inilah yang
cepat sekali direspon masyarakat. Bagaimana dengan tidak bekerja, sedikit
tenaga yang dikeluarkan tapi punya uang
yang banyak! Mustahil diperoleh! Namun adanya kasus Kanjeng Dimas ternyata
masih banyak rakyat yang percaya dengan cara-cara instan yang ditawarkan. Bisa
jadi diantaranya adalah orang-orang terdekat dengan kita.
Kalau saja kita sadar Kanjeng Dimas
Taat Pribadi bisa melipatkandakan uang tentunya apa yang ditanyakan polisi menjadi kenyataan. Ketika Penyidik Polda Jatim yang memeriksa
Dimas Kanjeng telah memintanya mempraktikkan kemampuan tersebut ternyata Taat
Pribadi tidak bisa. Alasannya, butuh waktu setahun untuk mengeluarkan uang.
Itulah jawaban dari sang Kanjeng. Masih
percayakah kita dengan orang-prang yang bisa melipatgandakan uang? Semuanya
dikembalikan pada keimanan kita.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar