Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

FENOMENA DIMAS KANJENG (Artikel)


Artikel

FENOMENA DIMAS KANJENG
Malas  Bekerja Duit Banyak
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


            Siapa yang tidak senang dalam hidup ini  memiliki uang dalam jumlah yang cukup banyak? Tentu kita yang belum pernah punya uang banyak ada dalam keiinginan kalau hidup ini ada peningkatan yang berarti. Hidup dalam kesusahan rupanya sudah menjadi keseharian atau katakan saja hidup dalam keadaan pas-pasan sudah memenuhi hampir setengah dari usia kita. Gali dan gali lubang yang ada. Bila ada uang tentunya segala macam keinginan yang belum dikabulkan akan dicoba. Ingin punya rumah yang bagus, ingin punya kendaraan roda empat yang  layak, ingin punya tabungan yang ada isinya, ingin punya halaman rumah yang luas dan sejuta keinginan yang lainnya. Tapi itu semua bisa direalisasikan manakala kita punya uang.
            Pemikiran seperti itu adalah pemikiran yang wajar. Maklumlah kita masih  kalangan menengah atau bahkan dari kalangan bawah yang belum merasakan bagaimana hidup enak. Wajar jikalau keinginan seperti itu lalu muncul dalam benak manusia normal. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana agar kita bisa mewujudkan hal yang seperti itu? Lika-liku yang dihadapi manusia untuk bisa mewujudkan menjadi manusia kaya. Mau  cara yang instan atau mau jalur normal? Bila jalur normal sudah bisa ditebak akan membutuhkan waktu puluhan tahun atau mungkin ratusan tahun untuk bisa kaya. Namun masalahnya apakah umur kita bisa mencapai ratusan tahun agar bisa menjadi kaya?
            Cara instan inilah yang rupanya banyak dikejar manusia untuk bisa mewujudkan menjadi orang kaya. Bagaimana caranya?  Paling banyak dibicarakan adalah fenomena seperti yang diikuti oleh para  pengikut setia Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Bagaimana uang yang ditanamkan bisa berlipat-lipat ganda dengan cara sulap seperti  yang dilalukan oleh Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
            Adalah Kanjeng Dimas Taat Pribadi namanya menjadi pembicaraan seluruh Indonesia. Pemilik Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi pada tanggal 22 September 2016 digerebek polisi.  Polda Jawa Timur menggerebek Padepokan Kanjeng Dimas dan menangkap pemiliknya, Taat Pribadi, yang diduga terlibat kasus pembunuhan berencana terhadap mantan santrinya. Taat diduga memerintahkan anak buahnya yang bernama Wahyu menghabisi Abdul Gani dan Ismail Hidayah.
Ada sejumlah modus dugaan penipuan penggandaan uang yang dilakukan oleh Taat Pribadi, Guru Besar Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Salah satu modusnya, para pengikut padepokan tersebut diberi peti ajaib berukuran kecil seperti kotak amal. Kotak inilah yang oleh sebagian pengikut Kanjeng Dimas diyakini bisa menggandakan uang.
Tak hanya orang awam yang menjadi korban Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Diantara pengikut setianya bahkan jabatan salah seorang Ketua Yayasan Kanjeng Dimas Taat Pribadi adalah seorang Doktor lulusan Amerika yang dahulu aktif di ICMI yaitu Dr. Marwah Daud Ibrahim. Ribuan pengikutnya tersebar di berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Jogjakarta, Sulawesi Selatan bahkan di Pulau Sumatra.
Apa yang dilakukan Kanjeng Dimas mulai terkuak setelah polisi menduga ada keterlibatan Kanjeng Dimas Taat Pribadi atas salah seorang santrinya. Abdul Gani adalah orang yang cukup dekat dengan Kanjeng Dimas. Bahkan dia juga tahu tentang modus penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng. Abdul Gani menghilang dari padepokan yang kemudian diketahui telah menjadi mayat setelah dibunuh dan dibuang oleh anak buah Kanjeng Dimas di daerah Jawa Tengah dengan kondisi leher terjerat tali.
Abdul Gani adalah orang kepercayaan Taat Pribadi yang mulai sadar akan perbuatannya bersama Taat Pribadi. Abdul Gani yang menjadi pengumpul uang dari beberapa orang yang uangya akan dilipatgandakan Kanjeng Dimas mulai sadar akan ulah tipu musihat Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Abdul Gani yang takut perbuatannya dipertanggungjawabkan secara hukum mulai mempengaruhi orang-orang untuk menarik uangnya kembali dari Taat Pribadi. Dugaan inilah yang menyebabkan Abdul Gani akhirnya dibunuh pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Dalam sebuah tayangan televisi swasta dalam acara Indonesia Lawyer Club yang dipandu Karni Ilyas, salah seorang istri korban (Abdul Gani) yang tewas dibunuh  pengikut Kanjeng Dimas , menuturkan kalau suaminya adalah tangan kanan Kanjeng Dimas. Ratusan juta rupiah uang yayasan yang dikelola sang suami yang ikut ditanamkan di Pedepokan Kanjeng Dimas yang raib belum kembali. Santri/ pengikut Kanjeng Dimas harus menyetorkan mahar bila akan bergabung dengan Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Barang-barang klenik yang dimiliki oleh pengikutnya yang sudah tergabung didalam padepokan diantaranya ada kantong macan yang katanya bisa melipatgandakan barang-barang yang dimasukkan, baju jirah yang penuh dengan tulisan Arab untuk kekebalan, sabuk merah yang diyakini bisa menjadikan kuat dan berani  siapapun yang memakaianya, kartu tarot yang bergambarkan para wali dengan gambar Kanjeng Dimas Taat Pribadi ditengah-tengahnya, minyak wangi dan masih banyak yang lainnya. Harga untuk alat - alat ritual itu dijual bervariasi. Jika ditotal, alat-alat ritual itu dijual dengan harga Rp 500.000.
Dari tayangan Indonesia Lawyer Club  menghadirkan korban yang sudah tertipu dan juga pengikut setia Kanjeng Dimas agar informasi yang diterima bisa seimbang. Salah satu pengikut setia yang selalu membela Kanjeng Dimas diantaranya ialah Dr. Marwah Daud Ibrahim seorang intelektual. Dengan  segala keyakinannya Marwah masih menganggap Kanjeng Dimas sebagai orang yang mempunyai kelebihan. Masyarakat jangan  mengambilan kesimpulan secara sepihak kalau Kanjeng Dimas dinyatakan bersalah dalam kasus pelipatgandakan uang. Seperti yang dilihat Marwah Daud Ibrahim sendiri apa yang dilakukan Kanjeng Dimas benar-benar ada dan bisa dibuktikan. Dalam sebuah slide  diperlihatkan Kanjeng Dimas waktu itu menabungkan uagnya sebanyak 4 peti dan oleh orang dari BI uang itu uang asli semua.
Kriminolog UI Prof.Dr. Adrianus M. dalam sebuah acara di televisi swasta mengatakan orang-orang yang berada di level pertama yang ikut merasakan uangnya digandakan dan dinyakan berhasil mereka itulah yang telah merasakan nikmatnya uang dari Kanjeng Dimas. Mereka itulah yang akan terus membela Kanjeng Dimas. Sementara mereka yang baru masuk dan  terbongkarnya kasus ini masih berharap  uangnya akan kembali. Mereka inilah yang rupanya sampai sekarang masih bertahan di pondok-pondok yang dibangun Kanjeng Dimas. Marwah Daud Ibrahim yang merupakan orang-orang yang berada di level pertama karena sudah merasakan nikmatnya uang yang dilipatgandakan Kanjeng Dimas merapatkan barisan untuk terus membela Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Ketua Yayasan Kanjeng Dimas Taat Pribadi, Dr. Marwah Daud Ibrahim terus membela Dimas Kanjeng. Dia memastikan, uang suci akan tetap dicairkan bagi mereka yang tetap sabar dan setia kepada Kanjeng. Dia menyatakan, pencairan sisa tinggal menunggu waktu. Saat Sang Pencipta memberikan izin, maka kesejahteraan santri Kanjeng akan terpenuhi.
Munculnya kasus Kanjeng Dimas Taat Pribadi membawa cerita tersendiri bagi Indonesia. Disaat orang-orang mengejar keinginan menjadi orang kaya muncul kasus seperti Kanjeng Dimas yang menjanjikan. Jalan pintas bagaimana mewujudkan keinginan menjadi orang kaya. Banyak jalan untuk menjadi kaya namun cara yang instan inilah yang dipilih orang untuk mengejar kekayaan. Hidup penuh dengan derita  dan adanya orang yang menawarkan kekayaan dengan cara yang  instan inilah yang cepat sekali direspon masyarakat. Bagaimana dengan tidak bekerja, sedikit tenaga yang dikeluarkan  tapi punya uang yang banyak! Mustahil diperoleh! Namun adanya kasus Kanjeng Dimas ternyata masih banyak rakyat yang percaya dengan cara-cara instan yang ditawarkan. Bisa jadi diantaranya adalah orang-orang terdekat dengan kita.
Kalau saja kita sadar Kanjeng Dimas Taat Pribadi bisa melipatkandakan uang tentunya apa yang ditanyakan  polisi menjadi kenyataan.  Ketika Penyidik Polda Jatim yang memeriksa Dimas Kanjeng telah memintanya mempraktikkan kemampuan tersebut ternyata Taat Pribadi tidak bisa. Alasannya, butuh waktu setahun untuk mengeluarkan uang. Itulah jawaban dari  sang Kanjeng. Masih percayakah kita dengan orang-prang yang bisa melipatgandakan uang? Semuanya dikembalikan pada keimanan kita.



                                                                                              *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                  Domisili di Gebang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar