Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 18 Juni 2019

BELAJAR DARI EEN SUKAESIH (Artikel)


Artikel

BELAJAR DARI EEN SUKAESIH
Dengan Keterbatasan Mengajar Penuh Kasih Sayang
Oleh : Nurdin Kurniawan *)


            Sebagai orang Cirebon dan pernah mengenyam belajar di SPGN Cirebon tapi kita tak tahu banyak tentang orang yang satu ini. Baru setelah berbagai media baik elektronik maupun media cetak banyak memberitakan dirinya barulah kita tersentak. Masih ada seorang guru yang dengan keterbatasannya menginspirasi banyak orang. Seorang guru yang gigih, penuh gagasan sampai-sampai beliau mendapatkan suatu penghargaan yang fenomenal Liputan6 Award dengan katagori Inovasi, Kemanusian, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan. Penghargaan yang  secara khusus diserahkan langsung oleh mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla yang juga menjadi dewan juru kepada ibu Een Sukaesih.
            Ketika salah satu acara di TV swasta Hitam Putih yang dipandu host Deddy Corbuzier menghadirkan Ibu Een Sukaesih sebagai bintang tamunya mata ini seolah tak kuat meneteskan air mata mendengarkan penuturannya. Bagaimana tidak? Hidup 26 tahun di atas pembaringan namun beliau selalu dikelilingi anak-anak bahkan mahasiswa yang ingin belajar pada Ibu Een.
            Dedikasinya pada dunia pendidikan yang sudah tidak diragukan lagi membuat Presiden RI mengundang Ibu Een Sukaesih ke Istana Negara. SBY terharu dan bersimpati pada Een karena semangat beliau yang menginspirasi banyak orang terutama siswa sekolah untuk belajar walaupun dengan kondisi fisik yang terbatas. Dalam pertemuan tersebut, kata Julian, SBY mengucapkan terima kasih pada Een atas jasanya membantu ratusan anak untuk sekolah sampai jenjang perguruan tinggi.
            Siapakah Een Sukaesih?
                Wanita kelahiran 10 Agustus 1963 itu ingat betul awal dari kelumpuhannya. Ketika usianya masih 18 tahun, ia mulai mengalami sakit-sakitan. Selama enam tahun mengalami sakit, Een masih bisa jalan. Namun, sejak 1987, penyakitnya membuatnya lumpuh dan hanya terbaring di tempat tidur.
Een didiagnosa terkena Rheumatoid arthritis (RA). Penyakit ini merupakan penyakit autoimun kronis, progresif dan melumpuhkan. Beberapa penelitian menunjukkan kalau penderita penyakit ini kebanyakan kaum wanita. Berikut ini cerita Ibu Een pada Liputan6.Com.
"Pada 1987 saya tak bisa jalan. Tak lama kemudian, saya terkena infeksi usus akibat terlalu banyak obat rematik. Kan panas," katanya lagi.
Saat sakit infeksi usus itu, Een sempat divonis dokter kalau usianya hanya bisa bertahan 1 minggu. Memang, dokter yang didatanginya itu bukanlah dokter yang biasa. Maklum saja, keluarganya sewaktu itu sedang panik dan mencari dokter yang berpraktik.
                Een mengakui, sumber kekuatannya untuk tetap bertahan adalah dari anak-anak didiknya. Di usianya yang tak muda lagi Een memang masih melajang. Namun, hidupnya selalu dikelilingi anak-anak didiknya yang menyayanginya seperti diceritakan pada Liputan6.com.
"Anak-anak ini obat buat saya. Sebenarnya, apa yang saya lakukan semata-mata demi Ridho Allah SWT dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Di satu sisi, saya merepotkan orang lain. Tapi, di sisi lain, saya ingin bermanfaat buat orang lain".
            Een tinggal di Dusun Batukarut RT 01/06, Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat. Een mengalami sakit yang menyebabkan tangan dan kakinya tidak bisa bergerak. Dengan keterbatasan fisik ini, dia mengajar dari rumahnya. Banyak diantara siswanya yang berhasil sampai mencapai tingkat universitas.
            Terkadang kita yang sehat dengan mudah mengumpat dengan kondisi yang dihadapi. Kita sebagai pendidik dengan mudah menyerah menemukan anak didik kita yang bengal, yang suka ngedumel, yang suka nyletuk, yang lari-larian tak mau diam. Namun Ibu Een dengan kondisi fisiknya yang cacat bisa dengan sabar menghadapi banyak orang dengan beribu karakter anak didiknya . seorang ibu yang penuh kesabaran memberikan ilmu pada anak didiknya.
            Berikut ini penuturan Ibu Een untuk memotivasi kita yang masih sehat agar jangan mudah menyerah seperti yang dituturkan pada Liputan6.com.
"Untuk saudara-saudara saya yang sependeritaan. Semoga tetap bersabar atas segala yang kita terima. Berprasangka baiklah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan begitu kita akan yakin segala yang kita terima pasti yang terbaik untuk kita".
"Bersabar harus dengan bersyukur kita masih diberikan kehidupan. Masih banyak nikmat yang kita terima. Untuk mengantisipasi sakit yang kita derita, alangkah lebih baiknya kita imbangi dengan kegiatan yang positif. Syukur-syukur bermanfaat buat semua orang. Jika tidak, minimal untuk diri sendiri dan keluarga".
            Kadang kita tidak menyadari orang-orang sukses bahkan yang diberitakan di mass media atau di TV adalah orang-orang dekat dengan kita, bisa jadi tetangga kita, teman kecil kita, satu almamater dengan kita. Ibu Een ini adalah orang Cirebon. Bahkan ia sempat mengajar di salah satu SMA di Sindang Laut.
Berikut ini penuturan Ibu Een tentang masa lalunya ketika masih sehat seperti dituturkan pada Deddy Corbuzier dalam acara Hitam Putih. Pada 1985 Een lulus dengan nilai cukup baik, dan diangkat jadi guru SMA di Sindang Laut, Cirebon, Jawa Barat. Sebulan di sana, sebelum sempat prajabatan, Een sudah tak kuasa menahan sakit. Een pun pulang ke Sumedang. Sejak saat itu Een Sukaesih menjadi lumpuh total. Meski begitu, Een tetap berusaha ikhlas menerima penyakitnya dan kondisinya. Ia terus berdoa memohon kesembuhan dari-Nya. Ia putar otak untuk mengisi waktunya yang hening dengan sesuatu yang bermanfaat. Doanya pun terjawab. Dari mengajar anak kerabat dan keponakannya membuatkan pekerjaan rumah, kini anak-anak tetangga berjumlah puluhan orang menjadi muridnya. Tanpa memungut bayaran alias gratis.
Untuk dedikasinya pada pendidikan, Een Sukaesih beroleh sejumlah penghargaan, di antaranya Dompet Dhuafa Award 2010, lalu Education Award dari Bank Syariah Mandiri (BSM), lalu dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Kartini Award 2012 dan Tupperware She Can! untuk karya inspiratifnya. Sungguh luar biasa!
            Modal Bu Een dalam mengajar anak-anak adalah : Ilmu saya memang sedikit, jauh dari perkembangan ilmu zaman sekarang. Yang saya miliki adalah kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama. Sungguh setiap perkataanya mendulang intan untuk segera dituliskan.
Tak pernah berhenti belajar adalah rumus yang beliau ajarkan. Bagaimana mungkin seorang guru akan berhenti belajar sedangkan ia adalah lautan ilmu bagi anak-anak. Dan dalam kondisi yang demikian hanya kaset-kaset, radio dan buku anak-anak didiknya yang memberi pengetahuan sehingga bertambah. Ilmu semakin diajarkan maka akan semakin bertambah kepahaman. Dan itu adalah keyakinan yang harus dimiliki para pendidik.
Penulis teringat dengan salah satu film nasional yang berjudul  5 Menara. Dalam salah satu tayangannya adalah seorang guru yang memperagakan memotong bambu dengan golok yang tumpul. Dengan kemauan yang kuat akhirnya bambu itu akhirnya putus juga. Sampai akhirnya lahirlah ucapan yang sangat terkenal. “Man jada wa jadda”. Barang siapa yang bersungguh-sungguh dalam segala hal maka akan bertemulah pada keberhasilannya.
               
Sebagai usaha untuk membangkitkan motivasi pada diri marilah kita belajar dari Ibu Een Sukaesih ketika didera suatu masalah seperti penuturannya berikut ini :
Bagaimana menyikapi masalah?
1. Kuatkan keimanan
   Yang menentukan takdir manusia adalah Allah SWT, kita sebagai manusia hanya bisa
   maksimal dalam ikhtiar dan berdoa.
2. Berprasangka baik kepada Allah SWT.
    Allah yang tahu mana yang terbaik untuk kita.
3. Bersyukur dan bersabar
    Optimislah!
    Bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
4. Tidak mudah menyerah
    Tidak mudah putus asa
    Jangan putus asa pada Rahmat-Nya.
   Tegar dalam menghadapi kenyataan.
            Pendidikan menurut Ibu Een Sukaesih adalah kasih sayang dan rasa peduli terhadap sesama. Guru itu harus identik pada kewibawaan + kepercayaan + kasih sayang. Ketika ditanya makna pendidikan 2 kata saja? Ibu Een Sukaesih menjawabnya dengan kasih sayang. Subhanallah! Pendidikan adalah kasih sayang.
            Mudah-mudahan kita yang masih sehat, kita yang masih diberikan langkah yang panjang, kita yang masih mampu berbuat sesuatu bisa belajar banyak dari Ibu Een Sukaesih. Dengan keterbatasannya beliau bisa membangkitkan semangat anak didik sampai anak didik itu mampu meraih cita-citanya. Mengapa kita sebagai pendidik dengan mudah putus asa, mudah marah bila menghadapi anak didik yang nakal, anak yang hiper, anak-anak dengan kebutuhan khusus?  Kita harus merendah diri dan harus banyak belajar dari Ibu Een Sukaesih. Kisah inspiratif yang layak untuk diteladani.

                                                                                                                                          *) Penulis Lepas                                                                                                                                              
                                                                                                                   Domisili di Gebang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar