ARTIKEL
ANGIN FOHN
“KUMBANG”
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Memasuki
Bulan Juli sudah mulai terasa adanya suatu pergerakan udara yang terasa dingin
namun membuat hidung terasa gatal-gatal. Bila tidak sedang dalam keadaan
stamina yang bagus maka akan mudah sekali terkena pilek. Angin yang bergerak
juga tersa kencang bila dibanding dengan angin yang datang sebelumnya.
Orang-orang yang ada di Cirebon menyebutnya dengan angin Kumbang.
Gejala yang mudah sekali untuk
dilihat adalah dari kulit yang terasa kering bahkan bisa dibuat garis hanya
dengan menggoreskan kuku. Orang Cirebon menyebutnya dengan istilah busik, mulut terasa kering. Terasa
sekali ada angin yang berhembus tetapi
suasana yang terasa justru kering. Fenomena seperti ini dijumpai di Bulan Juli
sampai September.
Ibu-ibu yang biasa menjemur diluar
mengandalkan sinar matahari juga terkena imbasnya. Angin yang kencang membuat
beberapa pakaian yang dijemur terbang terbawa angin. Namun begitu jemuran cepat
kering karena udara yang dibawa angin lebih panas dari angin pada umumnya.
Bagi mereka yang berdomisili di
Brebes, Tegal , Cirebon dan sekitarrya
menyebut fenomena alam ini dengan istilah angin
Kumbang. Dalam istilah geografinya disebut dengan Angin Fohn atau angin jatuh.
Angin Kumbang terjadi apabila
ada gerakan massa udara yang
menaiki suatu pegunungan dengan
ketinggian lebih dari 200 meter. Massa udara yang mencapai puncak pegunungan
akan mengalami kondensasi dan
akhirnya timbul hujan pada
satu sisi lereng. Adapun pada lereng
yang lain tidak terjadi hujan karena terhalang tingginya pegunungan. Daerah
yang tidak mengalami hujan disebut daerah bayangan hujan.
Daerah yang menjadi daerah
bayangan hujan angin Kumbang begitu luas. Diantara Gunung Ciremai dan Gunung
Slamet terdapat hamparan dataran rendah
yang sangat luas. Daerah inilah yang merupakan daerah bayangan hujan. Ada
terasa angin datang berhembus namun yang dirasakan adalah kering karena memang
angin Kumbang tidak membawa uap air sebagaimana jenis angin lainnya.
Pada
daerah bayangan hujan itu angin dari atas pegunungan akan bergerak menuruni
lereng pegunungan dengan kecepatan tinggi. Hal itu menyebabkan naiknya suhu udara,
karena setiap turun 100 meter udara naik 1 °C. Dengan demikian angin yang
turun bersifat panas dan kering.
Penamaan Kumbang sendiri
diambil dari Pegunungan Kumbang sekitar Desa Cikeusal. Angin bertiup karena gerakan udara yang turun melalui
lereng Gunung Slamet bagian utara melintasi Pegunungan Kumbang terus bergerak
dinamis ke lembah sebelah utara.
Kelembaban nisbi berlangsung begitu cepat sehingga udara yang tiba di sekitar Tegal, Brebes dan
Cirebon menjadi panas dan kering.
Bila kita berada di daerah Majalengka seperti
Cikijing di
awal Bulan Juli ini
terasa angin yang bertolak belakang sifatnya dengan
karakteristik angin fohn. Daerah Cikijing
bukan merupakan daerah bayangan hujan. Ketika penulis berwudhu di
masjid Cikijing terasa sekali dinginnya.Air seperti menusuk tulang. Angin yang
berhembus masih
membawa uap air. Ketika angin berhembus maka daerah sekitarnya terasa dingin
dan sejuk. Saking dinginnya bahkan terasa sekali menusuk tulang. Beda sekali
dengan daerah sebelahnya yang merupakan daerah bayangan hujan seperti
dari Brebes sampai di Cirebon.
Ada angin namun terasa kering dan terasa panas. Orang di Cirebon merasakan gerimsang dengan situasi yang seperti
itu. Air sumur bahkan air yang sudah
ditampungpun terasa dingin sekali.
Fenomena angin fohn ini ternyata terjadi pula di beberapa daerah di
Indonesia. Sifatnya yang kering dan panas sehingga beberapa tanaman tertentu
bisa rusak dengan datangnya angin fohn.
Bila di Cirebon dikenal dengan nama angin Kumbang maka di Pasuruan ada angin yang
bernama angin Gending. Angin Brubu terjadi di daerah Makassar (Sulawesi Selatan). Angin Wambrau
bertiup di daerah Biak (Papua). Di daerah Deli (Sumatra Utara) disebut dengan
nama angin Bahorok.
Datangnya angin fohn dibeberapa daerah
menimbulkan masalah namun tidak sedikit ada pula manfaatnya. Bagi orang Cirebon datangnya
angin Kumbang membuat tanaman tebu rusak. Petani tebu yang ada
di Kecamatan Babakan, Gebang, Pangenan, Pabedilan, Karangwareng, Sindanglaut
bahkan beberapa daerah di Kabupaten Brebes terlihat mulai sibuk. Tanaman tebu
yang sudah berumur diatas 3 bulan ikut terkena imbasnya. Tanaman tebu ikut
roboh sehingga membutuhkan waktu untuk mendirikannya kembali. Diikat dengan pohon tebu lainnya yang roboh
agar bisa tumbuh tegak seperti semula lagi sampai bisa dipanen.
Namun angin kumbag juga dirasakan
manfaatnya terutama oleh petani bawang. Bagi
petani khususnya petani yang menanam bawang angin Kumbang sangat dibutuhkan. Ribuan hektar tanaman bawang di wilayah
Cirebon, Brebes dan sekitarnya membutuhkan hembusan angin kencang
dan panas kering untuk mengusir hama serta meningkatkan kesehatan
tanaman bawang. Tidak heran, tanaman bawang memang tumbuh sangat subur diwilayah
Cirebon bagian timur dan
sekitarnya yang sifatnya panas dan kering.
Nelayan
yang tahu kedatangan angin Kumbang
juga tak akan melaut sebab angin ini terbilang cukup kencang juga walau kencangnya tidak
seperti angin barat. Bila angin barat biasa diiringi dengan hujan yang besar
namun angin Kumbang hanya angin yang
terasa kencang dan kering tanpa uap air.
Sama-sama kencangnya akibatnya nelayan
lebih memilih berada di rumah tak kuat menahan dingin.
Angin fohn
lainnya seperti angin Bahorok yang terjadi di daerah Deli merusak tanaman
tembakau. Tanaman tembakau porak poranda dengan datangnya angin Bahorok.
Petani yang mengelola tanaman
buah-buahan seperti pohon mangga bisa terbantu dengan datangnya angin Kumbang.
Angin kumbang inilah yang membuat penyerbukan bagi pohon mangga. Namun tak
sedikit pula mangga yang sudah jadi pentil jatuh lagi karena kencangnya angin
yang berhembus. Pasti saja yang namanya fenomena alam ini ada dampak positif dan negatifnya.
Masyarakat harus berhati-hati lagi terutama bila berada di sekitar banyak dijumpai
pepohonan tinggi. Bahaya tumbuhan roboh atau ranting patah adalah hal biasa
yang terjadi bila angin fohn datang.
Masyarakat harus selalu waspada akan
fenomena alam seperti angin Kumbang. Bila tubuh sedang dalam keadaan yang tidak
prima maka penyakit
yang sering datang bertepatan dengan datangnya angin Kumbang ini biasanya demam berdarah dengue, chikungunya dan yang
paling sering dijumpai adalah batuk dan pilek. Bagi yang busik tentunya bisa
dioles dengan pelembab agar kulit tetap terjaga kelembabannya. Penulispun
sering bersin-bersin manakala datangnya angin Kumbang. Untuk itu
berhati-hatilah bila keluar rumah ketika bertepatan dengan angin Kumbang datang.
Perbanyak minum air putih agar stamina tubuh bisa lebih terjaga. Fenomena alam
yang mau tak mau datang di daerah Cirebon dan sekitarnya.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar