Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Sabtu, 15 Juni 2019

ANGIN FOHN “KUMBANG” (Artikel)



ARTIKEL

ANGIN FOHN
KUMBANG
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


            Memasuki Bulan Juli sudah mulai terasa adanya suatu pergerakan udara yang terasa dingin namun membuat hidung terasa gatal-gatal. Bila tidak sedang dalam keadaan stamina yang bagus maka akan mudah sekali terkena pilek. Angin yang bergerak juga tersa kencang bila dibanding dengan angin yang datang sebelumnya. Orang-orang yang ada di Cirebon menyebutnya dengan angin Kumbang.
            Gejala yang mudah sekali untuk dilihat adalah dari kulit yang  terasa kering bahkan bisa dibuat garis hanya dengan menggoreskan kuku. Orang Cirebon menyebutnya dengan istilah busik, mulut terasa kering. Terasa sekali  ada angin yang berhembus tetapi suasana yang terasa justru kering. Fenomena seperti ini dijumpai di Bulan Juli sampai  September.
            Ibu-ibu yang biasa menjemur diluar mengandalkan sinar matahari juga terkena imbasnya. Angin yang kencang membuat beberapa pakaian yang dijemur terbang terbawa angin. Namun begitu jemuran cepat kering karena udara yang dibawa angin lebih panas dari angin pada umumnya.
            Bagi mereka yang berdomisili di Brebes, Tegal , Cirebon dan sekitarrya menyebut fenomena alam ini dengan istilah angin Kumbang. Dalam istilah geografinya disebut dengan Angin Fohn atau angin jatuh.
            Angin Kumbang  terjadi apabila ada gerakan massa udara yang menaiki suatu pegunungan dengan ketinggian lebih dari 200 meter. Massa udara yang mencapai puncak pegunungan akan mengalami kondensasi dan akhirnya timbul hujan pada satu sisi lereng. Adapun pada lereng yang lain tidak terjadi hujan karena terhalang tingginya pegunungan. Daerah yang tidak mengalami hujan disebut daerah bayangan hujan.
            Daerah yang menjadi daerah bayangan hujan angin Kumbang begitu luas. Diantara Gunung Ciremai dan Gunung Slamet  terdapat hamparan dataran rendah yang sangat luas. Daerah inilah yang merupakan daerah bayangan hujan. Ada terasa angin datang berhembus namun yang dirasakan adalah kering karena memang angin Kumbang tidak membawa uap air sebagaimana jenis angin lainnya.
Pada daerah bayangan hujan itu angin dari atas pegunungan akan bergerak menuruni lereng pegunungan dengan kecepatan tinggi. Hal itu menyebabkan naiknya suhu udara, karena setiap turun 100 meter udara naik 1 °C. Dengan demikian angin yang turun bersifat panas dan kering.
 Penamaan Kumbang sendiri diambil dari Pegunungan Kumbang sekitar Desa Cikeusal. Angin  bertiup karena gerakan udara yang turun melalui lereng Gunung Slamet bagian utara melintasi Pegunungan Kumbang terus bergerak dinamis ke lembah sebelah utara. Kelembaban nisbi berlangsung begitu cepat sehingga  udara yang tiba di sekitar Tegal, Brebes dan Cirebon menjadi panas dan kering.
            Bila kita berada di  daerah Majalengka seperti Cikijing di awal Bulan Juli ini terasa angin yang bertolak belakang sifatnya dengan karakteristik  angin fohn. Daerah Cikijing  bukan merupakan daerah bayangan hujan. Ketika penulis berwudhu di masjid Cikijing terasa sekali dinginnya.Air seperti menusuk tulang. Angin yang berhembus masih membawa uap air. Ketika angin berhembus maka daerah sekitarnya terasa dingin dan sejuk. Saking dinginnya bahkan terasa sekali menusuk tulang. Beda sekali dengan daerah sebelahnya yang merupakan daerah bayangan hujan seperti dari Brebes sampai di Cirebon. Ada angin namun terasa kering dan terasa panas. Orang di Cirebon merasakan gerimsang dengan situasi yang seperti itu. Air sumur bahkan  air yang sudah ditampungpun terasa dingin sekali.
            Fenomena angin fohn ini ternyata terjadi pula di beberapa daerah di Indonesia. Sifatnya yang kering dan panas sehingga beberapa tanaman tertentu bisa rusak dengan datangnya angin fohn. Bila di Cirebon dikenal dengan nama angin Kumbang maka di Pasuruan ada angin yang bernama angin Gending. Angin Brubu terjadi di daerah Makassar (Sulawesi Selatan). Angin Wambrau bertiup di daerah Biak (Papua). Di daerah Deli (Sumatra Utara) disebut dengan nama angin Bahorok.
            Datangnya angin fohn dibeberapa daerah menimbulkan masalah namun tidak sedikit ada pula  manfaatnya. Bagi orang Cirebon datangnya angin Kumbang membuat tanaman tebu rusak. Petani tebu yang ada di Kecamatan Babakan, Gebang, Pangenan, Pabedilan, Karangwareng, Sindanglaut bahkan beberapa daerah di Kabupaten Brebes terlihat mulai sibuk. Tanaman tebu yang sudah berumur diatas 3 bulan ikut terkena imbasnya. Tanaman tebu ikut roboh sehingga membutuhkan waktu untuk mendirikannya kembali. Diikat dengan pohon tebu lainnya yang roboh agar bisa tumbuh tegak seperti semula lagi sampai bisa dipanen.
            Namun angin kumbag juga dirasakan manfaatnya terutama oleh petani bawang. Bagi petani khususnya petani yang menanam bawang angin Kumbang sangat dibutuhkan. Ribuan hektar tanaman bawang di wilayah Cirebon, Brebes dan sekitarnya  membutuhkan hembusan angin kencang dan panas kering untuk mengusir hama serta meningkatkan kesehatan tanaman bawang. Tidak heran, tanaman bawang memang tumbuh sangat subur diwilayah Cirebon bagian timur dan sekitarnya yang sifatnya panas dan kering.
Nelayan yang tahu kedatangan angin Kumbang juga tak akan melaut sebab angin ini terbilang cukup kencang juga walau kencangnya tidak seperti angin barat. Bila angin barat biasa diiringi dengan hujan yang besar namun angin Kumbang hanya  angin yang terasa kencang dan kering tanpa uap  air. Sama-sama kencangnya akibatnya  nelayan lebih memilih berada di rumah tak kuat menahan dingin.
Angin fohn lainnya seperti angin Bahorok yang terjadi di daerah Deli merusak tanaman tembakau. Tanaman tembakau porak poranda dengan datangnya angin Bahorok.
            Petani yang mengelola tanaman buah-buahan seperti pohon mangga bisa terbantu dengan datangnya angin Kumbang. Angin kumbang inilah yang membuat penyerbukan bagi pohon mangga. Namun tak sedikit pula mangga yang sudah jadi pentil jatuh lagi karena kencangnya angin yang berhembus. Pasti saja yang namanya fenomena alam ini ada dampak positif dan negatifnya. Masyarakat harus berhati-hati lagi terutama bila berada di sekitar banyak dijumpai pepohonan tinggi. Bahaya tumbuhan roboh atau ranting patah adalah hal biasa yang terjadi bila angin fohn datang.
            Masyarakat harus selalu waspada akan fenomena alam seperti angin Kumbang. Bila tubuh sedang dalam keadaan yang tidak prima maka penyakit yang sering datang bertepatan dengan datangnya angin Kumbang ini biasanya  demam berdarah dengue, chikungunya dan yang paling sering dijumpai adalah batuk dan pilek. Bagi yang busik tentunya bisa dioles dengan pelembab agar kulit tetap terjaga kelembabannya. Penulispun sering bersin-bersin manakala datangnya angin Kumbang. Untuk itu berhati-hatilah bila keluar rumah ketika bertepatan dengan angin Kumbang datang. Perbanyak minum air putih agar stamina tubuh bisa lebih terjaga. Fenomena alam yang mau tak mau datang di daerah Cirebon dan sekitarnya.

                                                                                                                   *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                                       Domisili di Gebang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar