Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 18 Juni 2019

BARIDIN & RATMINAH (Artikel)


ARTIKEL

BARIDIN & RATMINAH
Kebangkitan Sineas Daerah
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


            Pertunjukan drama tradisional seperti masres dengan judul Baridin dan (Su) Ratminah kembali seolah hidup. Kisah cinta dua sejoli layaknya Romi dan Juliet orang Cirebon kembali menjadi perbincangan masyarakat ketika kisah ini diangkat ke layar lebar. Adalah seniman Sumbadi Sastra Alam yang menjadi kisah sukses tampilnya kisah Baridin & Ratminah ke layar lebar.
            Ada beberapa versi kisah yang dipopuluerkan Grup Tarling Putra Sangkala dibawah pimpinan Abdul Adjid. Kisah Baridin dan Ratminah pada intinya mengisahkan sosok Baridin yang lahir dari keluarga miskin jatuh hati pada Ratminah bunga desa yang berasal dari kelurga kaya. Namun rupanya kisah cinta Baridin hanya bertepuk sebelah tangan. Orangtua Baridin yang  mencoba melamar ke kediaman Ratminah, malah mendapatkan hinaan. Status keluarga rupanya yang menjadi penghalang kisah cinta Baridin. Ratminah anak orang kaya Bapak Dam dengan egonya bahkan mengususir ibu Baridin bahkan sampai meludahinya. Dendam rupanya menyelimuti Baridin yang diperlakukan seperti itu oleh gadis ayu Ratminah.
            Anak-anak muda memang tidak banyak yang tahu tentang kisah cinta Sampek -  Eng Tai asli dari Cirebon. Ketika jaya-jayanya kesenian tarling yang namanya kisah Baridin - Ratminah banyak sekali yang minta ditanggap atau ditampilkan dalam hajatan. Hajatan pernikahan atau sunatan banyak yang meminta kisah ini karena begitu melegendanya dari mulut ke mulut kisah Baridin – Ratminah.
            Baridin dan Ratminah in movie patut diapresiasi. Setidaknya dengan munculnya sineas dari daerah dan berani menampilkan kisah kedaerahan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi kisah percintaan Baridin dan Ratminah yang dahulu hanya sebatas pembicaraan orang-orang yang ada di Cirebon dan Indramayu kini bisa lebih jauh lagi. Kisah cintanya kini bahkan bisa menjadi kisah cinta 2 sejoli bukan hanya orang Cirebon semata.
            Pemutaran perdanya di pusat perbelanjaan  Grage City mendapatkan perhatian besar dari masyarakat Cirebon. Ini merupakan bukti kisah cinta Baridin – Ratminah banyak juga diminati oleh anak-anak muda. Sungguh langkah awal bagi kebangkitan sineas dari daerah mengangkat cerita lokal. Kalau dahulu Pemrop Jabar menggolkan film Si Kabayan kini berhasil diputar film Baridin dan Ratminah.  Walaupun perhatian pemkot Cirebon/pemda Cirebon dan Indramayu masih belum terlihat jelas. Pemerintah daerah setidaknya ikut mendukung pendanaan karena kisah Baridin dan Ratminah latar belakangnya adalah daerah yang ada di Cirebon dan Indramayu.
            Antara Fiksi dan Non Fiksi
             Banyak yang mempertanyakan apakah kisah cinta Baridin dengan Ratminah ini merupakan kisah nyata ataukah fiksi? Kisah cinta yang seperti ini sebenarnya bisa menimpa siapa saja. Tapi begitu melegenda kisah cintanya sampai ada yang berani menelusuti kebenaran cerita kedua tokoh tersebut. Kuburan yang diyakini sebagai kuburan Baridin dan Suratminah  belum begitu diyakini berasal dari jasad Baridin dan Ratminah sendiri.
            Tokoh kesenian tarling yang mempopulerkan kisah Bardidin dan Suratminah yang juga pentolan  sanggar tarling Putra Sengkala, Abdul Adjid sering sewaktu hidupnya sebelum mementaskan drama lakon Baridin dan Ratminah berkunjung kedua makam ini. Makam yang dahulu tidak terawat dan hanya tumpukan bata merah saja kini mulai dipugar. Semenjak diyakini bahwa itu adalah makam Baridin dan Ratminah kini makam banyak dikunjungi oleh peziarah tidak hanya orang Cirebon dan Indramayu tetapi juga ada yang dari kota-kota besar lainnya di Indonesia.
            Semakin jelas kalau kisah Baridin dan Ratminah ini diambil dari kisah nyata. Adapun siapa Baridin dan siapa pula Ratminah tidak menjadi hal yang mendasar untuk diperdebatkan. Kisah cintanya ini yang patut untuk diambil menjadi sebuah pelajaran. Pesan moral yang didapat setidaknya bahwa percintaan seperti apapun bentuk dan wujudnya  ketika cinta dipaksakan maka hanya kepalsuan yang didapat. Manusia hanya bisa berusaha sedangkan Tuhan jua yang akhirnya menentukan.
            Tampilnya kisah Baridin dan Ratminah diangkat ke layar lebar membuka peluang bagi kisah-kisah serupa yang ada di kesenian tarling. Kesenian yang ada di Cirebon ada yang sudah punah, selebihnya menunggu kepunahan sebab seniman tidak lagi mempertontonkannya pada masyarakat karena tak ada orang yang menanggapnya lagi. Lihat saja kesenian gamyung yang sudah jarang tampil diatas panggung, kesenian sintren, angklung bungko, drama tunil, wayang catur dan masih banyak yang lain. Masyarakat sekarang ini cenderung lebih menyukai organ tunggal pada event-event hajatan pernikahan dan sunatan.  
Sekarang tinggal bagaimana sineas dari daerah ini memvisualisasikan apa yang ada di acara drama tarling bisa diangkat menjadi kisah yang patut dan layak ditonton. Tugas seniman-seniwati yang ada di daerah untuk bisa mewujudkannya. Tidak hanya itu masih banyak kesenian asli Cirebon yang hampir punah untuk bisa dilestarikan. Cirebon selain bangkit dengan kisah Baridin dan Ratminah setidaknya harus bangkit pula di kesenian yang lain. Masih ada seni membatik, kesenian buroq, tari topeng, wayang cepak, wayang purwa.  Setidaknya apa yang sudah dirintis oleh saniman Cirebon  Sumbardi Sastra Alam patut diapresiasi. Kisah Baridin dan Ratminah bisa memicu sineas muda untuk lebih aktif berkreasi memajukan kesenian Cirebon dan Indramayu.


                                                                                                *) Praktisi Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar