ARTIKEL
BARIDIN & RATMINAH
Kebangkitan Sineas Daerah
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Pertunjukan
drama tradisional seperti masres dengan judul Baridin dan (Su) Ratminah kembali
seolah hidup. Kisah cinta dua sejoli layaknya Romi dan Juliet orang Cirebon
kembali menjadi perbincangan masyarakat ketika kisah ini diangkat ke layar
lebar. Adalah seniman Sumbadi Sastra Alam yang menjadi kisah sukses tampilnya
kisah Baridin & Ratminah ke layar lebar.
Ada beberapa versi kisah yang
dipopuluerkan Grup Tarling Putra Sangkala dibawah pimpinan Abdul Adjid. Kisah
Baridin dan Ratminah pada intinya mengisahkan sosok Baridin yang lahir dari
keluarga miskin jatuh hati pada Ratminah bunga desa yang berasal dari kelurga
kaya. Namun rupanya kisah cinta Baridin hanya bertepuk sebelah tangan. Orangtua
Baridin yang mencoba melamar ke kediaman
Ratminah, malah mendapatkan hinaan. Status keluarga rupanya yang menjadi
penghalang kisah cinta Baridin. Ratminah anak orang kaya Bapak Dam dengan
egonya bahkan mengususir ibu Baridin bahkan sampai meludahinya. Dendam rupanya
menyelimuti Baridin yang diperlakukan seperti itu oleh gadis ayu Ratminah.
Anak-anak muda memang tidak banyak
yang tahu tentang kisah cinta Sampek -
Eng Tai asli dari Cirebon. Ketika jaya-jayanya kesenian tarling yang
namanya kisah Baridin - Ratminah banyak sekali yang minta ditanggap atau
ditampilkan dalam hajatan. Hajatan pernikahan atau sunatan banyak yang meminta
kisah ini karena begitu melegendanya dari mulut ke mulut kisah Baridin –
Ratminah.
Baridin dan Ratminah in movie patut diapresiasi. Setidaknya
dengan munculnya sineas dari daerah dan berani menampilkan kisah kedaerahan
bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi kisah percintaan Baridin dan Ratminah
yang dahulu hanya sebatas pembicaraan orang-orang yang ada di Cirebon dan
Indramayu kini bisa lebih jauh lagi. Kisah cintanya kini bahkan bisa menjadi
kisah cinta 2 sejoli bukan hanya orang Cirebon semata.
Pemutaran perdanya di pusat
perbelanjaan Grage City mendapatkan
perhatian besar dari masyarakat Cirebon. Ini merupakan bukti kisah cinta
Baridin – Ratminah banyak juga diminati oleh anak-anak muda. Sungguh langkah
awal bagi kebangkitan sineas dari daerah mengangkat cerita lokal. Kalau dahulu
Pemrop Jabar menggolkan film Si Kabayan kini berhasil diputar film Baridin dan
Ratminah. Walaupun perhatian pemkot
Cirebon/pemda Cirebon dan Indramayu masih belum terlihat jelas. Pemerintah
daerah setidaknya ikut mendukung pendanaan karena kisah Baridin dan Ratminah
latar belakangnya adalah daerah yang ada di Cirebon dan Indramayu.
Antara
Fiksi dan Non Fiksi
Banyak yang mempertanyakan apakah kisah cinta
Baridin dengan Ratminah ini merupakan kisah nyata ataukah fiksi? Kisah cinta
yang seperti ini sebenarnya bisa menimpa siapa saja. Tapi begitu melegenda
kisah cintanya sampai ada yang berani menelusuti kebenaran cerita kedua tokoh
tersebut. Kuburan yang diyakini sebagai kuburan Baridin dan Suratminah belum begitu diyakini berasal dari jasad
Baridin dan Ratminah sendiri.
Tokoh kesenian tarling yang mempopulerkan
kisah Bardidin dan Suratminah yang juga pentolan sanggar tarling Putra Sengkala, Abdul Adjid
sering sewaktu hidupnya sebelum mementaskan drama lakon Baridin dan Ratminah berkunjung kedua makam ini. Makam yang
dahulu tidak terawat dan hanya tumpukan bata merah saja kini mulai dipugar.
Semenjak diyakini bahwa itu adalah makam Baridin dan Ratminah kini makam banyak
dikunjungi oleh peziarah tidak hanya orang Cirebon dan Indramayu tetapi juga
ada yang dari kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Semakin jelas kalau kisah Baridin
dan Ratminah ini diambil dari kisah nyata. Adapun siapa Baridin dan siapa pula
Ratminah tidak menjadi hal yang mendasar untuk diperdebatkan. Kisah cintanya
ini yang patut untuk diambil menjadi sebuah pelajaran. Pesan moral yang didapat
setidaknya bahwa percintaan seperti apapun bentuk dan wujudnya ketika cinta dipaksakan maka hanya kepalsuan
yang didapat. Manusia hanya bisa berusaha sedangkan Tuhan jua yang akhirnya
menentukan.
Tampilnya kisah Baridin dan Ratminah
diangkat ke layar lebar membuka peluang bagi kisah-kisah serupa yang ada di
kesenian tarling. Kesenian yang ada di Cirebon ada yang sudah punah, selebihnya
menunggu kepunahan sebab seniman tidak lagi mempertontonkannya pada masyarakat
karena tak ada orang yang menanggapnya lagi. Lihat saja kesenian gamyung yang
sudah jarang tampil diatas panggung, kesenian sintren, angklung bungko, drama
tunil, wayang catur dan masih banyak yang lain. Masyarakat sekarang ini cenderung
lebih menyukai organ tunggal pada event-event hajatan pernikahan dan sunatan.
Sekarang
tinggal bagaimana sineas dari daerah ini memvisualisasikan apa yang ada di
acara drama tarling bisa diangkat menjadi kisah yang patut dan layak ditonton.
Tugas seniman-seniwati yang ada di daerah untuk bisa mewujudkannya. Tidak hanya
itu masih banyak kesenian asli Cirebon yang hampir punah untuk bisa
dilestarikan. Cirebon selain bangkit dengan kisah Baridin dan Ratminah
setidaknya harus bangkit pula di kesenian yang lain. Masih ada seni membatik,
kesenian buroq, tari topeng, wayang cepak, wayang purwa. Setidaknya apa yang sudah dirintis oleh saniman
Cirebon Sumbardi Sastra Alam patut diapresiasi.
Kisah Baridin dan Ratminah bisa memicu sineas muda untuk lebih aktif berkreasi
memajukan kesenian Cirebon dan Indramayu.
*)
Praktisi Pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar