ARTIKEL
MANUSIA JOMPO
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Dalam suatu perbincangan tentang
masa tua sungguh menggelikan. Seorang teman yang keempat anaknya perempuan
semua mencoba memprediksi masa tuanya. Seandainya anak-anaknya nanti sudah pada
menikah semua bagaimana nasibnya nanti?
Namanya anak perempuan tentu akan dibawa suaminya masing-masing dan ini tidak bisa dicegah atau
dihalang-halangi. Nanti bagaimana menghadapi masa tua tanpa anak-anak
disampingnya sementara kebutuhan orang yang sudah tua tidak beda dengan merawat orang yang berkelakuan seperti anak-anak
lagi. Inilah yang membuat perbincangan makin ramai. Ada yang bilang kalau sudah
seperti ini panti jompo adalah tujuan. Itu bagi mereka yang setuju dengan keberadaan panti
jompo. Lalu bagaimana dengan adat ketimuran yang masih belum bisa menerima
keberadaan panti jompo.
Perlu kita sadari anak bukan tumpuan atau jangan
dijadikan tumpuan hari tua. Hidup ini milik Yang Kuasa. Sebagai orangtua sudah
selayaknya menyiapkan anak-anak ke arah kehidupan yang lebih baik. Anggapan
yang menyebutkan anak-anak tumpuan kita di hari tua, harus dihilangkan sebab
mereka juga punya kehidupan sendiri. Bila pendapat ini masih dipertahankan
tentu akan mengakibatkan polemik baru dengan menantu.
Sejalan dengan
terjadinya tingkat kemajuan
dalam kehidupan keluarga kini
telah terjadi pula perubahan yang
mendasar didalam sistem
kehidupan keluarga, yakni dari
extended family
menjadi nuclear family. Akibat
perubahan ini, maka timbul
permasalahan baru berupa
kurangnya perhatian dan perawatan
terhadap para manusia jompo alias lansia, yang
mengakibatkan lansia menjadi terlantar atau bermasalah dengan
anggota keluarga yang lain.
Perbincangan jadi meruncing manakala
ada yang setuju dengan lansia dimasukkan saja ke panti jompo. Teman disebelah
langsung memanggapi dengan berbagai alasan. Di manakah nurani seorang anak yang
tega bahkan karena alasan sibuk menitipkan orang tua mereka di panti jompo? Lantas
bagaimana hukum fikih Islam menyikapi penitipan orang tua yang uzur ke panti
jompo? Panti
jompo dinegeri ini belumlah populer untuk menempatkan orang-orang yang sudah
jompo. Sepertinya manusia jompo dibuang begitu saja ketika tenaga dan
pemilikirannya sudah tidak berguna lagi.
Ada plus minus lansia dititipkan di
panti jompo. Bagi si anak, tidak repot, karena sudah ada yang mengurus. Tapi
menurut beberapa teman lebih banyak sisi
negatif dari segi hubungan emosi dengan anak. Orangtua akan merasa diri dikucilkan,
merasa dibuang. Perasaan dibuang ini akan berdampak kurang baik bagi kesehatan
fisik.
Akal
sehat pun kadang tak bisa menerima perlakuan anak yang menitipkan orang tua
kandungnya ke panti jompo, sementara anak itu berkemampuan dan berkecukupan secara
materi. Bayangkan, kedua orang tuanya telah mengasuh dan membesarkannya tanpa
pamrih, lewat beragam masa dan rintangannya, memeras otak dan keringat
mengantarkan anaknya kegerbang kesuksesan. Ketika anak-anaknya jaya justru orangtua dicampakkan inilah yang
menjadi masalah.
Ridho orang
tua merupakan kunci
utama dalam kehidupan
manusia. Sehingga ketika orang
berhasil dalam segala
hal, kemudian tidak
pernah memperhatikan apalagi melaksanakan
kewajiban anak terhadap
orang tua, maka keberhasilan
yang dicapai hanyalah
kebahagiaan sementara. Karena Allah sangat murka dengan tingkah laku
manusia yang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan
kepentingan orang tua. Itulah beberapa alasan orang yang melarang orangtua yang sudah sepuh
dititipkan di panti jompo.
Sementara
pada saat yang sama kita banyak melihat orangtua yang dimasa tuanya terlantar.
Hal seperti ini dikarenakan mereka tidak memiliki satu pun keluarga yang peduli
lagi. Keberadaan panti jompo itu seyogianya menampung dan memberikan
penghidupan yang layak bagi lansia itu. Penulis punya tetangga yang masa tuanya
hanya berdua saja dengan sang istri. Anak-anaknya sudah pada sukses dan tidak
satupun anaknya yang mau tinggal bersama. Umur makin bertambah sedang tenaga
sudah makin berkurang. Kalaulah sehat tentu tidak ada masalah, yang menjadi
pikiran adalah bila salah satunya sakit atau kedua-duanya sakit. Terasa sekali
merepotkan tidak hanya yang bersangkutan tetapi tetangga ikut dibuat sibuk.
Ada
pula orangtua yang tidak ingin masa tuanya membebani anak-anaknya. Anak-anaknya
sudah punya jalan hidup masing-masing, orangtua tidak ingin jadi beban. Dari
pada stres orangtua memilih jalan hidupnya
sendiri. Ada orangtua yang tidak ingin membebani anak lalu memilih kegiatan
yang sebenarnya oleh anak-anaknya dilarang. Penulis pernah menjumpai orangtua
yang datang ke sekolah-sekolah membawa list.
Intinya ia ini memohon sumbangan dana untuk keperluan pembangunan ini dan itu.
Bila didengar dari cerita orangtua itu sendiri
anak-anaknya sebenarnya anak-anak yang sudah sukses. Orangtua ini masih
saja mendatangi intansi-intansi pemerintah hanya mengharap sebuah belas kasihan. Dia
sibuk sendiri dengan kegiatannya tanpa mau melibatkan sang anak atau
mendompleng kesuksesan sang anak.
Ada
pula anak
menitipkan orang tua di panti jompo supaya anak dapat memperhatikan keluarga,
sementara orang tua lebih tenang, nyaman, dan
mendapat perhatian yang
lebih dari orang-orang yang
berada di panti, khususnya pengurus. Dengan penitipan
juga anak menginginkan agar dapat mengurangi dosa terhadap orang tua dan
menghilangkan kebencian terhadap orang
tua.
Post Power Syndrom
Gejala
yang sudah umum dari orang-orang yang dahulu sibuk dengan berbagai kegitan
adalah post power syndrom. Turun dari
suatu jabatan dan kini pensiun tentu terasa sekali bedanya. Banyak diantaranya
yang dahulu sangat dihormati karena jabatan yang diemban kini setelah semua
jabatannya lepas orang sudah kurang lagi hormat. Apa yang dahulu ditakuti kini
orang-orang dengan leluasa lewat seenaknya tanpa harus bongkok ataupun menundukkan
kepala tak pernah mengangggap apa yang kita punya. Jadilah stress menghadapi
kenyataan karena seperti ada sesuatu yang dirasa hilang.
Stres merupakan perasaan tertekan
saat menghadapi permasalahan. Stres bukan penyakit, tapi bisa menjadi awal timbulnya
penyakit mental atau fisik jika terlalu lama. Penyebab stres di kalangan lansia
atau manusia jompo, beda dengan remaja dan anak-anak. Yang paling sering
menyebabkan stres pada lansia diantaranya post power syndrom. Kehilangan
jabatan, perasaan kecewa karena tidak lagi dihormati seperti dulu, merasa
tidak diperhatikan lagi anak, menantunya
bahkan lingkungannya.
Pada umumnya
permasalahan yang dihadapi
para lansia adalah berkurangnya kemampuan
dan fungsi otak,
depresi mental/merasa dirinya
tidak berguna, permasalahan hubungan sosial, keterlantaran dan
ketidakberdayaan. Dengan keluhan yang hampir sama tentunya lansia atau orang
jompo harus melakukan berbagai kegiatan agar jangan sampai jenuh atau bete
dengan usia yang sudah tidak produktif yang sebenarnya masih bisa diberdayakan
mengisi sisa hidupnya.
Mudah-mudahan
baik yang setuju manusia jompo dipanti jompokan ataupun mereka yang memlih
orangtua dirawat sampai akhir hayatnya bisa mengerti alasannya masing-masing.
Hal ini tentunya untuk kebaikan si manusia jompo itu sendiri. Pertanyaannya
ialah siapkah kita yang juga nantinya akan jompo (bila diberi umur panjang)
bila anak kita memasukkan kita dalam panti jompo? Atau kita berdoa pada Yang
Maha Kuasa agar anak kita amanah dan penuh kasih sayang sehingga sesibuk
apapaun dia akan tetap merawat kita sampai akhir hayat.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar