Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Sabtu, 15 Juni 2019

MANUSIA JOMPO (Artikel)


ARTIKEL

MANUSIA JOMPO
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


            Dalam suatu perbincangan tentang masa tua sungguh menggelikan. Seorang teman yang keempat anaknya perempuan semua mencoba memprediksi masa tuanya. Seandainya anak-anaknya nanti sudah pada menikah semua  bagaimana nasibnya nanti? Namanya anak perempuan tentu akan dibawa suaminya masing-masing  dan ini tidak bisa dicegah atau dihalang-halangi. Nanti bagaimana menghadapi masa tua tanpa anak-anak disampingnya sementara kebutuhan orang yang sudah tua tidak beda dengan  merawat orang yang berkelakuan seperti anak-anak lagi. Inilah yang membuat perbincangan makin ramai. Ada yang bilang kalau sudah seperti ini panti jompo adalah tujuan. Itu bagi mereka yang setuju dengan keberadaan panti jompo. Lalu bagaimana dengan adat ketimuran yang masih belum bisa menerima keberadaan panti jompo.
Perlu kita sadari anak bukan tumpuan atau jangan dijadikan tumpuan hari tua. Hidup ini milik Yang Kuasa. Sebagai orangtua sudah selayaknya menyiapkan anak-anak ke arah kehidupan yang lebih baik. Anggapan yang menyebutkan anak-anak tumpuan kita di hari tua, harus dihilangkan sebab mereka juga punya kehidupan sendiri. Bila pendapat ini masih dipertahankan tentu akan mengakibatkan polemik baru dengan menantu.
Sejalan  dengan  terjadinya  tingkat  kemajuan  dalam kehidupan keluarga kini  telah  terjadi  pula perubahan  yang  mendasar  didalam  sistem  kehidupan  keluarga,  yakni dari  extended  family  menjadi  nuclear  family.  Akibat  perubahan  ini, maka  timbul  permasalahan  baru  berupa  kurangnya  perhatian  dan perawatan  terhadap  para  manusia jompo alias lansia,  yang  mengakibatkan  lansia  menjadi terlantar atau bermasalah dengan anggota keluarga yang lain.
Perbincangan jadi meruncing manakala ada yang setuju dengan lansia dimasukkan saja ke panti jompo. Teman disebelah langsung memanggapi dengan berbagai alasan. Di manakah nurani seorang anak yang tega bahkan karena alasan sibuk menitipkan orang tua mereka di panti jompo? Lantas bagaimana hukum fikih Islam menyikapi penitipan orang tua yang uzur ke panti jompo? Panti jompo dinegeri ini belumlah populer untuk menempatkan orang-orang yang sudah jompo. Sepertinya manusia jompo dibuang begitu saja ketika tenaga dan pemilikirannya sudah tidak berguna lagi.
Ada plus minus lansia dititipkan di panti jompo. Bagi si anak, tidak repot, karena sudah ada yang mengurus. Tapi menurut beberapa teman  lebih banyak sisi negatif dari segi hubungan emosi dengan anak. Orangtua akan merasa diri dikucilkan, merasa dibuang. Perasaan dibuang ini akan berdampak kurang baik bagi kesehatan fisik.
            Akal sehat pun kadang tak bisa menerima perlakuan anak yang menitipkan orang tua kandungnya ke panti jompo, sementara anak itu berkemampuan dan berkecukupan secara materi. Bayangkan, kedua orang tuanya telah mengasuh dan membesarkannya tanpa pamrih, lewat beragam masa dan rintangannya, memeras otak dan keringat mengantarkan anaknya kegerbang kesuksesan. Ketika anak-anaknya jaya  justru orangtua dicampakkan inilah yang menjadi masalah.
Ridho  orang  tua  merupakan  kunci  utama  dalam  kehidupan  manusia. Sehingga  ketika  orang  berhasil  dalam  segala  hal,  kemudian  tidak  pernah memperhatikan  apalagi  melaksanakan  kewajiban  anak  terhadap  orang  tua, maka  keberhasilan  yang  dicapai  hanyalah  kebahagiaan  sementara.  Karena Allah sangat murka dengan tingkah laku manusia yang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang tua. Itulah beberapa alasan orang yang    melarang orangtua yang sudah sepuh dititipkan di panti jompo.
            Sementara pada saat yang sama kita banyak melihat orangtua yang dimasa tuanya terlantar. Hal seperti ini dikarenakan mereka tidak memiliki satu pun keluarga yang peduli lagi. Keberadaan panti jompo itu seyogianya menampung dan memberikan penghidupan yang layak bagi lansia itu. Penulis punya tetangga yang masa tuanya hanya berdua saja dengan sang istri. Anak-anaknya sudah pada sukses dan tidak satupun anaknya yang mau tinggal bersama. Umur makin bertambah sedang tenaga sudah makin berkurang. Kalaulah sehat tentu tidak ada masalah, yang menjadi pikiran adalah bila salah satunya sakit atau kedua-duanya sakit. Terasa sekali merepotkan tidak hanya yang bersangkutan tetapi tetangga ikut dibuat sibuk.  
            Ada pula orangtua yang tidak ingin masa tuanya membebani anak-anaknya. Anak-anaknya sudah punya jalan hidup masing-masing, orangtua tidak ingin jadi beban. Dari pada stres orangtua  memilih jalan hidupnya sendiri. Ada orangtua yang tidak ingin membebani anak lalu memilih kegiatan yang sebenarnya oleh anak-anaknya dilarang. Penulis pernah menjumpai orangtua yang datang ke sekolah-sekolah membawa list. Intinya ia ini memohon sumbangan dana untuk keperluan pembangunan ini dan itu. Bila didengar dari cerita orangtua itu sendiri  anak-anaknya sebenarnya anak-anak yang sudah sukses. Orangtua ini masih saja mendatangi intansi-intansi pemerintah  hanya mengharap sebuah belas kasihan. Dia sibuk sendiri dengan kegiatannya tanpa mau melibatkan sang anak atau mendompleng kesuksesan sang anak.
            Ada pula anak menitipkan orang tua di panti jompo supaya anak dapat memperhatikan keluarga, sementara orang tua lebih tenang, nyaman, dan  mendapat  perhatian  yang  lebih  dari orang-orang  yang  berada  di  panti, khususnya pengurus. Dengan penitipan juga anak menginginkan agar dapat mengurangi dosa terhadap orang tua dan menghilangkan  kebencian terhadap orang tua.
Post Power Syndrom
Gejala yang sudah umum dari orang-orang yang dahulu sibuk dengan berbagai kegitan adalah post power syndrom. Turun dari suatu jabatan dan kini pensiun tentu terasa sekali bedanya. Banyak diantaranya yang dahulu sangat dihormati karena jabatan yang diemban kini setelah semua jabatannya lepas orang sudah kurang lagi hormat. Apa yang dahulu ditakuti kini orang-orang dengan leluasa lewat seenaknya tanpa harus bongkok ataupun menundukkan kepala tak pernah mengangggap apa yang kita punya. Jadilah stress menghadapi kenyataan karena seperti ada sesuatu yang dirasa hilang.
Stres merupakan perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Stres bukan penyakit, tapi bisa menjadi awal timbulnya penyakit mental atau fisik jika terlalu lama. Penyebab stres di kalangan lansia atau manusia jompo, beda dengan remaja dan anak-anak. Yang paling sering menyebabkan stres pada lansia diantaranya post power syndrom. Kehilangan jabatan, perasaan kecewa karena tidak lagi dihormati seperti dulu,  merasa tidak diperhatikan lagi anak,  menantunya bahkan lingkungannya.
Pada  umumnya  permasalahan  yang  dihadapi  para  lansia  adalah berkurangnya  kemampuan  dan  fungsi  otak,  depresi  mental/merasa dirinya tidak berguna, permasalahan hubungan sosial, keterlantaran dan ketidakberdayaan. Dengan keluhan yang hampir sama tentunya lansia atau orang jompo harus melakukan berbagai kegiatan agar jangan sampai jenuh atau bete dengan usia yang sudah tidak produktif yang sebenarnya masih bisa diberdayakan mengisi sisa hidupnya.
Mudah-mudahan baik yang setuju manusia jompo dipanti jompokan ataupun mereka yang memlih orangtua dirawat sampai akhir hayatnya bisa mengerti alasannya masing-masing. Hal ini tentunya untuk kebaikan si manusia jompo itu sendiri. Pertanyaannya ialah siapkah kita yang juga nantinya akan jompo (bila diberi umur panjang) bila anak kita memasukkan kita dalam panti jompo? Atau kita berdoa pada Yang Maha Kuasa agar anak kita amanah dan penuh kasih sayang sehingga sesibuk apapaun dia akan tetap merawat kita sampai akhir hayat.

                                                                                                  *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                     Domisili di Gebang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar