Artikel
ARTIS DALAM PILKADA
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Banyak jalan menuju Roma demikian
pepatah mengatakan. Semenjak kesuksesan bintang film Rano Karno menjadi Wakil
Gubernur Banten, Dedy Mizwar menjadi Wakil Gubernur Jabar, Dicky Chandra mantan
Wakil Bupati Garut maka sejumlah artis ramai-ramai mencoba merambah ke dunia
politik. Public figure seperti artis
memang mudah sekali diingat oleh masyarakat. Kepopulerannya ketika masih
menjadi artis merupakan modal dasar
untuk melangkah ke dunia politik.
Hasilnya cukup dibilang sukses
dengan masuknya artis baik di eksekutif maupun legislatif.
Kini bermunculan lagi artis-artis
yang mencoba meraih sukses mencoba peruntungan seperti para pendahulunya
seperti Charly Van Hauten (Setia Band) yang mendaftarkan diri sebagai wakil
bupati Garut, Dedy Dores juga mencalonkan diri sebagai wakil bupati Garut,
Hengky Tornando yang mencalonkan sebagai wakil Bupati Bogor, Pasha Ungu yang
mencalonkan diri sebagai wakil Bupati Palu.
Selain
di eksekutif, di legislatif juga banyak artis yang mencoba mengadu nasibnya
mempertaruhkan kepopuleran yang sudah terlebih dahulu didapat. Sebut saja ada
nama Dedi ‘Miing’ Gumilar yang sudah lebih dahulu sukses di Partai Demokrat,
Ada Nurul Qomar di Partai Demokrat, Nurul Arifin di Golkar, artis Rieke Dyah
Pithaloka di PDIP. Kini di 2014 akan
mengadu nasib di Senayan artis Dessy Ratnasari yang dipinang PAN, pedangdut Angel Lelga yang bergabung
dengan PPP, model Arzetty yang bergabung dengan PKB.
Popularitas
sering dianggap berbanding lurus dengan elektabilitas (tingkat keterpilihan).
Nama-nama populer dipercaya punya peluang lebih besar untuk dipilih dalam era
pemilihan langsung seperti sekarang. Maka, partai politik pun memanfaafkan para
artis (yang namanya populer) untuk mendongkrak keterpilihan partainya. Dalam
hal memajukan artis sebagai caleg, calon bupati atau bahkan calon presiden,
tampaknya partai politik harus membedakan antara artis terkenal dan artis
populer. Siapa saja bisa terkenal (secara kebetulan atau dengan rekayasa
sensasi terus menerus), tapi tak semua orang, bahkan artis sekalipun, bisa
populer, dalam pengertian terkenal sekaligus disukai banyak orang.Parpol juga
seperti berlomba-lomba merangkul para artis untuk diusung oleh parpol.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia
(LPI) Boni Hargens seperti dilansir Tempo.Co.
mengatakan, fenomena artis yang maju sebagai calon anggota legislatif pada 2014
merupakan tanggung jawab partai politik. Dia menduga motifnya adalah keinginan
kuat partai politik untuk memperluas dukungan dari masyarakat. Menurut Boni,
tanggung jawab anggota parlemen setidaknya ada tiga hal, yaitu budgeting,
legislasi, dan lobi politik.
"Ini cukup meragukan bahwa orang-orang di luar politik bisa melakukan
hal-hal tersebut," ujarnya.
Pilkada
Kabupaten Cirebon
Pilkada Kabupaten yang tinggal
menunggu beberapa bulan lagi akankah diramaikan oleh para artis? Dari
baliho-baliho yang bertebaran sepanjang jalan sudah mulai muncul nama artis
katakanlah H. Nurul Qomar dari Partai Demokrat. Khabar yang beredar H. Lutfi
dari PKB dari DPP PKB akan menggandeng Ridho Rhoma sebagai pasangannya namun
akhirnya pada detik-detik terakhir menggandeng Ratu Arimbi. Proses terus
berjalan dan kemungkinan akan makin memanas dengan munculnya 6 pasangan calon
yang akan berlaga di Pilkada Kabupaten Cirebon.
Fenomena
artis dalam pilkada memang cukup menghebohkan. Sebagai public figure artis
keberadaannya dimanapun selalu menjadi daya tarik. Selain
bisa mendatangkan kerumunan, artis juga efektif untuk mendatangkan media.
Contoh sederhana yang sudah sering terjadi. Beberapa artis yang mendaftar
sebagai caleg kemarin, diliput media dengan heboh. Apa media mau berdatangan
meliput kalau si caleg bukan artis dan tidak terkenal? Partai butuh media untuk
mengkomunikasikan program. Media butuh nama dan peristiwa untuk dijadikan
berita. Dan, artis selalu menarik diberitakan.
Pengamat Politik M. Qodari seperti
dilansir TribunNews.Com. menilai
banyaknya parpol menjadikan artis sebagai calon legislatif (Caleg) dan pilkada
dalam pemilu 2014 mendatang menunjukkan bahwa parpol itu hanya berhalusinasi
seorang artis akan mampu menjadi pendulang suara dalam pemilu. Padahal,
popularitas artis tersebut tak menjamin meningkatnya perolehan suara, atau tak
menjamin menjadi vote getter, meski sudah pupuler.
“Berdasarkan pengalaman
pemilu sebelumnya, tak ada jaminan artis menjadi pendulang suara. Bahkan artis
sendiri tak ada jaminan terpilih menjadi anggota DPR RI. Jadi, asumsi parpol
bahwa artis akan mendongkrak suara itu hanya halusinasi,” kata Qodari
dalam dialog "Menakar Kompetensi Caleg Artis" di gedung MPR/DPR RI
Jakarta.
Artis ataupun bukan artis, terkenal
ataupun bukan orang terkenal hendaknya pilkada Kabupaten Cirebon yang akan
berlangsung sebentar lagi menjadikan pesta demokrasinya rakyat Kabupaten
Cirebon. Pilkada yang akan berlangsung hendaknya tetap menjaga kondusifitas
Cirebon. Siapapun yang menjadi pemenangnya adalah orang yang benar-benar
memperhatikan rakyat Kabupaten Cirebon dan peduli dengan permasalahan yang ada di Kabupaten Cirebon. Tentunya
menjadikan Kabupaten Cirebon jauh lebih baik lagi. Selamat berdemokrasi dengan
cara-cara yang santun.
*) Penulis Lepas
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar