ARTIKEL
BAKTI MURID Untuk GURU
Kisah Murid Memberangkatkan 65 Gurunya
Piknik ke Luar Negeri
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Seperti mendengarkan dongeng
menjelang tidur begitu mendengar ada mantan murid yang memberangkatkan gurunya piknik ke luar negeri. Si murid ini
namanya dadakan viral di media sosial. Termasuk penulis sendiri ingin tahu
siapa sosok yang bernama Fredy Candra. Namanya ini ternyata juga dicari oleh
hampir 10 ribu pencari internet melalui Mbah google.
Fredy Candra sendiri sebenarnya
tidak ingin ada publikasi tentang siapa dirinya dan kenapa mengajak guru-gurunya
piknik ke luar negeri. Apa yang dilakukan Fredy Candra menjadi viral setelah
salah seorang yang diajak piknik mengunggahnya melalui media sosial.
Pada bulan Juli 2017, Sulikin, M.Pd.
Kepala SMAN 1 Pekalongan kedatangan tamu spesial. Tamu tersebut bernama Fredy
Candra yang merupakan alumni tahun 1993. Saat itu Fredy mengajak semua guru
untuk liburan ke Eropa. Bahkan Solikin sendiri seperti dilansir Kompas.com mengira kalau Fredy hanya
bercanda saja. “Awalnya saya pikir anak ini hanya bercanda. Dan nyatanya ucapan
Fredy pun tidak main-main. Lantaran banyak guru yang usianya sudah tua dan
beberapa ada yang sudah pensiun , tujuan awal ke Eropa lalu diubah ke Malaysia
dan Singapura” ujar Sulikin, M.Pd.
Fredy Candra bukanlah sosok asing
bagi Dwi Kestri, 57 tahun, seorang guru di SMPN 1 Pekalongan, Jawa Tengah.
Sejak menjadi muridnya pada 1987-1989 sampai kemudian dia lulus dan bekerja,
Fredy masih sering mengunjungi rumah Dwi Kestri untuk bertukar cerita, termasuk
menceritakan niatnya untuk mengajak guru-guru sekolahnya, dari tingkat SD, SMP,
sampai SMA untuk berjalan-jalan ke luar negeri.
Menurut
Dwi, cita-cita Fredy untuk mengajak dan membawa gurunya berjalan-jalan sudah
muncul sejak dia masih di bangku SMP. Sebagai guru Ilmu Pengetahuan Sosial, Dwi
akan menjelaskan situasi geografis dan kondisi suatu negara. "Nanti
ibu tak plesirke (dibawa berjalan-jalan)". "Dia tanya,
'Ibu bisa menerangkan gitu, memang ibu sudah pernah ke sana?'. 'Belum,
nak, ibu belum pernah ke sana.' 'Besok ya bu, doain, nanti ibu tak plesirke (dibawa
berjalan-jalan),'" Dwi mengenang percakapannya dengan Fredy saat dia SMP. Dwi
merasa bahwa semua fasilitas yang diberikan oleh Fredy untuk memberangkatkan 65
orang guru-guru dari SD Sampangan, SMP Negeri 1 Pekalongan, dan SMA Negeri 1
Pekalongan termasuk yang "nyaman dan kelas satu".
Penulis
suka ingat dengan kelakuan anak-anak sekarang kalau sedang menerangkan tentang
salah satu negara. Pertanyaannya tidak beda jauh dengan apa yang ditanyakan
fredy, namun yang membedakannya ada cletukan
dari sang anak. “Cerita sampai jauh ke
Amerika namun pak gurunya sendiri belum ke Amerika!”, seolah sinis. Inilah
yang membedakan anak dulu dengan anak sekarang. Coba menjawab tapi jawabannya
sangat jauh dari yang diharapkan.
Guru-guru
yang dibawa plesir atas biaya Fredy Candra tentu sangat menikmati perjalanan. Dari mulai penerbangan menggunakan
maskapai Garuda Indonesia ke Kuala Lumpur yang menggunakan kelas satu, sampai
penginapan di Singapura yang menggunakan hotel berbintang, dan kamar VIP di
Malaysia. "Makanannya juga VIP, paling nggak enam menu, itu
minimal. Belum dengan (menu) pembuka atau penutup. Sampai dikasih uang saku
banyak banget, ringgit maupun dollarnya dimasukkan amplop, satu orang
satu amplop," ujar Dwi guru Fredy saat di SMP.
Salah
satu guru yang tertua sudah berusia 80 tahun lebih. Dan dalam perjalanan itu,
untuk mengantisipasi agar tidak lelah, Fredy dan pihak travel juga ikut
memberangkatkan dokter dan dua orang lain yang bisa membantu mendorong-dorong
kursi roda. Handoko Trijaya, pengusaha Ekklesia Tour & Travel, perusahaan
yang mengurus keberangkatan para guru dan ikut menemani mereka sepanjang
perjalanan, membenarkan cerita Dwi. Bahkan Handoko ikut membantu mengurus proses
pembuatan sekitar 50 paspor untuk guru-guru yang belum memilikinya. "Itu
biaya (pembuatan) semua ditanggung Pak Fredy. Setelah pembuatan paspor, kita
kasih makan siang juga, sewakan mobil, kita cover semua," kata
Handoko. Totalnya, dari pembuatan paspor, akomodasi, tiket, asuransi
perjalanan, sampai biaya berjalan-jalan, Handoko menyebut biaya yang harus
dibayarkan Fredy kurang lebih mencapai Rp1 miliar.
Kisah
Fredy Candra ini menjadi viral ketika Kepala SMAN 1 Pekalongan dalam sebuah
blognya mengunggah perjalannnya ke Malyasia dan Singapura. Sulikin, M.Pd.
mengatakan kalau muridnya yang satu ini “gila”. Bisa memberangkatkan 65 gurunya
dan menanggung semua akomodasi yang diperlukan. Jadilah kisah malaikat yang
baik hati ini lalu menyebar melalui media sosial.
Menanggapi
ocehan gurunya ini Fredy membalas dengan rendah hati. Menurutnya, "jelas jelas yang gila itu adalah Bapak,
Bapak Ibu guru SD Sampangan, SMPN1 dan SMAN1 saya yang secara
"sembrono" mengabdikan diri lebih dari separuh usianya dari muda
beberapa sampai pensiun, berusaha membuat saya sebagai salah satu muridnya dan
banyak murid-murid yang lain menjadi orang sukses dan berhasil. Yang
"gila" itu adalah Bapak Ibu guru yang mengabdi di sekolah-sekolah,
madrasah, PAUD, baik di kota, di daerah dan daerah terpencil dengan gaji pas
pasan dan herannya masih mau ngajar, itu baru gila!!!"
Lebih
lanjut Fredy mengatakan "Kegilaan" para guru itulah yang membuat saya
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada guru saya dengan mengajak berwisata
bersama, melalui tulisan Bapak Sulikin bertajuk "Muridku Gila" yang
saya pikir "ah palingan bocor halus" eh malah "mbledos"
jadi viral dan ….. malah saya yang dipuji (kalau guru yang memuji saya terima
deh),...tetapi pada akhirnya hati nurani saya tidak bisa menerima sanjungan
tersebut”. "Saya harap saya cukup sebagai inspirasi saja dan tidak lebih,
juga kiranya teman-teman di medsos tidak lagi membahas Fredy nya, dan saya
ingin mengembalikan pujian teman-teman kepada yang lebih layak menerimanya
yaitu Tuhan dan juga dalam hal ini guru-guru saya". "Mudah-mudahan
melalui postingan ini teman-teman bisa mengurangi pembicaraan mengenai saya,
dan berbicara lebih mengenai kenangan atau sesuatu yang berkesan selama diajar
oleh para guru, atau komentar saat guru berwisata, intinya subyeknya adalah
"THE TEACHERS" dan bukan saya."
Itulah
sosok Fredy Candra. Seorang pegusaha sukses yang dulunya pernah juga menjadi
guru. Fredy tahu betul kalau guru disaat jamannya gajinya kecil, namun walau
gajinya kecil namun guru-guru out masih tetap mengabdi. Fredy pernah menjadi
guru selama 2 tahun. Fredy menjadi guru matematika merangkap bahasa Inggris dan
komputer di SD dan SMP Satyawiguna. Di sanalah, Fredy merasakan dan tahu bahwa
gaji guru sangat minim.
Singkat
cerita, pada 19 September 2017 lalu, para guru berangkat dari Pekalongan ke
Jakarta menggunakan bus. Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Fredi dan
keluarga langsung menyambut mereka dengan hangat. Fredy tak ikut dalam
perjalanan ke Singapura dan Malaysia. Dia hanya melepas para guru di bandara.
Namun, dia sudah menyiapkan biro perjalanan untuk mengatur semuanya. Para guru
menikmati objek wisata di negeri tetangga selama lima hari dan baru kembali
pada 24 September kemarin. "Lega, senang, lihat mereka senang itu saya
sampai menangis berkali-kali," kata Fredy saat dihubungi Kompas.com.
Fredy
mengaku, pada awalnya, dia tidak ingin aksinya memberangkatkan para guru
jalan-jalan ke luar negeri ini diketahui oleh publik. Namun, ceritanya sudah
bocor ke publik lewat para guru yang diajaknya jalan-jalan. Fredy mengaku
senang bila ceritanya ini bisa menginspirasi banyak orang. Dia juga mengaku terus memantau
kebahagiaan gurunya saat berlibur melalui foto-foto yang dikirim ke grup
WhatsApp.
Melalui Hari Guru ini semoga tulisan
ini banyak mengsipirasi para guru. Sampaikan ilmu dengan ikhlas, gaji sudah ada
yang mengatur walau kita tahu sendiri kadang hanya tinggal sederet angka tanpa
makna. Maklumlah jumlah potongannnya lebih banyak dari rangkaian gerbong kereta
api. Namun Allah Maha Tahu dengan keadaan dan penderitaan kita. Tak usah
diungkapkan ke publik apa itu
penderitaannya. Dan Alllah Maha Tahu. Dengan kemulian Allah juga ada beberapa rekan kita yang
akhirnya bisa merasakan betapa nikmatnya jalan-jalan ke luar negeri tanpa mengeluarkan
uang sepeserpun, malah diberi uang untuk membeli oleh-oleh. Pertanyaannya
adalah adakah calon murid sebaik Fredy Candra- Fredy Candra yang lain? Ditunggu
kehadirannya!
*) Praktisi Pendidikan
Tinggal di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar