Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Sabtu, 15 Juni 2019

BAKTI MURID Untuk GURU (Artikel)


ARTIKEL

BAKTI MURID Untuk GURU
Kisah Murid Memberangkatkan 65 Gurunya Piknik ke Luar Negeri
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)

            Seperti mendengarkan dongeng menjelang tidur begitu mendengar ada mantan murid yang memberangkatkan  gurunya piknik ke luar negeri. Si murid ini namanya dadakan viral di media sosial. Termasuk penulis sendiri ingin tahu siapa sosok yang bernama Fredy Candra. Namanya ini ternyata juga dicari oleh hampir 10 ribu pencari internet melalui Mbah google.
            Fredy Candra sendiri sebenarnya tidak ingin ada publikasi tentang siapa dirinya dan kenapa mengajak guru-gurunya piknik ke luar negeri. Apa yang dilakukan Fredy Candra menjadi viral setelah salah seorang yang diajak piknik mengunggahnya melalui media sosial.
            Pada bulan Juli 2017, Sulikin, M.Pd. Kepala SMAN 1 Pekalongan kedatangan tamu spesial. Tamu tersebut bernama Fredy Candra yang merupakan alumni tahun 1993. Saat itu Fredy mengajak semua guru untuk liburan ke Eropa. Bahkan Solikin sendiri seperti dilansir Kompas.com mengira kalau Fredy hanya bercanda saja. “Awalnya saya pikir anak ini hanya bercanda. Dan nyatanya ucapan Fredy pun tidak main-main. Lantaran banyak guru yang usianya sudah tua dan beberapa ada yang sudah pensiun , tujuan awal ke Eropa lalu diubah ke Malaysia dan Singapura” ujar Sulikin, M.Pd.
            Fredy Candra bukanlah sosok asing bagi Dwi Kestri, 57 tahun, seorang guru di SMPN 1 Pekalongan, Jawa Tengah. Sejak menjadi muridnya pada 1987-1989 sampai kemudian dia lulus dan bekerja, Fredy masih sering mengunjungi rumah Dwi Kestri untuk bertukar cerita, termasuk menceritakan niatnya untuk mengajak guru-guru sekolahnya, dari tingkat SD, SMP, sampai SMA untuk berjalan-jalan ke luar negeri.
Menurut Dwi, cita-cita Fredy untuk mengajak dan membawa gurunya berjalan-jalan sudah muncul sejak dia masih di bangku SMP. Sebagai guru Ilmu Pengetahuan Sosial, Dwi akan menjelaskan situasi geografis dan kondisi suatu negara. "Nanti ibu tak plesirke (dibawa berjalan-jalan)". "Dia tanya, 'Ibu bisa menerangkan gitu, memang ibu sudah pernah ke sana?'. 'Belum, nak, ibu belum pernah ke sana.' 'Besok ya bu, doain, nanti ibu tak plesirke (dibawa berjalan-jalan),'" Dwi mengenang percakapannya dengan Fredy saat dia SMP. Dwi merasa bahwa semua fasilitas yang diberikan oleh Fredy untuk memberangkatkan 65 orang guru-guru dari SD Sampangan, SMP Negeri 1 Pekalongan, dan SMA Negeri 1 Pekalongan termasuk yang "nyaman dan kelas satu".
Penulis suka ingat dengan kelakuan anak-anak sekarang kalau sedang menerangkan tentang salah satu negara. Pertanyaannya tidak beda jauh dengan apa yang ditanyakan fredy, namun yang membedakannya ada cletukan dari sang anak. “Cerita sampai jauh ke Amerika namun pak gurunya sendiri belum ke Amerika!”, seolah sinis.  Inilah yang membedakan anak dulu dengan anak sekarang. Coba menjawab tapi jawabannya sangat jauh dari yang diharapkan.
Guru-guru yang dibawa plesir atas biaya Fredy Candra tentu sangat menikmati perjalanan. Dari mulai penerbangan menggunakan maskapai Garuda Indonesia ke Kuala Lumpur yang menggunakan kelas satu, sampai penginapan di Singapura yang menggunakan hotel berbintang, dan kamar VIP di Malaysia. "Makanannya juga VIP, paling nggak enam menu, itu minimal. Belum dengan (menu) pembuka atau penutup. Sampai dikasih uang saku banyak banget, ringgit maupun dollarnya dimasukkan amplop, satu orang satu amplop," ujar Dwi guru Fredy saat di SMP.
Salah satu guru yang tertua sudah berusia 80 tahun lebih. Dan dalam perjalanan itu, untuk mengantisipasi agar tidak lelah, Fredy dan pihak travel juga ikut memberangkatkan dokter dan dua orang lain yang bisa membantu mendorong-dorong kursi roda. Handoko Trijaya, pengusaha Ekklesia Tour & Travel, perusahaan yang mengurus keberangkatan para guru dan ikut menemani mereka sepanjang perjalanan, membenarkan cerita Dwi. Bahkan Handoko ikut membantu mengurus proses pembuatan sekitar 50 paspor untuk guru-guru yang belum memilikinya. "Itu biaya (pembuatan) semua ditanggung Pak Fredy. Setelah pembuatan paspor, kita kasih makan siang juga, sewakan mobil, kita cover semua," kata Handoko. Totalnya, dari pembuatan paspor, akomodasi, tiket, asuransi perjalanan, sampai biaya berjalan-jalan, Handoko menyebut biaya yang harus dibayarkan Fredy kurang lebih mencapai Rp1 miliar.
Kisah Fredy Candra ini menjadi viral ketika Kepala SMAN 1 Pekalongan dalam sebuah blognya mengunggah perjalannnya ke Malyasia dan Singapura. Sulikin, M.Pd. mengatakan kalau muridnya yang satu ini “gila”. Bisa memberangkatkan 65 gurunya dan menanggung semua akomodasi yang diperlukan. Jadilah kisah malaikat yang baik hati ini lalu menyebar melalui media sosial.
Menanggapi ocehan gurunya ini Fredy membalas dengan rendah hati. Menurutnya, "jelas jelas yang gila itu adalah Bapak, Bapak Ibu guru SD Sampangan, SMPN1 dan SMAN1 saya yang secara "sembrono" mengabdikan diri lebih dari separuh usianya dari muda beberapa sampai pensiun, berusaha membuat saya sebagai salah satu muridnya dan banyak murid-murid yang lain menjadi orang sukses dan berhasil. Yang "gila" itu adalah Bapak Ibu guru yang mengabdi di sekolah-sekolah, madrasah, PAUD, baik di kota, di daerah dan daerah terpencil dengan gaji pas pasan dan herannya masih mau ngajar, itu baru gila!!!"
Lebih lanjut Fredy mengatakan "Kegilaan" para guru itulah yang membuat saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada guru saya dengan mengajak berwisata bersama, melalui tulisan Bapak Sulikin bertajuk "Muridku Gila" yang saya pikir "ah palingan bocor halus" eh malah "mbledos" jadi viral dan ….. malah saya yang dipuji (kalau guru yang memuji saya terima deh),...tetapi pada akhirnya hati nurani saya tidak bisa menerima sanjungan tersebut”. "Saya harap saya cukup sebagai inspirasi saja dan tidak lebih, juga kiranya teman-teman di medsos tidak lagi membahas Fredy nya, dan saya ingin mengembalikan pujian teman-teman kepada yang lebih layak menerimanya yaitu Tuhan dan juga dalam hal ini guru-guru saya". "Mudah-mudahan melalui postingan ini teman-teman bisa mengurangi pembicaraan mengenai saya, dan berbicara lebih mengenai kenangan atau sesuatu yang berkesan selama diajar oleh para guru, atau komentar saat guru berwisata, intinya subyeknya adalah "THE TEACHERS" dan bukan saya."
Itulah sosok Fredy Candra. Seorang pegusaha sukses yang dulunya pernah juga menjadi guru. Fredy tahu betul kalau guru disaat jamannya gajinya kecil, namun walau gajinya kecil namun guru-guru out masih tetap mengabdi. Fredy pernah menjadi guru selama 2 tahun. Fredy menjadi guru matematika merangkap bahasa Inggris dan komputer di SD dan SMP Satyawiguna. Di sanalah, Fredy merasakan dan tahu bahwa gaji guru sangat minim.
Singkat cerita, pada 19 September 2017 lalu, para guru berangkat dari Pekalongan ke Jakarta menggunakan bus. Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Fredi dan keluarga langsung menyambut mereka dengan hangat. Fredy tak ikut dalam perjalanan ke Singapura dan Malaysia. Dia hanya melepas para guru di bandara. Namun, dia sudah menyiapkan biro perjalanan untuk mengatur semuanya. Para guru menikmati objek wisata di negeri tetangga selama lima hari dan baru kembali pada 24 September kemarin. "Lega, senang, lihat mereka senang itu saya sampai menangis berkali-kali," kata Fredy saat dihubungi Kompas.com.
Fredy mengaku, pada awalnya, dia tidak ingin aksinya memberangkatkan para guru jalan-jalan ke luar negeri ini diketahui oleh publik. Namun, ceritanya sudah bocor ke publik lewat para guru yang diajaknya jalan-jalan. Fredy mengaku senang bila ceritanya ini bisa menginspirasi banyak orang. Dia juga mengaku terus memantau kebahagiaan gurunya saat berlibur melalui foto-foto yang dikirim ke grup WhatsApp.
Melalui Hari Guru ini semoga tulisan ini banyak mengsipirasi para guru. Sampaikan ilmu dengan ikhlas, gaji sudah ada yang mengatur walau kita tahu sendiri kadang hanya tinggal sederet angka tanpa makna. Maklumlah jumlah potongannnya lebih banyak dari rangkaian gerbong kereta api. Namun Allah Maha Tahu dengan keadaan dan penderitaan kita. Tak usah diungkapkan ke publik  apa itu penderitaannya. Dan Alllah Maha Tahu. Dengan kemulian  Allah juga ada beberapa rekan kita yang akhirnya bisa merasakan betapa nikmatnya jalan-jalan ke luar negeri tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, malah diberi uang untuk membeli oleh-oleh. Pertanyaannya adalah adakah calon murid sebaik Fredy Candra- Fredy Candra yang lain? Ditunggu kehadirannya!


                                                                                                          *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                              Tinggal di Gebang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar