ARTIKEL
BAPAK KATAGORI II INDONESIA
Dr. SULISTYO, M.Pd.
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Satu lagi putra terbaik bangsa ini
meninggalkan kita semua. Kabar meninggalnya Dr. H. Sulistyo, M.Pd. begitu
terasa mendadak. Saat melihat berita breaking
new salah satu tv swasta yang mengabarkan kebakaran yang terjadi di Rumah
Sakit TNI AL Mintoharjo. Dalam peristiwa itu salah seorang korbannya adalah
Ketua Umum PB PGRI Dr. H. Sulistyo, M.Pd.
Penyebab
kebakaran itu sendiri sampai sekarang masih dalam penyelidikan pihak
kepolisian. Dr. H. Sulistyo, M.Pd. seperti yang diliris humas DPD RI kala itu mengeluh kurang fit saat
menjalani rapat. Beliau akhirnya
memutuskan untuk melakukan terapi hiperbarik, terapi oksigen bertekanan tinggi
di rumah sakit TNI-AL Mintoharjo-Bendungan Hilir, Jakarta. Proses tersebut
dilakukan di dalam ruangan khusus yang tertutup, namun terjadi percikan api
yang menyebabkan tabung oksigen meledak, Senin siang sekitar pukul 14.00 WIB.
Nama Dr. H. Sulistyo, M.Pd.
akhirt-akhir ini santer menghiasi media massa seiring dengan perjuangan
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) organisasi profesi yang dipimpin
beliau memperjungkan nasib Guru Honorer Katagori II untuk diangkat menjadi PNS.
Dr. H. Sulistyo, M.Pd. bahkan ikut demo di Istana Negara memegang mik
menyuarakan aspirasi K II. Perjuangan yang tentunya akan selalu diingat oleh
mereka yang kini menyandang status K II.
Kesehariannya
adalah Guru
Mengenang Dr. H.
Sulistyo, M.Pd. berarti membicarakan masalah guru dengan semua latar belakangnya. Seorang tokoh yang
memahami betul tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Beliau memang sudah
tidak diragukan lagi dalam memahami masalah pendidikan yang terjadi di negara
ini. Menjadi guru dari mulai guru SD, SMP, SMEA dan bahkan menjadi dosen
sekalipun pernah ia alami. Sampai akhirnya beliau menjadi rektor IKIP PGRI
Semarang (2001-2009).
PGRI sebagai organisasi profesi dengan jumlah
anggota terbesar di Indonesia sempat dijabat beliau bahkan untuk yang kedua
kalinya. Periode pertama masa bakti 2008-2013 dan yang kedua terpilih lagi secara aklamasi memimpin PGRI
untuk tahun 2013-2018. Karirnya sebagai Ketua Umum PGRI dua periode itu cukup menarik. Beliau sudah
merasakan betul bagaimana menjadi guru dari SD sampai menjadi seorang rektor.
Pengalaman tersebut tentu akan sangat bemanfaat saat berjibaku dalam
memperjuangkan kepentingan dunia pendidikan di parlemen.
Membawa
gerbong organisasi seperti PGRI yang jumlah anggotanya sangat banyak tentu
harus paham betul dengan kondisi politik di Indonesia. Membicarakan guru tidak bisa hanya dengan
gerbong PGRI kalau tidak ikut menentukan kebijakan didalamnya. Maka Dr. H.
Sulistyo, M.Pd. mencoba memasuki Senayan dengan menjadi anggota Dewan
Perwakilan Darah (DPD). Dr. H. Sulistyo, M.Pd. terpilih menjadi anggota DPD
daerah pemilihan Jawa Tengah untuk yang kedua kalinya dengan mengantongi 1.246.129
suara.
Sebagai
seorang anggota senator (DPD) beliau memiliki program yang akan diperjuangkan.
Ada sepuluh point yang tertulis di selebaran yang juga memasang photonya yang
keren disertai kalender 2014 tersebut. Kesepuluh program itu meliputi; Pertama, mewujudkan otonomi daerah dan
kemandirian desa/kelurahan yang menyejahterakan masyarakat. Kedua, memperjuangkan peningkatan
kualitas pendidikan, kesejahteraan rakyat. Ketiga,
memperjuangkan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang adil dan menudukung
kemajuan pembangunan daerah. Keempat,
memperjuangkan terciptanya pemerintahan yang kuat, bersih, berwibawa dan bebas
KKN. Kelima mengembangkan kerukunan
hidup antarumat beragama, Keenam,
memperjuangkan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
untuk kesejahteraan rakyat. Ketujuh,
memperjuangkan terwujudnya guru, dosen dan tenaga kependidikan yang lebih
profesional, sejahtera dan terlindungi. Kedelapan,
memperjuangkan tenaga kesehatan yang lebih profesional, sejahtera dan
terlindungi. Kesembilan,
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan petani, nelayan, pedagang kecil
penghapusan outsourcing, peningkatan UMK dan jaminan sosial bagi pekerja
dan Kesepuluh, memperjuangkan dana
khusus desa/kelurahan dan kesejahteraan perangkatnya.
Program
beliau sebagai angggota DPD tak lepas dari perhatian beliau pada guru dan
dosen. Lihatlah point nomer 7 dimana beliau selalu memperjuangkan terwujudnya guru,
dosen dan tenaga kependidikan yang lebih profesional, sejahtera dan terlindungi.
Kesejahteraan guru, lagi-lagi kesejahteraan guru tak lepas dari perjuangan Dr.
H. Sulistyo, M.Pd.
Lihatlah
riwayat perkejaan beliau yang dari bawah dirintis dengan mengajar di sejolah
dasar. Pria kelahiran Banjarnegara 12 Februari 1962 itu meniti karir dari
bawah. Sejak tahun 1982 sampai 1985 atau tepatnya tiga tahun menjadi guru SD.
Kemudian pada tahun 1985-1987 menjadi guru SMP dan SMA dan tahun 1985-1989
mengajar di SMEA/SMK. Adapun karir sebagai dosen IKIP PGRI dimulai tahun 1987
sampai dengan sekarang dan puncaknya pada tahun 2001-2009 dipercaya menjadi
Rektor IKIP PGRI Semarang.
Dari muda
Pak Sulis demikian panggilan akrabnya selalu senang berorganisasi. Debut
organisasinya tidak diragukan dan menjadi bekal berharga bagi perjalanan karier
beliau. Diantara organisasi yang digelutinya adalah Ketua Senat Mahasiswa IKIP
Semarang (1983-1985), Pengurus DPD KNPI Jawa Tengah (1996-1999), Pengurus PGRI
Jawa Tengah (1994-1999, 1999-2004, 2004-2009), Ketua DPP AMII (2004-2009),
Ketua Umum Pengurus Pusat asosiasi LPTK (FKIP, IKIP, STKIP) Swasta Indonesia
(2006-2011, 2011-2016), Ketua MPO Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
(2012-2017), Anggota Konsorsium Sertifikasi Guru Tingkat Nasional (2007-2008,
2013-2015) dan Ketua Umum PB PGRI dua periode 2008-2013 dan pada Kongres PGRI
ke-21 di Jakarta, 1-5 Juli 2013 lalu secara aklamasi kembali ditetapkan menjadi
Ketua Umum PGRI periode 2013-2018. Kongres itu dihadiri oleh 8.000 guru yang
datang dari kabupaten dan kota di 33 provinsi se-Indonesia.
Kini beliau
sudah dipanggil Yang Maha Kuasa. Masih banyak pekerjaan rumah yang belum
selesai. Katagori II yang sudah lama berjuang keluar masuk Senayan dan berdemo
didepan Istana Negara, berteriak di jalanan, masih banyak membutuhkan sosok seperti Pak
Sulis. Bapak Katagori II ini selalu didepan mendampingi rekan-rekan guru
honorer memperjuangkan nasibnya. Kini beliau sudah mendahului kita semua. Semoga
amal baktinya yang banyak bagi bangsa dan negara ini bisa menjadi bekal beliau
dikahirat sana. Selamat jalan Pak Sulis.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar