Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Sabtu, 15 Juni 2019

TABLOID KONTROVERSI (Artikel)


ARTIKEL

TABLOID KONTROVERSI
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)

            Menjelang Pilpres dan Pileg suhu politik makin memanas. Berbagai cara dilakukan untuk menarik simpati pemilih agar bisa memilih salah satu kontenstan.  Media massa seolah tak pernah sepi dari pemberitaan Pilpres dan Pileg. Semua sektor dimasuki acara kampanye baik itu yang secara terang terangan ataupun yang tersembunyi.
            Beberapa minggu ini masyarakat diramaikan pembicaraannya tentang salah satu tabloid yang boleh dikata kontoversi.  Ada yang menilai Tabloid Indonesia Barokah bernuansa pilitik. Ramailah masyarakat ingin mengetahui seberapa besar peran tabloid dalam meramaikan  perpolitikan di tanah air.
            Tabloid Indonesia Barokah sebelumnya banyak tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Amplop cokelat muncul di beberapa masjid di Jawa Tengah dan Jawa Barat beberapa waktu yang lalu. Isinya adalah setumpuk tabloid berjudul Indonesia Barokah edisi pertama. Di sana tertulis tabloid terbit pada Desember 2018, tapi memang baru ramai dibicarakan setelah beberapa hari. Oleh Bawaslu dan Dewan Pers, tabloid tersebut telah ditarik dari peredaran.
Tabloid itu mengusung tajuk berjudul “Reuni 212: Kepentingan Umat atau Kepentingan Politik?” dengan semua huruf kapital. Gambar di halaman depan menampilkan karikatur orang memakai sorban dan memainkan dua wayang. Tabloid berisi 16 halaman ini menampilkan 13 macam rubrik berita, mulai dari Mukadimah hingga Galeri.
Adanya pihak yang merasa dirugikan akibat pemberitaan Tabloid Indonesia Barokah mnejadikan tabloid ini dilaporkan pada pihak yang berwajib. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean menilai karena isi berita seperti itu patut diduga pembuat tabloid ini berasosiasi dengan cawapres petahana. Tabloid ini jadi tak jauh beda dengan Obor Rakyat yang masif menyebar pada Pilpres 2014, tambah Ferdinand. “Polanya sama, menyebarkan tabloid isinya fitnah.
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI tengah menggandeng Dewan Pers untuk meneliti konten tabloid. Bila memang dalam tabloid tersebut ditemukan unsur penghinaan terhadap pasangan calon tertentu, Bawaslu segera melimpahkan penanganan perkara ini ke Sentra Penegakkan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu).
Tentu saja apa yang disangkatan BPN disangkal oleh kubu Tim Kampanye Nasioanl (TKN) paslon nomer urut 1. Tim Kampanye Nasioanal (TKN)  nomer urut 1 seperti disampaikan oleh  Direktur Konten TKN, Fiki Satari pada Detik.com., menyatakan bahwa kerja mereka hanya membentuk narasi, sosialisasi, dan juga video kampanye kepada relawan. Tapi mereka tidak pernah membuat atau menyuruh membuat tabloid.
Penanggung jawab dan pimred Tabloid Indonesia Barokah akhirnya diadukan oleh Andi yang juga sebagai Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Laporan Andi ke pihak Kepolisian untuk mengungkap aktor intelektual di balik peredaran tabloid Indonesia Barokah. Laporan itu diterima dalam nomor LP/B/0120/I/2019/BARESKRIM tertanggal 29 Januari 2019.
Dewan Pers sendiri telah menyimpulkan bahwa tabloid Indonesia Barokah bukan merupakan produk jurnalistik sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. “Pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh Indonesia Barokah dipersilahkan menggunakan UU lain di luar UU 40/1999 tentang Pers, karena dilihat dari sisi adminitrasi dan konten, Indonesia Barokah bukan pers,” kata Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo dalam keterangan tertulisnya seperti dilansir Detik.com.
Pada halaman 2 sebetulnya tercantum susunan redaksi, juga alamat, sebagaimana media-media cetak pada umumnya. Yang dicatat mulai dari pemimpin umum hingga bagian pemasaran. Dua orang teratas di susunan redaksi, Moch Shaka Dzulkarnaen dan Ichwanuddin, menjabat Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi.
Tak jelas siapa nama-nama yang tercantum. Tak ada yang familiar kecuali kesamaan nama yang tak bisa diverifikasi. Alamat redaksi, Jalan Haji Kerenkemi, Rawa Bacang, Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Bekasi, pun palsu. Hal ini juga terjadi di Obor Rakyat.Pertanyaan yang timbul dimasyarakat lalu untuk apa tabloid ada dan dibiayai oleh siapa?
Menurut kantor Pos ada biaya 1,4 miliar untuk pengiriman paket tabloid ke pondok-pondok pesantren dan masjid di seluruh Pulau Jawa. Di Jawa Barat sendiri telah beredar 13.100 Tabloid Indonesia Barokah yang dikirim melalui pos.
Tahun Politik
Di tahun politik seperti sekarang ini yang namanya kampanye terus diintensifkan untuk mencari pemilih yang masih belum punya pilihan di Pilpres ataupun Pileg. Maka tak heran bila berbagai cara dilakukan untuk meraih simpati. Namun dalam perjalanannya kadang ditemui kampanye-kampanye yang tidak sesuai denga aturan main. Menjatuhkan pihak lawan dengan berita-berita tidak benar atau hoax.
Masyarakat sendiri kadang tidak bisa membedakan mana yang hoax ataupun yang benar. Bisa menguasai media massa atau sosial media bisa menguntungkan salah satu pasangan dalam meraih suara. Maka bila kemunculan tabloid seperti Indonesia Barokah  tak lepas dari upaya perebutan suara kelak di Pilres ataupun di Pileg.
Direktur New Media Watch Agus Sudibyo mengungkapkan pada Detik.com, terdapat dua anomali dari munculnya tabloid Indonesia Barokah, yaitu propaganda politik melalui media cetak dan upaya menggoyang pemilih loyal. "Ada dua anomali munculnya tabloid Indonesia Barokah. Ketika kita saat ini berbicara tentang propaganda di media sosial, tapi tabloid ini justru lewat media cetak yang disebarkan di masjid-masjid," kata Agus dalam diskusi bertajuk " Tabloid Indonesia Barokah: Karya Jurnalistik atau Kumpulan Opini?" di Hotel Peninsula.
Alih-alih mempropagandakan politik yang bertujuan meraih suara di pemilih mengambang ( swing voters), lanjutnya, tabloid Indonesia Barokah justru menyasar ke pemilih religius yang sebagian besar sudah loyal terhadap capres-cawapresnya. "Kenapa kampanyenya justru masuk ke pemilih loyal”.
            Kajian Dewan Pers juga menyatakan bahwa tulisan dan konten dalam rubrik laporan utama dan liputan khusus hanya memuat beberapa pernyataan dari narasumber yang telah dimuat oleh media siber lain. Yosep Adi Prasetyo, yang biasa disapa Stanley, mengatakan, tulisan yang terdapat pada tabloid Indonesia Barokah memuat opini yang mendiskreditkan salah satu calon presiden tanpa melakukan verifikasi, klarifikasi ataupun konfirmasi kepada pihak yang diberitakan. Ia menyebutkan, konfirmasi merupakan kewajiban media sebagaimana termaktub dalam kode etik jurnalistik.
            Kini masyarakat harus pandai-pandai dalam memilah dan memilih pemberitaan mana yang baik dan tidak untuk dibaca. Apalagi tabloid seperti ini datangnya ke tempat-tempat ibadah dimana masyarakat hanya ingin mencari ketenangan dan kedamaian. Dalam tempat ibadah jangan ada adu domba diantara para jamaahnya. Pandangan politik boleh berbeda namun jangan dijadikan sebagai ajang adu bomba memecah belah umat.  Jadikan masjid dan surau sebagai upaya manusia untu mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta. Di tahun politik ini rupanya ada pihak-pihak yang masih mencari-cari cara bagaiamana umat terpecah-pecah demi memuluskan jalannya sang calon pada Pilpres ataupun Pileg.


                                                                                                         *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                             Tinggal di Gebang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar